Serat Lelayu buat Sobat Ardus Sawega

Meninggalkan seorang istri di Gambiran Solo dan seorang putra, serta cucu di Bintaro Jakarta, Ardus meninggal Ahad 30 januari 2022 pukul 02.45 setelah beberapa saat kena serangan jantung.

Minggu, 30 Januari 2022 | 08:59 WIB
0
434
Serat Lelayu buat Sobat Ardus Sawega
Ardus M. Sawega (Foto: istimewa)

Lelaki yang suka berjaket itu membacakan puisi Sutardji Calzoum Bahri di pentas Sasonomulya, Baluwarti, Kraton Surakarta pada tahun 1972. Ya, saat itulah aku pertama mengenalmu. Justru aku lebih dulu mengenal teman dekatmu, pakdhe Efix Mulyadi yang pada kesempatan sama di Baluwarti, ethok-ethok "ngamen" di panggung kesenian di dalemnya Sedyono Humardani, bangsawan seniman kraton Surakarta.

Setelah itu, kami sering ketemu bertiga, berempat, berlima, di kamarku -- bekas gudang di rumah ortuku yang kubersihkan dan kucat biru, kutempeli poster-poster pemusik hardrock, dan sebuah radio tabung kuno. Semua lokasi itu sudah jadi kenangan. Kamarku di Mangkubumen di Jalan Yosodipuro, malah sudah digusur jadi Rumah Sakit Tumbuh Kembang.

Baca Juga: Kompas Inside [8] Joseph Widodo

Dulu namamu Ardus Sancoyo. Entah bagaimana ceritanya, namamu ketika ketemu lagi di Jakarta, jadi Ardus M Sawega. Tak hanya suka membaca puisi dan bikin syair. Dia juga wartawan, inisial (asa). Tanpa kencan, kami ketemu lagi di satu perusahaan (1975). Dirimu di Majalah Remaja Midi, kemudian Hai bersama sesama Solo Arswendo Atmowiloto. Aku di koran "K". Satu grup kita... Menyusul bergabung dua tahun kemudian, pakdhe Efix. Sesama di jebolan Sasonomulya.

Ardus yang kukenal, punya kebiasaan menjadikan tempat kos seperti rumah sendiri. Ngontrak di Rawamangun tahun 1970-an, malah dibangun seperti rumah sendiri. Kata Ardus, sekalian membantu yang punya rumah, dari reyot dan sundul kepala, menjadi rumah nyeni.

Cerita pun panjang, sampai dia kemudian keluar dari Hai. Mendaftar masuk jadi Koresponden Kompas di Solo. Sebuah keberanian -- keluar dari yang mapan, masuk dari nol mendaftar kerja yang lebih mapan lagi.

Ardus bahkan boleh dikatakan perintis Kantor Biro Kompas Solo, dari semula di sebuah rumah di gang depan Bonbin Sriwedari, samping Kantor Pos Sriwedari. Sampai kemudian dipercaya oleh tempat dia kerja, mencari lokasi kantor koresponden di Solo.

Mula-mula di bangunan samping rumah eks miliki budayawan Soedjatmoko Mangoendiningrat (kini jadi komplek Toko Buku Gramedia Solo), lalu pindah ke kantor koresponden Biro Solo di Jalan Kalitan, hanya beberapa langkah dari Dalem Kalitan milik Keluarga Cendana.

Ardus juga pernah menjadi tim Redaksi "K" di Jakarta. Tidak hanya memperkuat Desk Nusantara, akan tetapi juga wartawan senior di harian nasional tersebut. Meski piyayi Solo, Ardus suka berterus terang jika menegur teman-teman dekatnya. Serius lurus. Bukan jenis amplopan ngiwa-nengen.

Baca Juga: Kompas Inside [12] Arswendo Atmowiloto

Terakhir bersama mas Efix dan juga Romo Sindhu dan kawan-kawan, setia mendampingi tim Budayawan di Bentara Budaya, lokasi berseni baik di Jakarta, Yogyakarta maupun Surakarta. Seiring wolak-waliking zaman, atas pertimbangan ekonomi Bentara Budaya Surakarta dan juga Bentara Budaya Bali ditutup oleh perusahaan.

Meninggalkan seorang istri di Gambiran Solo dan seorang putra, serta cucu di Bintaro Jakarta. Mas Ardus meninggal tadi lingsir wengi, Ahad 30 januari 2022 sekitar pukul 02.45 setelah beberapa saat kena serangan jantung.

Selamat Jalan Ardus...

Pak Bo, 30 januari 2022

***