Isu retaknya hubungan Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto merupakan hal yang kurang baik bagi iklim politik di negara kita.
Wajah pucat dan menunduk itu menimbulkan sejuta tanya. Ia yang sehari sebelumnya menebar senyum, yang beberapa hari sebelumnya rajin berolahraga bersama kaum muda, hari itu terdiam penuh makna.
Sore hari pasca pemungutan suara di seluruh TPS di Indonesia, Prabowo menggelar deklarasi kemenangannya tanpa didampingi sang cawapres Sandiaga Uno.
Publik pun bertanya-tanya, bagaimana sebuah deklarasi kemenangan sepasang calon presiden dan calon wakil presiden hanya dihadiri oleh si salah satu calonnya.
Itu adalah momen yang semestinya gembira, momen yang di mata mereka istimewa dan tak pantas disia-sia. Bahkan dalam debat saja seorang Sandiaga setia membackup partnernya ini ketika ia tak mampu menjawab pertanyaan. Tapi ini, kemana Sandiaga?
Isu yang santer terdengar hingga beredarnya berita di Seword.com yang mengatakan bahwa terjadi insiden pertengkaran antara Prabowo dengan Sandiaga yang berakhir dengan pengusiran Sandiaga dari rumah Prabowo di Kertanegara.
Baca Juga: Terjawab, Ketakhadiran Sandiaga Saat Prabowo Umumkan "Kemenangan"
Kabarnya hal ini karena Sandi yang menolak untuk mengikuti deklarasi karena masih ingin menunggu keputusan akhir KPU. Sandi malah meragukan kemenangannya karena hasil quick count saat itu menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf menang.
Pembicaraan mengenai ini pun membahana di jagad nyata dan jagad maya. Keesokan hari pasca deklarasi pertama Prabowo dan isu pertengkaran Sandi dengan Prabowo, Sandiaga pun muncul lagi mendampingi Prabowo dalam deklarasi yang kedua kalinya mengenai kemenangan mereka. Prabowo memantapkan diri dengan mengatakan bahwa ia adalah Presiden dan Sandiaga adalah Wakil Presiden.
Tapi, Sandi hanya berdiri di sisi Prabowo dengan wajah menunduk dan ekspresi muram. Pagi harinya pihak BPN mengabarkan bahwa Sandi sedang sakit sejak malam sewaktu Prabowo melakukan deklarasi pertama. Belum jelas apa penyakit Sandiaga tetapi kabarnya ia mengalam cegukan yang tak berhenti.
Keesokan harinya, melalui akun Instagram Sandiaga, Sandi terlihat sedang diperiksa oleh seorang dokter dan dinyatakan menderita penyakit asam lambung dan radang tenggorokan.
Akun Instagram Sandi pun banjir komentar dari netizen, tak luput dari para pendukung Jokowi. Mereka yang mendukung Jokowi rata-rata memberikan semangat bahkan mendukung Sandiaga untuk maju kembali di pilpres 2014 bersama calon-calon lainnya seperti Ridwan Kamil, Tri Risma dan lain-lain.
Mengapa kabar sakitnya seorang Sandi cukup menarik untuk diikuti para netizen? Sakit Sandi bisa menjadikan indikator banyak hal. Bisa juga penyakit Sandi bukan hanya berdasarkan alasan fisik tapi lebih banyak ke faktor psikis. Memang Sandiaga dalam beberapa bulan terakhir selama masa kampanye melakukan banyak sekali kunjungan lapangan .
Sandi bahkan memecahkan rekor muri untuk 1550 blusukan yang ia lakukan. Sebesar itukah tekanan untuk memenangkan pilpres hingga Sandi memaksakan blusukan yang membuat fisiknya drop?
Herannya, pagi sebelum malamnya dinyatakan sakit dan menghilang dari sorotan kamera media, Sandi terlihat segar bugar di TPS di lingkungan rumahnya. Ini jadi spekulasi terbesar yang membuat mata media berjaga-jaga menantikan kabar kelanjutan rumor retaknya Sandiaga dengan Prabowo. Jika kabar itu benar maka akan menimbulkan preseden negatif kepada Prabowo dan malah menarik simpati publik terhadap Sandi.
Sandiaga adalah penyokong dana terbesar di kampanye tim Prabowo-Sandiaga. Bahkan sejak awal, sandi mengakui telah mengeluarkan uang sebesar 1 trilyun untuk dana operasional kampanye dua partai pendukungnya, PKS dan PAN.
Sandiaga mengaku telah menghabiskan hartanya sebesar 100 juta dollar AS atau sebesar 1,4 trilyun rupiah untuk biaya kampanye Prabowo-Sandi yang awalnya hanya sebesar 134 trilyun rupiah.
Sandi juga mengaku telah menguras sepertiga hartanya demi langkah politiknya itu. Cukup mengejutkan rasanya jika Sandi sang penyokong dana justru diusir dari deklarasi kemenangan kubunya sendiri.
Sandiaga bukanlah orang baru di lingkungan Prabowo. Sejak tahun 2015 Sandiaga telah bergabung dengan partai Gerindra sebagai Anggota Dewan Pembina.
Pasca kasus penistaan agama yang menjerat Ahok, Sandi pun didaulat menjadi magnet bagi warga DKI untuk memilih kader Gerindra agar duduk di kursi tertinggi di DKI Jakarta.
Kesetiaannya dengan seorang Prabowo Subianto tidak diragukan lagi. Sandi menuruti apa permintaan Prabowo untuk maju ke pilpres, mundur dari kepengurusan dan keanggotaan partai serta mengundurkan diri dari jabatan wakil gubernur DKI. Sebuah komitmen yang luar biasa.
Sandi memiliki wawasan yang cukup baik mengenai kaum milenial dan dunia teknologi milenial. Hal ini terlihat dari kemampuan Sandi menjawab pertanyaan seputar ini di debat calon presiden dan wakil presiden yang terakhir untuk tahun 2019.
Baca Juga: Biasa Ceria Lalu Murung, Ada Apa dengan Sandiaga?
Isu retaknya Sandi dan Prabowo merupakan hal yang kurang baik bagi iklim politik di negara kita. Orang yang sudah berjasa sedemikian banyak dan setia kepada komitmen partainya sejak awal tidaklah layak diperlakukan dengan kurang baik.
Tapi isu hanyalah isu. Taka ada bukti atau kesaksian langsung mengenai ini. Semoga Sandiaga hanyalah sakit fisik sesaat dan segera sehat lagi. Wahana pilpres tidak akan lengkap jika pemainnya tidak lengkap.
Ayolah Sandi.., tersenyum lagi, senyum yang ikhlas pembawa semangat. Kamu muda, jalanmu masih panjang....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews