Politik Memang Sontoloyo

Kamis, 25 Oktober 2018 | 17:56 WIB
0
745
Politik Memang Sontoloyo

Maaf, Mas saya setuju-setuju saja jika dikatakan politik itu sontoloyo.

Lumrah toh sontoloyo karena janji-janji politisi dari dulu ya seperti gula-gula. Mereka nyembah-nyembah rakyat, menaburi bunga wewangian janji-janji kepada rakyat yang akan memilihnya, mengirimkan dupa agar masyarakat tersirap dan melihat muka buruk politisi itu setampan Brad Pitt, secantik Raisa.

Mereka senyum senyum saat sowan sambil membawa oleh-oleh buah ke masyarakat yang sedang diberi iming-iming sejahtera.

Itu dulu ketika sedang berjuang, Ketika muka sudah klimis, dan rambut yang dulu awut-awutan sudah ditata di Salon Hadisuwarno. Pokoknya kinyis-kinyis. Apalagi dia keluar dari mobil dua pintu dengan logo kuda jingkrak dengan kacamata Rodenstock paling mutakhir.

Dengan wajah sedikit mendongak dan bingung siapa yang menyapanya.

“Sampeyan lupa siapa saya pak?”
“Oh, eh siapa ya, ente darimana?”
“Bukannya Bapak dulu pernah  ke sini ngasih lembaran biru, waktu itu sih rambut bapak masih awut-awutan.”
“Ehm, jangan- jangan ente sedang mimpi ketemu selebritis sehingga pikiran ente ngacau. Dari dulu saya ya necis”
“Oh ya sudah kalau bapak tidak ingat. Yang penting kami mau nagih janji, katanya bapak mau membantu kami memperoleh hak atas tanah kami yang direbut pengembang.”
“Memangnya kamu siapa. Urusan tanah itu urusan pemerintah?”
“Lah, sampeyan khan sudah pernah janji mau urus masalah kami jika sudah masuk sebagai wakil rakyat.”
“Sudahlah, maaf ente bilang ke dinas pertanahan, saya sibuk mau ketemu timses saya ada banyak agenda yang harus saya datangi.”
“Terimakasih Pak, sudah memanfaatkan suara kami, maaf jika kami katakan kamu memang Sontoloyo!"

Jika mengingat janji-janji politik yang diobral politisi, dusta kebohongan serta plintat-plintutnya mereka membela kepentingan tidak heran bahwa persepsi masyarakat begitu buruknya terhadap politisi.

Anda para politisi tidak usah tersinggung, banyak fakta mengatakan bahwa politisi akan menghalalkan segala cara untuk bisa meraih kekuasaan. Kalau perlu mengadopsi  jargon-jargon negara lain, cara–cara negative campaign untuk merontokkan kepercayaan masyarakat pada lawan politiknya.

Sesekali meloncat seperti belalang dari satu partai ke partai lain. Tidak perlu ragu untuk menjadi oportunis demi segenggam kekuasaan yang akan memberi kesempatan hidup dalam gelimang harta.

Kalau ada seoarang presiden dan kebetulan petahana yang berteriak Politik adalah Sontoloyo, tidak perlu kebakaran jenggot. Mungkin di antara Anda yang kebetulan politisi sering menggunakan cara- cara preman atau cara-cara barbar. Menebar hoax, asal mengkritik tanpa data valid, menyerang pribadi dengan berita-berita sampah, meneriakkan pembelaan pada wong cilik padahal dalam hidupnya belum pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi wong cilik.

Yang mengherankan ya sudah disindir sontoloyo malah balik mengatakan sontoloyo. Saya sebagai masyarakat, menyimak gelaran debat para politikus itu cuma melongo. Lalu siapa yang sontoloyo. Rakyatnya, politisinya atau zamannya memang sudah  keblinger dan edan.

“Kalian itu benar- benar sudah muka tembok, sudah dibilang tidak boleh memakai cara- cara Katrok dalam politik masih saja melakukannya. Dengan melakukan cara cara politik tidak beradab memecah belah, tidak beretika untuk mencapai kekuasaan lha harus dibilang apa itu sontoloyo namanya."

“Anda sendiri sontoloyo, menaikkan harga sesukanya, memangkas subsidi BBM mengimpor beras padahal beras sudah cukup, nantinya rakyat semakin menjerit, rakyat 99 persen hidup di bawah garis kemiskinan.”

“Ya kalau menyerang kebijaksanaan pemerintah dengan data valid jangan memakai data bodong dan fiktif. Cari argumen yang masuk akan jangan asal nyerang gitu? Apa namanya kalau tidak…..

“Aduh Mas kok aku jadi loyo ya menyaksikan para politisi saling berdebat?!”

“Kenapa sih?”

“Yang sontoloyo saja tidak merasa sontoloyo… malah balik menyerang…. bingung jadinya… ya sudah daripada bingung nonton sinetron saja… tapi eh cerita sinetron sontoloyo semua….”

Yah memang benar kata Ronggowarsito. Hamenangi zaman edan ewuh aya ing pambudi melu edan ora tahan yen tanmelu anglakoni boya keduman  milik… (menyaksikan zaman edan tidaklah mudah untuk dimengerti ikut edan tidak sampai hati Bila tidak ikut tidak kebagian…

***