Ilmu Lucu Pak Teguh Srimulat [2] Maestro dalam Menciptakan Karakter

Sebagaimana Nunung, yang lagi tajir-tajirnya, tapi kepleset unsur ‘molimo’, dunia kemudian seolah tertutup. Apalagi kalau Nunung menjadi tulang-punggung keluarga besarnya.

Kamis, 25 Juli 2019 | 16:47 WIB
0
297
Ilmu Lucu Pak Teguh Srimulat [2] Maestro dalam Menciptakan Karakter
Asmuni Srimulat (Foto: Facebook/Sunardian Wirodono)

Dari Pak Asmuni, saya beruntung mendapat dua bundel kumpulan naskah Teguh Srimulat. Pola penulisannya terbagi dalam dua babak. Preposisi bukan menjadi awal pertunjukan, tapi akan langsung ke eksposisi. Setelah prolog model ‘Dagelan Mataram’, dengan monolog, konflik langsung meninggi dan memunculkan kekacauan di babak pertama. Pada babak kedua, cerita diurai hingga ketahuan sebab-musababnya.

Kedahsyatan Pak Teguh adalah mendapatkan karakter-karakter yang kuat dan unik. Ia piawai menempatkan berbagai karakter, seperti pelukis bermain garis dan warna. Sebelum pentas, Pak Teguh menuangkan garis besar cerita di depan seluruh pemain dan crew panggung. Pemain kemudian mengarang dialognya sendiri, juga ping-pong leluconnya. Meski cerita lawak, Pak Teguh serius membangun plot dan logika cerita.

Kelucuan muncul karena situasi yang tercipta sebagaimana karakter-karakter tokohnya menjalani permasalahan cerita. Semua pemain bermain dengan karakter yang baku. Mereka bisa gila-gilaan, atau bebas dengan ciri-khas masing-masing. Di situ terjadi berbagai tabrakan, yang memunculkan situasi makin kacau dan edan. Karena masing-masing pikiran tidak nyambung. Di situlah jargon Pak Teguh, aneh itu lucu, lucu itu aneh.

Televisi, termasuk Indosiar (juga yang lain), tidak menangkap hal itu. Dan kalau Srimulat ambyar, sesuatu yang bisa ditebak.

Daya tahannya, hanya tergantung bagaimana mereka menjaga situasi internal. Karena secara organisasi, Srimulat tidak dikelola dengan manajemen yang benar. Sampai pada akhirnya mereka rebutan bendera, tapi sama sekali tak menjaga spirit atau roh Teguh Srimulat.

Sering ketika menunggui Srimulat syuting, saya duduk bersama Asmuni, akan sama-sama ketawa kalau melihat adegan yang tidak lucu. Karena kami tahu ada kelucuan yang hendak dibangun, tapi tidak dimakan lawan main.

Baca Juga: Nunung Srimulat dan Narkoba

Cara mematikan lawan main, adalah tidak memakan umpannya, disamping mungkin memang tidak peka. Baru jika mereka main lucu, kami merasa aman, karena itulah tugas mereka. Tanpa naskah yang kuat, mereka tak mampu mengolah apa-apa, kecuali hapalan, ngenget barang lawas.

Dalam kehidupan pribadi anggota Srimulat, masing-masing merasakan perubahan drastis dan paradoks. Tapi saya bersaksi, di antara sekian nama, hanya Asmuni dan Tarsan yang baik dan benar menjaga ekonomi rumah-tangga, sesuatu yang acap dilupakan seniman pertunjukan yang berbatas waktu. Jika tak waspada, bisa blangsak kepleset langkah karena jaman lir-gumanti.

Tentu itu bukan ilmu lucu yang diajarkan Pak Teguh. Sebagaimana Nunung, yang lagi tajir-tajirnya, tapi kepleset unsur ‘molimo’, dunia kemudian seolah tertutup. Apalagi kalau Nunung menjadi tulang-punggung keluarga besarnya.

Itu nasib seniman (yang semula) pinggiran, kemudian terdayung ke tengah pusaran yang tak mereka kenali. Entah mekar karena memar, atau memar karena mekar. 

(Selesai)

***

Tulisan sebelumnya: Ilmu Lucu Pak Teguh Srimulat [1] Berebut Lucu Gara-gara Nampang di Televisi