Untuk merawat kerukunan antarkelompok ini tidak sulit sebenarnya. Kuncinya pendekatan prosperity atau kemakmuran.
Kerasnya kehidupan di Ibu Kota ini telah membawa pengaruh kepada kerasnya cara manusia mempertahankan hidup.
Untuk bisa hidup di tengah-tengah kerasnya persaingan, sebagian orang membentuk komunitas agar bisa berelasi satu sama lain dalam tolong-menolong. Maka lahirlah komunitas yang berbasis pada kampung halaman, etnis, agama, profesi, sampai hobi.
Perbedaan perkumpulan ini, tidak jarang menimbulkan gesekan di lapangan, karena diiringi persaingan. Gesekannya bisa menimbulkan eskalasi lebih luas bila dibumbui provokasi, khususnya yang berbau etnis.
Gesekan yang tadinya hanya urusan persaingan sumber kehidupan di lapangan, bisa meluas menjadi persaingan antaretnis, karena dibumbui provokasi. Sejarah di Jakarta sudah banyak mencatatnya.
“Saya berusaha mengelola perbedaan di Ibu Kota ini agar menjadi kekuatan bukan pertentangan,” kata Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB oleh koleganya ini.
HB tidak pernah meminta dijadikan sesepuh atau perekat perbedaan ini, tetapi kelompok berbasis etnis itu yang datang memintanya, karena HB dianggap netral dan memiliki jaringan luas di tengah masyarakat maupun di kalangan birokrat.
Berbagai kelompok berbasis etnis seperti dari Sumatera, Banten, Betawi, Jawa, Pasundan, Madura, Flores, Maluku, Makassar, Bugis, Manado, Papua, menganggap HB sebagai sesepuh yang patut didegar nasihatnya dan diikuti petunjuknya. Mereka juga menganggap HB sebagai perekat yang baik manakala ada gesekan dan perpecahan di antara mereka.
“Saya selalu menjaga mereka agar rukun. Kalau ada perselisihan harus cepat didamaikan,” kata HB.
Sepak terjang HB dalam merawat kerukunan antarkelompok etnis tadi terbukti mumpuni. Setiap perselisihan yang muncul di antara kelompok tadi, dia langsung damaikan sampai tuntas, baik menggunakan pendekatan hukum dan kekeluargaan.
“Kami mampu menekan eskalasi konflik berkat arahan Bapak Harianto Badjoeri,” kata Haji Okis, salah seorang tokoh paguyuban Banten usai menghadap HB setelah muncul gesekan antardua etnis berbeda di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, pekan terakhir Oktober 2019.
Bagi HB, membina perkumpulan berbasis etnis wajib dijalankan oleh orang-orang yang mencintai negeri ini. Negeri ini diisi oleh banyak etnis, sehingga mereka sudah sepatutnya dijaga agar tumbuh berdampingan dalam dalam taman bunga yang bernama Indonesia.
Untuk merawat kerukunan antarkelompok ini tidak sulit sebenarnya. Kuncinya pendekatan prosperity atau kemakmuran. Dengan mengunakan pendekatan kemakmuran yang mana manusia mendapat pemenuhan sandang dan pangan, otomatis gesekan antarkelompok di lapangan juga hilang dengan sendirinya.
“Kalau perutnya kita perhatikan sampai kenyang, pikiran manusia juga jernih. Nah, sekarang bagaimana kita, terutama pemerintah di Ibu Kota ini berbuat sesuatu untuk memenuhi isi perut warganya,” kata HB.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri (11): Pegawai yang Teliti dan Jujur
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews