Ketika Romo Mangun Mengajari Habibie "Ber-Islam"

Setelah itu, karena Y.B Mangunwijaya akan dimakamkan di Yogyakarta, Habibie mengirim pesawat Hercules untuk sahabatnya.

Senin, 16 September 2019 | 14:59 WIB
0
908
Ketika Romo Mangun Mengajari Habibie "Ber-Islam"
Foto: Wikipedia-Detikcom edit by Ajinatha

Dalam sebuah cerita Rudy Habibie yang saya baca dari Intisari.id, ada yang menarik dari ungkapan terima kasih Rudy Habibie pada Romo Mangunwijaya sahabatnya.

Sebagaimana kita ketahui, Romo Mangun adalah Pastor bagi umat katholik, sementara Rudy Habibie sendiri adalah Seorang Muslim yang Taat, tapi Rudy Habibie berterima kasih kepada Romo Mangun yang telah mengajarinya "Ber-Islam."

Diceritakan dari perjalanan Rudy Habibie di Jerman, adalah ketika dia masuk ke dalam Gereja Katolik, kemudian melakukan salat di sana.

"Saya tahu Tuhan, orang yang yang membuat tempat ini adalah mereka yang percaya satu Tuhan," ujarnya.

Salat yang dimaksudkan cerita diatas adalah numpang menunaikan salat disalah satu sudut gereja, dimana seperti biasanya dia selalu menumpang salat disana.

Karena kalau merunut dari cerita Rudy Habibie selama di Jerman, Almarhum memang sering numpang salat digereja tersebut, kebetulan didekat tempat tinggalnya tidak ada mesjid.

"Saya tidak mengganggu mereka, saya hanya ingin berdoa di tempat ini karena tidak mempunyai tempat," sambungnya.

Setelah salat berkali-kali di dalam gereja itu, Rudy Habibie bertemu dengan Romo Mangun, yang kebetulan sedang studi arsitek di Aachen Jerman.

Awalnya, Rudy berpikir bakalan kena marah dari Romo Mangun karena salat di Gereja, tapi mereka justru semakin akrab.

Seraya Rudy mengatakan, "Terima kasih Romo, Anda mengajarkan saya Ber-Islam."

"Rud, mengapa kamu salat disini?" tanya Romo Mangun."

Sebelum mas Romo kesini saya sering salat disini, aku menumpang saja Mas. Aku butuh kedamaian Allah, disini kan tidak ada masjid," kata Rudy menjelaskan.

"Rudy...Rudy, andaikan satu dunia ini isinya orang sepertimu," ujar Romo Mangun sambil tersenyum.

"Seperti saya? tukang ngotot maksudnya?" timpal Rudy.

"Bukan begitu, tetapi orang yang selalu yakin Tuhan yang Maha Pengasih, apa yang dibuatnya, segala cobaannya, dan segala perbedaan di bumi," terang Romo Mangun.

"Senang sekali melihatmu nyaman berdoa di gereja dengan caramu sendiri, ini justru bukti keimananmu tak mudah goyah Rud," jelas Romo Mangun.

Kalau menyimak apa yang dikatakan Pak Habibie tentang "Ber-Islam" diatas maknanya sangat luas. Bisa jadi yang dimaksudkan bahwa Romo Mangun membuka matanya bagaimana berislam sesungguhnya.

Ber-Islam dengan Islam yang rahmatan'lilalamin, yang mudah menerima perbedaan, Islam yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan diatas segala nilai yang ada.

Begitulah hidup, kita bisa mengambil pelajaran dari mana saja, karena kehidupan itu sendiri adalah tempatnya belajar, merupakan sebuah Universitas, tempat menuntut berbagai Ilmu.

Baca Juga: Habibie dan Kita yang Lebih Suka Nyinyir daripada Kerja Cerdas

Pak Habibie pun kebetulan Pola berpikirnya sangat terbuka, dan sangat moderat. Sehingga hidup dan jalinan antar manusianya tidak tersekat oleh SARA.

Ada hal yang lucu dari hubungan kedua sahabat ini, Rudy Habibie menganggap kata Romo didepan nama YB Mangunwijaya itu adalah nama panggilan, sehingga dia tidak tahu kalau Romo itu panggilan bagi seorang Pastor.

Masih dari lanjutan pertemuan antara Rudy Habibie dan Romo Mangun diatas, dimana keakraban keduanya semakin dekat meskipun berbeda keyakinan.

"Ah, mas Romo bijak sekali, seperti pastor saja," kata Rudy.

"Lho selama ini kamu memanggil saya Romo kan, kok kaget kalau saya pastor?" ucap Romo Mangun.

"La itu kan nama mas Rama kan? Romo?" sambung Rudy.

"Bukan! saya itu Romo alias pastor, nama saya Y.B Mangunwijaya, Romo itu panggilan dalam bahasa Jawa," terang Romo Mangun.

Keduanya kemudian tertawa, dan menjadi kawan baik sejak saat itu.

Hubungan keduanya begitu akrab, sampai saat Rudy Habibie menjadi Presiden Republik Indonesia. Keduanya adalah Tokoh Besar yang pernah dimiliki bangsa ini.

Romo Mangunwijaya adalah Tokoh yang sangat menginspirasi, yang sangat mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga dengan Rudy Habibie. Jadi wajar kalau keduanya bisa sangat akrab.

Ketika Romo Mangunwijaya wafat, Rudy Habibie sudah menjadi Presiden ke 3 RI. Jenazahnya disemayamkan di Gereja Katedral Jakarta, datanglah Rudy Habibie ke gereja itu.

Dia berkata, "Apa boleh saya berdoa dengan cara saya, Romo Mangun adalah sahabat saya."

Setelah itu, karena Y.B Mangunwijaya akan dimakamkan di Yogyakarta, Habibie mengirim pesawat Hercules untuk sahabatnya.

Ternyata memang Romo Mangun mengajarkan Habibie "Ber-Islam," Islam dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga diakhir hayatnya, almarhum bukan cuma menjadi kebanggaan ummat Islam, tapi juga menjadi kebanggaan ummat lainnya, khususnya bangsa Indonesia.

Tuhan menyediakan Bumi ini sangat luas, agar manusia bebas berinteraksi dengan sesama tanpa sekat apapun. Tuhan menciptakan cakrawala begitu luas, agar pikiran dan pandangan manusia menjadi luas, tidak dibatasi oleh apapun.

Selamat Jalan Pak Habibie, Putra Terbaik bangsa Indonesia, manusia yang luas cakrawala berpikirnya, teladan bagi bangsa Indonesia.

***