HMI Papua dan Hari Masuknya Injil, dari Dies Natalis ke Milad

Ketika HMI berada di Tanah Papua, terjadi perjumpaan dengan Protestan dan juga Katolik. Tidak hanya dalam dua wadah tadi, Cipayung, dan KNPI.

Kamis, 11 Februari 2021 | 10:46 WIB
0
220
HMI Papua dan Hari Masuknya Injil, dari Dies Natalis ke Milad
Peresmian Graha Insan Cita Papua (www.papuaunik.com)

Tidak saja, Himpunan Mahasiswa Islam yang berdiri pada 5 Februari. Pada saat yang sama, Hari Masuknya Injil, di Tanah Papua juga terjadi pada tanggal yang sama. Memasuki tahun ke-166.

Dinamakan juga dengan Pekabaran Injil di Tanah Papua. Sebagai tanda ketika Ottow dan Geissler pertama kali tiba di Pulau Mansinam. Dengan perjalanan menggunakan speed boat saat ini, bisa dicapai dengan 20 menit.

Walau keduanya terpaut antara Yogyakarta dan Pulau Mansinam, Papua Barat, tetap saja ada benang merah yang menghubungkannya.

Semangat keberagamaan yang mendorong untuk menjadikan ikhtiar terbaik dalam mempersatukan kondisi yang lebih baik bagi kemanusiaan.

Batasan-batasan agama melampaui sisi-sisi identitas, sehingga tidak lagi untuk kesamaan agama tetapi sampai pada kesamaan status kemanusiaan.

HMI dengan masjidnya, sementara Injil bersandar pada Gereja. Agama yang dipeluk, menjadikan kemauan dan kemampuan untuk berbuat bagi sesama.

Dalam konteks relasi antar iman, HMI menerima perbedaan-perbedaan keyakinan. Bersama-sama dengan PMKRI dan GMKI dalam kelompok Cipayung.

HMI juga bersama-sama dengan OKP di KNPI. Dalam situasi seperti ini, lagi-lagi keislaman tidak membatasi untuk hanya menjadikan Islam sebagai arah gerak dan langkah keorganisasian. Tetapi justru Indonesialah yang menjadi rumah sebagai awal dan juga akhir.

Di tahun ini, HMI memasuki perjalanan 74 tahun. Disebut Milad oleh pengurus HMI. Kata lain yang digunakan juga, Dies Natalis.

Dies natalis, jamak digunakan digunakan di perguruan tinggi. Sebagai organisasi kemahasiswaan, maka kata dies natalis yang dipilih untuk menandai ulang tahun HMI.

Penggunaan kata itu, dijadikan sebagai bagian dari momentum hari lahir HMI. Setiap tahun, Pengurus Besar menerbitkan Pidato Dies yang dinamakan Dies Rede.

Sejak awal, pendirian HMI sudah menekankan pada komitmen keislaman. Maka, dengan kata dies natalis yang sangat dekat dengan kata natal, bukanlah tanpa alasan.

Dimana dies natalis diserap dari bahasa Latin, selanjutnya menjadi bagian dalam aktivitas perguruan tinggi. Tetapi tidak berhubungan sama sekali dengan kata natal.

Saifullah SA (1994) mengemukakan pidato-pidato itu dalam satu disertasi. Diselesaikan dalam di IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dengan judul “Konsep Nasionalisme HMI Sebagaimana Tercermin dalam Pidato Dies, dan Penerapannya dalam Gerakan Angkatan ‘66”.

Saifullah mencatat bahwa kata Dies digunakan secara berkesinambungan. Disertasi meneliti naskah Pidato Dies sampai tahun 1993.

Kecuali, pada tahun 1974 tidak dilaksanakan. Dengan kondisi saat itu yang tidak memungkinkan seusai peristiwa Malari. Sehingga diputuskan untuk tidak dilaksanakan.

Sementara ketika perayaan 60 tahun HMI, dimana periodesasi ketika itu 2006-2008, juga digunakan Dies Natalis.

Pada penyelenggaraan Dies Natalis 60 tahun, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, juga turut hadir dan membubuhkan pesan “HMI, teruslah berjuang untuk memajukan bangsa (5 Februari 2007)”.

***

Sama dengan kata milad, juga digunakan untuk menandai momentum ulang tahun. Baik milad maupun dies natalis, keduanya terpakai dan menjadi bagian tradisi keorganisasian.

Saatnya, HMI untuk melakukan refleksi dan juga reaktulisasi atas kondisi kekinian. Dimana lingkungan perguruan tinggi dan keumatan yang terus mengalami perubahan. Ketika HMI tidak berubah, maka tidak akan menjadi organisasi yang relevan.

Baca Juga: Pembelajaran Akhlak di Milad HMI ke-74

HMI tidak lagi hanya di Yogyakarta dan Jakarta saja. Setelah 22 tahun pendirian HMI, 1969 telah berdiri cabang Jayapura. Bahkan kini dengan badan koordinasi (BADKO) Papua dan Papua Barat.

HMI juga sampai di penjuru Tanah Papua. Cabang Sorong, Merauke, diantaranya. Setidaknya, ada enam cabang. Termasuk Manokwari, Fakfak, dan Biak.

Begitu pula dengan komisariat persiapan Timika, dan Wamena. Tidak saja kesatuan dengan umat Islam. Dimana HMI bersama-sama dengan YAPIS di Tanah Papua dalam kesatuan gerak. Tetapi juga dengan kesekretariatan yang berlokasi di tempat yang sama, seperti di Wamena.

Ketika HMI berada di Tanah Papua, terjadi perjumpaan dengan Protestan dan juga Katolik. Tidak hanya dalam dua wadah tadi, Cipayung, dan KNPI.

Namun, dalam perjuangan mewujudkan misi milad HMI, interaksi dengan masyarakat Tanah Papua akan mengukuhkan tipikal HMI yang senantiasa pada dua sisi, tidak saja Islam, tetapi juga Indonesia.

***