Tidak semua Teori Konspirasi layak dipertimbangkan. Tapi tidak semua Teori Konspirasi harus diabaikan.
Teori konspirasi adalah hipotesis yang ditarik dari satu analisis atas beberapa bagian cerita atau fakta yang dianggap terkait langsung maupun tidak langsung dengan satu peristiwa (besar). Umumnya, hipotesis itu adalah jawaban atas pertanyaan, “mengapa peristiwa itu terjadi?”
Teori konspirasi umumnya muncul karena ‘keterangan resmi’ dari lembaga pemegang otoritas (biasanya negara), yang berupa jawaban atas pertanyaan “mengapa peristiwa itu terjadi?” tidak meyakinkan publik. Lalu publik berasumsi, "ada bagian atau keseluruhan yang sebenarnya terjadi sengaja tidak dipublikasikan".
Terbentukya asumsi publik semacam itu sangat wajar, karena langkah ‘menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi’ juga biasa dilakukan oleh lembaga yang berkompeten (pemegang otoritas) atas kasus dimaksud. Tujuannya bisa macam-macam, tapi pada dasarnya itu adalah tindakan licik untuk menjaga kekuasaan atau mencapai kepentingan.
Banyak kasus besar yang hingga kini meninggalkan pertanyaan dan dibiarkan menjadi misteri. Seperti terbunuhnya Presiden Kennedy, kecelakaan yang menimpa Lady Di hingga meninggal, keluarnya Supersemar, dan lain-lain.
Kelemahan Teori Konspirasi adalah tidak memiliki ruang untuk membuktikannya. Juga karena tidak adanya subjek (orang atau lembaga) yang mau memodali secara finansial maupun politis, upaya pembuktian melalui jalur hukum atau metoda scientic empiric, misalnya.
Sebuah Teori Konspirasi akan menjadi ‘kuat’ bila disertai tesis kuat yang mendukungnya. Artinya, tidak semua Teori Konspirasi layak dipertimbangkan. Bagi publik, Teori Konspirasi menjadi deskripsi tandingan atas penjelasan resmi dari pemegang otoritas (sesuai bidang isunya) yang dinilai tidak meyakinkan.
Bagi pemegang otoritas yang menetapkan ‘penjelasan resmi’ sebagai gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi, Teori Konspirasi didegradasikan sebagai satu ‘ilusi’ yang tanpa dasar.
Karenanya, jika memang benar pemegang otoritas ‘menyembunyikan kebenaran’, maka untuk menguatkan penjelasan resminya, pemegang otoritas bisa dengan sengaja membangun dan menyebarkan beberapa Teori Konspirasi.
Sehingga, jika ada Teori Konspirasi yang mendekati kebenaran, atau bahkan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, hanya menjadi salah satu dari sekian Teori Konspirasi yang beredar, yang tidak layak dipertimbangkan.
Untuk menguji kelayakan Teori Konspirasi, bisa melalui analisis sejumlah kejadian yang terkait langsung atau tidak langsung dengan peristiwa besar (subyek). Teori Konspirasi akan menemukan signifikansinya, jika ada hal-hal (kejadian atau tindakan) yang tidak wajar dari pihak yang terlibat dalam peristiwa besar.
Ada pihak atau orang yang nyinyir dengan Teori Konspirasi. Argumennya: hanya mengakomodasi hasrat dan kepentingan dengan merangkai beberapa bagian cerita atau fakta, sesuai dengan keinginannya. Menurut mereka, Teori Konspirasi tidak akan mengubah realita, juga catatan sejarah selanjutnya.
Tapi begini. Dalam satu kasus kriminal, Polisi mempelajari fakta-fakta dan bukti-bukti yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kasus kriminal tersebut. Lalu membangun hipotesis yang merupakan ‘Teori Konspirasi’. Kemudian Polisi memeriksa orang-orang yang terlibat langsung dengan peristiwa itu. Keterangan yang diberikan oleh orang-orang yang diperiksa, adalah ‘penjelasan resmi’ dari orang-orang itu.
Ketika ditemukan hal-hal yang janggal dari ‘penjelasan resmi’ itu, Polisi akan mengejarnya mensimulasikan (reka ulang) kejadiannya, sampai orang-orang yang sebelumnya berstatus terperiksa mengatakan kejadian yang sebenarnya. Maka ‘penjelasan resmi’ yang sebelumnya, otomatis gugur. Lalu orang yang bersalah ditetapkan sebagai tersangka.
Jadi, sekali lagi, tidak semua Teori Konspirasi layak dipertimbangkan. Tapi tidak semua Teori Konspirasi harus diabaikan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews