Nilai-nilai Islam bukan untuk menyakitkan orang lain atau mengorbankan orang lain dengan bom bunuh diri.
Sebentar lagi, anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memperingati Milad ke-74 atau hari lahir ke-74. Seperti sama-sama kita ketahui, HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).
Lafran Pane tidak ingin menyebut dirinya sebagai pendiri HMI. Ia menyebut bersama teman-teman mendirikan organisasi Islam tersebut. Kemuliaan jiwa Lafran Pane inilah yang kemudian organisasi Islam tersebut bertambah besar dalam kuantitas, juga bertambah banyak kader-kader yang dihasilkannya, tetapi dalam kualitas dapat dihandalkan.
Ketika diselenggarakan Peringatan Hari Pahlawan 2017, salah seorang yang memperoleh gelar Pahlawan Nasional tersebut adalah Lafran Pane. Panggilan abang di HMI sekarang ini lumrah, karena panggilan kepada pendiri HMI itu juga adalah abang.
Ia lahir di Padang Sidempuan, sehingga banyak di kalangan HMI memanggil seniornya dengan panggilan "abang." Bukan tidak ada juga yang menanggil sesama HMI dengan panggilan "mas." Tetapi entah apa lagi panggilan kepada seniornya, tetapi yang penting adalah pembinaan akhlak.
Nabi Muhammad SAW diutus oleh sang pencipta ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia di samping tugas-tugas lainnya dari sang pencipta. Seseorang boleh saja pintar setinggi langit, tetapi tidak berakhlak, ia samalah dengan menenggelamkan dirinya sendiri ke lumpur yang dalam. Itu sebabnya, seorang anak diajarkan ber-etika. Ia diajarkan meminta izin kepada orang tuanya, jika pergi dan pulang memberitahu.
Sulit kiranya kita melihat generasi penerus kita berjuang di tengah-tengah era globalisasi. Dengan cepat anak-anak kita lebih tahu perkembangan dibandingkan orang tuanya. Adalah hal wajar pula orang tua ikut mendampingi anaknya, mungkin salah satu faktor bekalnya menanamkan akhlak kepada mereka.
HMI dan Keindonesiaan, Islam di belakang Himpunan Mahasiswa juga tidak semata-mata mendalami berbagai hal dalam Agama Islam, tetapi memahami sejarah perjuangan bangsa sebelum merdeka dan sesudahnya.
Bagaimana proses perjuangan tokoh-tokoh kemerdekaan menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Bukan mendasari diri pada paham kiri atau kanan. Kiri, lebih ke arah bagaimana negara ini pernah dibawa ke negara berbentuk Komunis. Mungkin kita masih ingat ada poros Jakarta, Phnompenh, Peking, meski sebatas konsep, hal itu tidak terwujud.
Tentang akan dibawanya negara ini ke kanan, kita masih ingat gerakan Darul Islam, Tentara Islam Indonesia. Bersyukurlah bahwa kedua konsep itu tidak terwujud, melainkan hingga hari ini, kita tetap menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.
Bagaimana pun kita menyaksikan bagaimana misalnya Islam di Irak dan Suriah pernah dibentuk Negara Islam yang disebut ISIS. Betapa nama Islam dijadikan alat yang keliru dengan membom rakyat tidak berdosa.
Itulah sekelumit cerita perjalanan saya di dunia nyata melihat langsung ke Irak untuk keduakalinya di bulan September 2014. Ketika pertama ke Irak di bulan Desember 1992, kehancuran Irak belum tampak sekali. Oleh karena itu, nilai-nilai Islam bukan untuk menyakitkan orang lain atau mengorbankan orang lain dengan bom bunuh diri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews