Enzo Allie Bukan "Jack Barsky" HTI, TNI Tidak Kecolongan, Tapi...

TNI memiliki masalah pelik. Tiga persen personelnya terpapar virus khilafah islamiyah. Masuknya Enzo Allie sebagai pendukung HTI pastinya membuat masalah TNI menjadi semakin berat.

Sabtu, 10 Agustus 2019 | 12:29 WIB
0
659
Enzo Allie Bukan "Jack Barsky" HTI, TNI Tidak Kecolongan, Tapi...
Jack Barsky (Foto: Veteran Today)

Enzo Allie mendadak tenar. Pasalnya, pemuda blasteran Indonesia-Perancis ini diketahui kerap mengunggah konten-konten yang mengindikasikan dukungannya kepada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Seperti waktu-waktu sebelumnya, netijen pun terbelah. Ada kelompok netijen yang menghendaki Enzo tetap mengikuti pendidikannya. Sebaliknya, ada pula kelompok yang mendorong TNI untuk segera mencoret nama Enzo dari daftar taruna Akademi Militer. Kelompok ini menuding Enzo sebagai anggota HTI yang menyusup ke institusi TNI.

Benarkah Enzo anggota HTI yang menyusup atau yang disusupkan ke dalam TNI? Dan, apakah TNI kecolongan?

Dari Postingannya, Enzo Justru Bukan "Jack Barsky" yang Ditanam HTI

Ada banyak buku yang mengisahkan aksi sleeper agent mulai dari Eli Cohan sampai Richard Sorge. Terbaru adalah buku "Deep Undercover" yang diterbitkan pada 2017. Buku ini mengisahkan petualangan sleeper agent KGB, Jack Barsky, yang berhasil menyusup ke Amerika Serikat.

Tetapi, siapapun itu dan untuk siapa ia bekerja, menjadi sleeper agent bukanlah pekerjaan mudah. Sebelum diterjunkan sebagai sleeper agent, Cohan, Sorge, dan juga Barsky harus terlebih dulu menghilangkan jejak-jejak masa lalunya.

Barsky lahir dengan nama Albrecht Dittrich. Nama samaran Jack Philip Barsky diambil dari seorang anak yang meninggal pada tahun 1955 pada usia 10. KGB menemukan nama samaran untuk Dittrich di area pemakaman Yahudi yang berada di Maryland.

Sebelum tiba di Chicago pada 8 Oktober 1978,  Dittrich terlebih dulu singgah di Meksiko. Di sana ia menggunakan paspor Kanada dengan nama William Dyson. Baru beberapa waktu kemudian Dittrich mendapatkan akte kelahiran atas nama Jack Philip Barsky. Misi yang diemban Barsky adalah melakukan kontak dengan lembaga pemikir kebijakan luar negeri AS.

Selain itu, Barsky pun ditugasi untuk mempengaruhi think tanks kebijakan luar negeri AS. Untuk itu Barsky mendekati penasehat keamanan nasional Presiden Jimmy Carter bernama Zbigniew Brzezinski.

Baca Juga: Jangan Undang Radikalis Kelola Negara

Kehidupan penuh kerahasiaan sebagai Barsky itu dijalani Dittrich. Bahkan, setelah "Deep Undercover" diterbitkan, Dittrich masih merahasiakan sosok pengasuh anak-anaknya. Dalam artikelnya yang diposting di blog pribadinya, Jackbarsky.com pada 25 Juni 2019,  Dittrich hanya menyebutnya dengan inisial "L".

"L" (I am using the first letter only for privacy reasons) and I would occasionally sit at the kitchen table to discuss the world, our faith and the good old days. "L" was a sweet kind man whose eyes were always smiling.

Karenanya, kalau melihat postingan-postingannya, Enzo Allie justru bukan anggota HTI yang disusupkan. Sebab, kalau disusupkan, maka Enzo tidak akan mengunggah kesimpatiannya pada HTI. Setidaknya, Enzo menghapus lebih dulu postingannya itu sebelum mendaftar Akabri. Begitu juga dengan ibunya, Siti Hadiati Nahriah.

Peristiwa yang mirip dengan Enzo Allie ini pernah terjadi di Inggris pada 2009. Ketika itu, identitas Kepala Secret Intelligence Service (SIS) Sir John Sawers terungkap gegara istrinya mengunggah foto-foto pada akun Facebook-nya. 

Setelah mengetahui foto-foto keluaga Sawers mem-viral, dinas intelijen Inggris langsung bergerak cepat. Tetapi, Sawer tidak dipecat, ia meneruskan jabatannya sampai lima tahun ke depan.

Terima Enzo, TNI Tidak Kecolongan

Sudah menjadi rahasia umum jika HTI mengharamkan cinta pada tanah air. Karenanya bagi HTI, haram hukumnya menghormati bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. 

Selain itu, bagi ormas yang berindukan Hizbut Tahrir ini NKRI adalah negara thogut. Karenanya, barang siapa yang mengikuti hukum-hukum negara thogut, secara otomatis ia telah jatuh kafir.

Paham anti-nasionalisme HTI ini bukannya tanpa dasar. Menurut ormas yang sudah dibubarkan oleh pemerintah pada 2017 ini nasionalisme adalah penghalang bagi cita-cita Hizbut Tahrir yang ingin mendirikan kekhalifahan islamiah.

Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir, HTI berhasil mempropagandakan dirinya sebagai kelompok nasionalis. Propaganda HTI inilah yang ditelan mentah-mentah oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama anak-anak muda seperti Enzo.

Untuk mempropagandakan dirinya sebagai pro-nasionalisme, dengan cerdik HTI menggabungkan dirinya ke dalam kelompok pendukung Prabowo Subianto. Sehingga setiap "serangan" yang dialamatkan ke arah HTI dianggap sebagai "serangan" kepada kubu Prabowo. 

Malah, semakin kencang serangan terhadap HTI, semakin kuat pula perlawanan yang diberikan. Strategi HTI inilah yang tidak disadari oleh Enzo Allie dan ibunya.

Karenanya, meski bersimpati kepada HTI, Enzo tetap memiliki jiwa nasionalisme kepada tanah airnya. Karena itulah Enzo dapat melewati serangkaian tes kejiwaan sebagai syarat masuk Akmil. Jadi, tidak ada yang salah dengan hasil tes masuk Akmil.

Bisa dibilang, Enzo dan ibunya adalah korban-korban dari kelihaian HTI dalam membalikkan wujud topengnya dari yang semula anti-nasionalisme menjadi pro-nasionalisme.

Jika memperhatikan media sosial, Enzo Allie dan ibunya ini hanya dua dari sekian banyak korban siasat HTI lainnya. Ada banyak netijen yang mendukung HTI sekaligus juga mencintai NKRI. Mereka ini adalah kelompok netijen yang tidak tahu atau ada juga yang tidak mau tahu jika HTI sejatinya anti-NKRI.

Kelompok masyarakat ini menganggap HTI sebagai gerakan dakwah dan kain hitam bertuliskan kalimat tauhid sebagai bendera tauhid. Mereka sama sekali tidak menyadari atau tidak mau menerima jika HTI adalah partai politik dan kain hitam bertuliskan kalimat tauhid adalah bendera partainya.

Baca Juga: Jangan Kejam

Parahnya lagi, paham HTI ini justru dipropagandakan oleh guru kepada murid-muridnya. Akibatnya, paham HTI ini menjadi lebih capat menyebar sekaligus juga tertanam dalam.

Sikap Menhan Soal Enzo Sangat Tepat

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta TNI langsung memberhentikan  Enzo Allie jika ia terbukti pendukung HTI.

"Kalau benar (simpatisan HTI), saya suruh berhentiin," kata Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada 7 Agustus 2019 sebagaimana yang dikutip Kompas.com.

Enzo memang pendukung HTI. Tetapi, Enzo bukan anggota HTI. Dukungan Enzo kepada ormas berbendera hitam bertulisakn kalimat tauhid tersebut lantaran pemuda kelahiran Perancis ini tidak mengetahui HTI yang sebenarnya. Enzo, seperti jutaan anak bangsa lainnya adalah korban pengelabuan HTI. Sekalipun demikian, TNI tidak bisa mempertahankan Enzo.

Ada dua alasan. Pertama, menyangkut masa depan Enzo Allie di TNI. Foto-foto yang diunggah Enzo dan ibunya, sekalipun sudah dihapus, masih bisa dimanfaatkan untuk merintangi di TNI.

Kedua, belum tentu TNI dapat mencuci bersih otak Enzo Allie dari paham-paham yang sudah tertanam selama sekian tahun terakhir. Enzo dan juga korban-korban dokrin HTI lainnya, menutup mata pada kebenaran tentang HTI yang dilarang di sejumlah negara mayoritas muslim.

Mereka ini pun menutup mata pada fakta tentang propaganda HTI yang berhasil menghancurluluhlantakkan Libya dan Suriah. Mereka tidak menerima fakta yang menyebut aparat keamanan Palestina menangkapi aktivis Hizbut Tahrir yang ingin sholat eid berjamaah.

Dan, bagi Enzo dan jutaan anak ibu Pertiwi lainnya, HTI adalah Islam itu sendiri, anggota HTI adalah pejuang Islam, dan lain sebagainya. Dengan dokrin ini, HTI mampu menggerakkan militansi anggota dan simpatisannya.

Karenanya jika TNI gagal mencerahkan Enzo, maka menggodok Enzo Allie dalam pendidikan kemiliteran sama artinya dengan memelihara sekaligus membesarkan anak macan.

Masalahnya lagi, Ryamizard mengungkapkan jika saat ini Pancasila sedang mengalami pergolakan yang serius. Menurut mantan KSAD ini, ada sejumlah pihak, termasuk anggota TNI yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi khilafah. Jumlah anggota TNI yang terpapar paham HTI ini tidak main-main, Ryamizard menyebut ada 3 persen.

"Dan kurang lebih tiga persen, kurang lebih tiga persen, ada TNI yang terpengaruh radikalisme," ungkap Ryamizard pada 19 Juni 2019 (Sumber: CNNIndomesia.com).

Pada 20 Juli 2014, HTI menyeru militer untuk mengambil alih kekuasaan demi menegakkan khilaffah. (Sayangnya situs HTI, hizbut-tahrir.or.id sudah tidak bisa diakses lagi. Selain situs resmi HTI, konten-konten yang memuat propaganda HTI juga sudah tidak ditemukan lagi).

Tetapi, apapun itu, seruan HTI kepada militer untuk mengambil alih kekuasaan tidak bisa dipandang sebelah mata. Sampai saat ini memang seruan tersebut belum dilaksanakan. Tetapi, dengan jumlah 3 persen personil TNI yang terpapar paham khilafah, upaya pengambilalihan kekuasaan bisa terjadi sewaktu-waktu.

Angka 3 persen ini sudah cukup untuk melancarkan gangguan. Belum lagi jika ditambah jumlah anggota HTI berikut kelompok-kelompok simpatisannya. Apalagi jika milisi teroris ikut bergabung. Seperti di Suriah, di mana ISIS bergabung dengan Free Syirian Army.


Blackout Jawa: Testing The Water?

Personel TNI yang sudah terpapar paham HTI ini sangat tidak mungkin melakukan aksinya tanpa didahului oleh sebuah momentum besar. Momentum ini akan menjadi pintu masuk bagi personel TNI yang terpapar paham anti-Pancasila dan anti-nasionalisme. Dan, pintu masuk itu adalah chaos.

Untuk menciptakan chaos bisa dilakukan banyak cara. Salah satunya menyabotase stabilitas sistem keuangan. Lewat seruan #RushMoney, setidaknya upaya ini sudah dua kali dilancarkan.

Belakangan, pada 4 Agustus 2019, sebagian Jawa mengalami mati listrik total alias blackout. Sampai sekarang penjelasan dari pihak PT PLN selalu berubah-ubah. Parahnya lagi penjelasan-penjelasan tersebut sulit diterima nalar. Misalnya, penyebab blackout adalah pohon sengong yang jatuh menimpa jaringan SUTET.

Tetapi, apapun itu penjelasan PLN ada satu poin yang perlu dicermati, yaitu soal timing yang bertepatan dengan perbaikan jaringan listrik. Dan, yang memiliki informasi soal waktu serta tempat perbaikan tersebut pastinya hanya orang dalam PLN sendiri. Karenanya, tidak menutup kemungkinan blackout disebabkan oleh faktor sabotase bentuk testing the water.

Baca Juga: Tentang "Blackout" 4 Agustus 2019, Ada Unsur Sabotase?

Sabotase pada instalasi strategis seperti listrik pastinya sangat membahayakan. Dengan menunggangi kemarahan rakyat, chaos bisa diledakkan. Dan, dari pengalaman yang terjadi di sejumlah negara, chaos bisa lebih mudah diledakkan lagi jika melibatkan kelompok-kelompok bersenjata.

TNI sudah memiliki masalah pelik. Tiga persen personelnya terpapar virus khilafah islamiyah. Masuknya Enzo Allie sebagai pendukung HTI pastinya membuat masalah TNI menjadi semakin berat. 

Bahkan, anggota TNI akan saling mencurigai satu sama lainnya. Tentu saja situasi ini sangat tidak baik bagi TNI. Karenanya, tidak ada solusi lain bagi TNI untuk mengurangi bebannya selain dengan mengeluarkan Enzo Allie.

***