Mana ada publik yang senang dengan pencurian, apalagi yang dicuri dirinya sendiri. Maka, publik menolak dan mengelak dari upaya pencurian melalui pencitraan para politikus itu.
Teman saya Tomi Lebang menyebut fenomena ini sebagai "Ujug-ujug", berasal dari bahasa Sunda yang berarti "tiba-tiba". Saya menyebutnya "Sindroma Tiba-tiba".
Mengapa Sindroma, sebab dalam ilmu kedokteran maupun psikologi, sindroma merupakan kumpulan dari beberapa ciri-ciri klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, gejala atau karakter yang sering muncul bersamaan.
Tanda-tanda muncul bermasaan jelas terlihat, yaitu saat menghadapi Pilpres 2024. Ciri-cirinya jelas, kalau kata "jual diri" terlalu kasar, mungkin menggeber pencitraan yang paling tepat, suatu cara yang masih dianggap "maknyus", peninggalan Pak Beye yang fenomenal saat itu. Lantas semua politikus meniru cara ini, termasuk para politikus sekarang ini.
Hanya saja, jika pada masa Pak Beye pencitraan berfokus pada dirinya sendiri -karena lawan-lawan politiknya tidak tahu apa yang harus dilakukan- sekarang semua politikus melakukannya.
Sebagaimana tercermin dari tulisan "Ujug-ujug" itu; Ganjar, Puan, Airlangga, Erick, melakukannya dengan "amatiran". Sepertinya mereka perlu belajar dari Pak Beye bagaimana melakukan pencitraan yang baik dan maknyus.
Mengapa pencitraan harus dilakukan -di samping pemasangan baliho dan penguasaan media massa, media elektronik maupun media sosial- karena citra mereka tentu saja kurang baik di mata publik (sebutlah tidak dikenal kalau ukuran "berprestasi" masih bisa diperdebatkan). Maka pencitraan diperlukan untuk mencuri perhatian publik.
Yang namanya mencuri, ya ada yang berhasil mulus, ada pula yang ketahuan. Gagal. Sialnya cara mencuri perhatian publik para politikus ini sudah ketahuan publik sejak awal. Alih-alih suka, mana ada publik yang senang dengan pencurian, apalagi yang dicuri dirinya sendiri. Maka, publik menolak dan mengelak dari upaya pencurian melalui pencitraan para politikus itu.Tetapi berpikir positif saja, bahwa semua itu dilakukan sebagai upaya; upaya menjadi RI-1 menggantikan Joko Widodo. Jangankan menjadi Presiden RI, lha wong jadi Ketua RT saja sekarang butuh usaha.
Tapi apa iya mau menjadi Presiden itu harus makan di sembarang tempat ditonton hewan berkeliaran, menanam padi yang mungkin baru dilakukan seumur hidupnya, menyetubuhi bumi dengan merayap-rayap bak hewan melata di atas tanah atau menjadi pendekar bertenaga lemas gemulai memainkan jurus silat impor?
Apa iya harus segitunya?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews