Lord Didi tidak mau diberikan hak atas kontribusinya dalam konser amal itu, dari dana yang telah dikumpulkan.
Pada Oktober 2019 lalu, Pak Guru diajak seorang kawan untuk nonton FISIPHORIA, konser yang jadi agenda rutin FISIP Undip. Pak Guru tidak begitu ingat siapa saja artis yang ditanggap, namun ada dua nama terkenal: Kunto Aji dan Didi Kempot.
Sebenarnya Pak Guru datang ke FISIPHORIA juga karena kepengen nonton penampilan Didi Kempot. Selain karena beliau sedang terkenal untuk saat itu, juga untuk nostalgia awal 2000-an, saat nama beliau tenar untuk pertama kalinya.
Kalau tidak salah ingat, Lord Didi itu tampil terakhir setelah Kunto Aji. Setelah artis-artis lain, Kunto Aji naik panggung jam 21.00, Lord Didi jam 22.00. Kenyataannya, sepertinya lebih malam lagi karena Pak Guru baru pulang sekitar jam 1 malam.
Waktu Lord Didi naik panggung, auranya sudah berbeda jika dibandingkan dengan penyanyi lain. Seolah-olah antara yang di panggung dengan penonton itu lebih terasa seperti keluarga. Lord Didi sangat santai dan interaktif, beberapa kali mengajak penonton mengobrol dan berguyon. Kelihatan sekali beliau adalah penyanyi yang sangat merakyat, tidak menciptakan jarak antara beliau dengan fans.
Karena beberapa hal, Pak Guru dan kawan yang sudah datang sejak awal sehingga bisa berdiri di baris depan dekat panggung, harus menyingkir ke luar kerumunan penonton. Waktu itu belum usum virus corona, jadi orang masih nyaman desak-desakan dan berlaku seenaknya di kerumunan, ini yang kemudian jadi alasan kami menyingkir. Satu kesempatan saat kami sudah di luar kerumunan penonton, Lord Didi menanyakan kepada penonton "Mau lagu apa ini?"
Kalau tidak salah waktu itu kawan pak Guru berteriak "Sewu Kutha!" Pak Guru ingat kemudian sang Godfather of Broken Hearted menanggapi "Apa, Sewu Kutha?" sambil menoleh ke arah kami. Padahal, posisi kami sangat jauh dari panggung. Sebentar kemudian Lord Didi betul-betul mulai menyanyikan Sewu Kutha.
Tidak hanya mengajak penonton berdendang, Lord Didi juga menyampaikan berbagai pesan kepada para Sobat Ambyar di konser itu. Kalau tidak salah ingat ada pesan-pesan untuk mencintai NKRI dan menjaga persatuan yang terselip saat jeda lagu.
Pun, saat menutup penampilannya, Lord Didi berpesan agar Sobat Ambyar berhati-hati di jalan dan beristirahat apabila kelelahan. Kelihatan beliau itu benar-benar peduli sama penggemarnya.
Sangat terkejut ketika hari ini mendengar kabar beliau meninggal dunia. Apalagi setelah berbagai amal baik yang beliau lakukan, utamanya untuk membantu pemerintah menghadapi pandemi COVID-19.
Dua kali Pak Guru nonton konser amalnya Lord Didi. Situasi yang sama seperti yang dirasakan di konser FISIPHORIA pun tetap terasa, meski tidak ada interaksi langsung dengan Lord Didi. Beliau tetap Lord Didi, yang peduli pada para Sobat Ambyar dengan berpesan agar mematuhi anjuran pemerintah seperti jaga jarak, pakai masker, rajin cuci tangan, tetap di rumah saja, dan jangan mudik.
Konser-konser amal yang menghadirkan Lord Didi, selalu berhasil mengumpulkan dana hingga milyaran rupiah. Namun, Lord Didi tidak pernah ambil bagiannya dari uang tersebut. Lord Didi tidak mau diberikan hak atas kontribusinya dalam konser amal itu, dari dana yang telah dikumpulkan.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Ya Allah, tempatkanlah Didi Kempot pada tempat terbaik di sisi-Mu. Ampunilah dosa-dosa beliau, dan terimalah amal-amal beliau selama ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews