Surat Tanda Kasih Untuk Bahar Bin Smith

Rabu, 5 Desember 2018 | 10:26 WIB
1
831
Surat Tanda Kasih Untuk  Bahar Bin Smith
Bahar bin Smith (Foto: Sukabumiupdate.com)

Terasa merdu bagi yang mendengar suara makianmu. Seperti suara-suara malaikat surga. Kau memang diutus untuk lantang berteriak dan menelanjangi musuhmu. Sedemikian dosakah yang kau maki hingga tidak terasa banyak orang pedih mendengar kata- kata orang yang mengaku mempunyai pengetahuan luas tentang agama.

Kau mungkin diutus malaikat untuk menegur, mengritik dan melakukan aksi akrobat agar didengarkan Pemimpin negeri ini yang lebih bekerja dalam senyap, tidak pernah balik memaki, hanya menceploskan simbol-simbol umum tentang perilaku manusia yang sering sontoloyo, sering bersifat genderuwo yang suka menakut-nakuti.

Tahukah ekspresi dalam suara pergaulan sahabat Jawa. Tabok itu tidak menyakitkan, tidak akan membuat lebam apalagi luka.

Tak tabok kowe le, huss kalau ngomong yang benar, mosok umpatan comberan kau teriakkan kepada banyak orang sih, apalagi kepada orang yang tidak pernah menyakiti kamu, kamu sadar yang kau ucapkan le?”

“Wajahmu, dan kacamatamu itu sedang plesiran atau sedang berdakwah. Kok seperti sedang berjemur di pantai yang di sekelilingnya banyak bokong dijemur jadi bisa melirik sesukanya. Hehehe maaf.”

Saya tidak marah dan dendam mendengar perkataamu. Tidak, hanya sayang gelar yang tersemat di depan nama itu terlalu berat bila harus memaki- maki orang yang tidak pernah membuatmu sengsara. Dendam apa sih pada Presiden sehingga menantang  dengan kata – kata kasar dengan bahasa pasar.

Saya yang mendengar kotbahmu itu dibuat merinding disko, sebegitu hinakah presidenmu hingga kau tega melontarkan kata- kata yang dilarang dilingkungan sekolah. Dosa apakah yang membuat anda dengan garang melontarkan ujian kebencian.

Beruntung Presiden adalah orang yang panjang sabar. Ingat yang melaporkan anda pada yang berwajib itu bukan presiden yang kau hina, yang melaporkan adalah mereka yang risi dengar kata- kata dari seorang pendakwah, pemimpin agama yang seharusnya menyejukkah jiwa dan raga.

Mengapa banyak pemimpin umat lebih suka melontarkan ujaran kebencian, melontarkan kutukan, meneriakkan semangat pemberontakan?

Bukankah lebih elok jika bisa mengritik dengan cara halus. Seperti Kyai-Kyai jaman dulu yang ilmunya sundul langit tapi rendah hatinya sampai dlongsor ke tanah saking sederhananya.

Semakin berisi semakin runduk dan tak sekalipun melontarkan kata- kata jorok yang menyakitkan. Entah ilmu apa sih pemimpin agama sekarang yang sepertinya lebih kagum dengan bahasa-bahasa populer yang sekali jebret bisa merangkul jutaan viewer. Dan apapun kata- katanya yang ndlewer bahkan sedikit jorok diterima dengan riang gembira.

Duh, aduh bagaimana rasanya menjadi manusia spontan yang dengan entengnya mengatakan “Banci”, “Plorotin saja celananya”. Waduh itu suara nurani anda atau karena kebiasaan bicara seperti dipasar.

Anda yang mengaku habaib, ajari kami bahasa kasih dong bukan bahasa padang pasir. Indonesia itu multietnis, beragam agama hadir. Presiden juga pemeluk agama yang taat, rajin bertarekat dan puasa Senin Kamis…

Tidak bisakah berbagi kata dengan adab tinggi dengan bahasa tutur terkontrol seperti para santri pesantren yang tentu diajari tata krama, etika sopan santun, kontrol diri, kontrol jiwa sehingga semakin berilmu semakin luruh.

Jika tidak setuju dengan segala kebijaksanaan pemerintah tidak perlulah memprovokasi umat dengan ujaran kebencian. Bisa dengan sindiran halus atau pasemon. Yang ngeri ketika mendengar lebih baik busuk di penjara dari pada minta maaf.

Oke boleh saja berani busuk dipenjara? Kami tunggu apakah antara ucapan dan tindakan itu sama atau jangan–jangan nanti kabur dan takut balik-balik seperti saudara anda yang sampai sekarang masih belum berani pulang menunggu pergantian Presiden.

Yang terhormat Bahar Smith... saya yakin anda akan ditabok dengan bahasa kasih. Kalau anda sedang senang memaki saya maklumi mungkin anda sedang berusaha meraih popularitas sehingga perlu sensasi, tetapi mbok yao caranya yang lebih smooth, manis dan menyejukkan hati yang mendengarkan kotbah anda.

Salam Kasih Semoga anda sukses memaki-maki di penjara. Sampai….uhuk uhuk.

Salam.

***