Harianto Badjoeri [12]: Sesepuh dan Perekat Antaretnis

Untuk merawat kerukunan antarkelompok ini tidak sulit sebenarnya. Kuncinya pendekatan prosperity atau kemakmuran.

Jumat, 1 November 2019 | 07:44 WIB
0
435
Harianto Badjoeri [12]:  Sesepuh dan Perekat Antaretnis
Harianto Badjoeri dikelilingi berbagai elemen masyarakat (Foto: Dok. pribadi)

Kerasnya kehidupan di Ibu Kota ini telah membawa pengaruh kepada kerasnya cara manusia mempertahankan hidup.

Untuk bisa hidup di tengah-tengah kerasnya persaingan, sebagian orang membentuk komunitas agar bisa berelasi satu sama lain dalam tolong-menolong. Maka lahirlah komunitas yang berbasis pada kampung halaman, etnis, agama, profesi, sampai hobi.

Perbedaan perkumpulan ini, tidak jarang menimbulkan gesekan di lapangan, karena diiringi persaingan. Gesekannya bisa menimbulkan eskalasi lebih luas bila dibumbui provokasi, khususnya yang berbau etnis.

Gesekan yang tadinya hanya urusan persaingan sumber kehidupan di lapangan, bisa meluas menjadi persaingan antaretnis, karena dibumbui provokasi. Sejarah di Jakarta sudah banyak mencatatnya.

“Saya berusaha mengelola perbedaan di Ibu Kota ini agar menjadi kekuatan bukan pertentangan,” kata Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB oleh koleganya ini.

HB tidak pernah meminta dijadikan sesepuh atau perekat perbedaan ini, tetapi kelompok berbasis etnis itu yang datang memintanya, karena HB dianggap netral dan memiliki jaringan luas di tengah masyarakat maupun di kalangan birokrat.

Berbagai kelompok berbasis etnis seperti dari Sumatera, Banten, Betawi, Jawa, Pasundan, Madura, Flores, Maluku, Makassar, Bugis, Manado, Papua, menganggap HB sebagai sesepuh yang patut didegar nasihatnya dan diikuti petunjuknya. Mereka juga menganggap HB sebagai perekat yang baik manakala ada gesekan dan perpecahan di antara mereka.

“Saya selalu menjaga mereka agar rukun. Kalau ada perselisihan harus cepat didamaikan,” kata HB.

Sepak terjang HB dalam merawat kerukunan antarkelompok etnis tadi terbukti mumpuni. Setiap perselisihan yang muncul di antara kelompok tadi, dia langsung damaikan sampai tuntas, baik menggunakan pendekatan hukum dan kekeluargaan.

“Kami mampu menekan eskalasi konflik berkat arahan Bapak Harianto Badjoeri,” kata Haji Okis, salah seorang tokoh paguyuban Banten usai menghadap HB setelah muncul gesekan antardua etnis berbeda di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, pekan terakhir Oktober 2019.

Bagi HB, membina perkumpulan berbasis etnis wajib dijalankan oleh orang-orang yang mencintai negeri ini. Negeri ini diisi oleh banyak etnis, sehingga mereka sudah sepatutnya dijaga agar tumbuh berdampingan dalam dalam taman bunga yang bernama Indonesia.

Untuk merawat kerukunan antarkelompok ini tidak sulit sebenarnya. Kuncinya pendekatan prosperity atau kemakmuran. Dengan mengunakan pendekatan kemakmuran yang mana manusia mendapat pemenuhan sandang dan pangan, otomatis gesekan antarkelompok di lapangan juga hilang dengan sendirinya.

“Kalau perutnya kita perhatikan sampai kenyang, pikiran manusia juga jernih. Nah, sekarang bagaimana kita, terutama pemerintah di Ibu Kota ini berbuat sesuatu untuk memenuhi isi perut warganya,” kata HB. 

 Krista Riyanto

 ***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri (11): Pegawai yang Teliti dan Jujur