Kelompok Separatis dan Teroris (KST) mengancam stabilitas dan keamanan warga. Kali ini mereka meneror rakyar di Kabupaten Maybrat, setelah sebelumnya menyerang Posramil pada pagi buta.
Salah satu ancaman terbesar di Papua adalah keberadaan kelompok separatis dan teroris (KST) yang selalu meneror warga sipil, bahkan berani menyerang aparat terlebih dahulu. Dalam pikiran mereka, Indonesia adalah penjajah, sehingga aparat juga ikut dimusuhi. Padahal sebenarnya merekalah yang patut untuk diberantas karena menjadi penghianat dan ingin mendirikan Republik Federal Papua Barat.
KST biasanya beroperasi di Kabupaten Puncak karena dikabarkan dekat dengan salah satu markas mereka. Namun kali ini mereka berulah di Distrik Aifat, Kabupaten Maybrat , Papua Barat. Sejumlah warga mendapatkan teror pembunuhan sehingga terpaksa mengungsi ke Distrik Ayamaru, Aitinyo, bahkan sampai ke Sorong. Padahal jaraknya lebih dari 173 KM.
Kapendam XVIII Kasuari Kolonel Arm Hendra Pesiseron menyatakan bahwa warga yang mengungsi ke hutan malah mendapatkan ancaman berat dari KST, sehingga memilih untuk pergi ke distrik lain. Ada pula mahasiswa yang ingin mengungsi ke Sorong tetapi malah terancam keselamatannya. Setelah mendapat laporan ini, maka sejumlah prajurit TNI diterjunkan untuk membuat suasana jadi kondusif.
Kolonel Arm Hendra melanjutkan, serangan KST dilakukan karena tidak setuju akan pembangunan di Maybrat. Namun warga dihimbau untuk tidak takut, karena saat ini sudah ada banyak prajurit TNI yang menjamin keselamatan mereka. Sehingga bisa kembali ke rumahnya masing-masing.
Beberapa saat lalu ada penyerangan di Posramil Maybrat dan dalam peristiwa naas ini, 4 prajurit TNI gugur dalam tugasnya. Setelah itu diam-diam KST meneror warga, sehingga masyarakat jadi jengah dan takut akan kehilangan nyawanya juga, seperti yang terjadi di Posramil. Penjagaan di Posramil dan wilayah lain di seputar Maybrat makin diperketat oleh TNI.
Pembangunan di Kabupaten Maybrat memang sedang digencarkan beberapa tahun ini. Ada perumahan yang dibangun dan juga jalan raya yang dibuat. Pembuatan infrastruktur memang digalakkan di hampir seluruh wilayah Papua, karena termasuk salah satu program dalam otonomi khusus. Yang tujuannya adalah memakmurkan warga sipil.
Anehnya, KST malah tidak setuju akan kemajuan ini dan menolaknya mentah-mentah. Oleh karena itu mereka sering menyerang lokasi proyek dengan senjata api, termasuk yang ada di jalan trans Papua beberapa saat lalu.
Padahal pembangunan jalan dan infrastruktur lain adalah demi kenyamanan masyarakat di Bumi Cendrawasih, khususnya di Kabupaten Maybrat.
Selama ini, KST memang selalu alergi dengan segala bentuk kemajuan yang ada di Papua.
Selain menuduh pemerintah adalah penjajah, mereka takut modernitas akan menggusur keberadaan mereka. Bisa jadi jalan-jalan raya yang dibuat akan membuat markas mereka terbongkar, karena selama ini letaknya masih tersembunyi. Mereka takut akan tertangkap oleh anggota TNI.
Sejak awal berdiri, KST dan OPM memang menolak modernitas dan hanya ingin memerdekakan diri dari Indonesia. Hal ini jelas sangat aneh karena bagaimana bisa mereka menolak kemajuan? Padahal jika tidak ada modernitas dan ilmu pengetahuan yang cukup, maka mereka akan mudah dibodohi dan hanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.
Ketika KST mengancam warga di Kabupaten Maybrat maka prajurit TNI langsung diterjunkan untuk mengatasi mereka. Jangan sampai ada lagi peristiwa berdarah yang meneror masyarakat sipil. Warga wajib dilindungi agar bisa beraktivitas dengan lancar, tanpa dibayang-bayangi akan ancaman dari KST, OPM, atau organisasi pemberontak lainnya. (Moses Waker)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews