Langkah Yusril Ihza Mahendra bergabung ke kubu petahana membuat murka kader Partai Bulan Bintang sekaligus Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212, Novel Hasan Bamukmin. Sebaliknya perubahan sikap Yusril secara psikologis menciptakan rasa aman pada pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Apa lagi jauh sebelumnya Refly Harun sudah bergabung meski tidak pada posisi sebagai lawyer, melainkan sebagai komisaris BUMN.
Dua pakar hukum tata negara yang juga lawyer ini dikenal publik sebagai jawara dalam hal perselisihan yang terkait dengan pemilu maupun masalah administrasi negara lainnya. Dalam kiprahnya dua tokoh ini jarang satu biduk, mereka seringkali berada pada posisi bersebrangan.
Pada kontestasi Pemilihan Walikota Makassar kemarin, Yusril menjadi kuasa hukum Munafri Arifuddin -Andi Rahmatika Dewi (Appi-Cicu), sementara Refly Harun berada di kubu kompetitornya, pasangan Danny Pomanto-Indira Mulyasari (DIAmi).
Lalu apa alasan Yusril memilih bergabung dengan petahana dan meninggalkan kubu Prabowo?
Tidak ada penjelasan memadai baik dari Yusril sendiri maupun dari kubu Jokowi yang diwakili Erick Thohir. Penjelasan Erick terlalu datar dan terkesan menghindari kontroversi. Situasi ini bisa dipahami mengingat Yusril yang merupakan representasi Partai Bulan Bintang yang sebelumnya diklaim masuk dalam Koalisi Keumatan yang sejak awal pengusung Prabowo.
Alasan yang dikemukan Erick Thohir sama diplomatisnya dengan penjelasan Johnny G Plate, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin bahwa keterlibatan Yusril semata-mata karena memiliki visi dan misi yang sama dengan Jokowi. Alasan kesamaan visi dan misi ini terasa berlebihan mengingat Yusril telah berkali-kali melontarkan kritik tajam terhadap rezim pemerintahan Jokowi.
Jika menapaktilasi jejak Yusril di media, kita dengan mudah menemukan kekecewaannya terhadap Koalisi Keumatan yang memasukkan Partai Bulan Bintang sebagai pengusung Prabowo tanpa terlebih dahulu mengajak Yusril bicara. Bisa jadi kekecewaan terhadap Koalisi Keumatan ini yang jadi modal Erick Thohir merayu Yusril.
Namun Yusril bukan politisi kemarin sore yang bisa dikompori hanya karena perasaan kecewa semata. Dalam diri Yusril berjumpa beragam keahlian, pakar hukum tata negara, dosen, penulis, lawyer sekaligus politisi senior. Bisa dibayangkan jika beberapa keahlian tersebut menyatu dalam diri seseorang. Hal itu terbukti saat Yusril berhasil memaksa KPU RI meloloskan Partai Bulan Bintang yang nyaris tersingkir sebagai peserta pemilu legislatif 2019.
Jokowi sebagai petahana menyadari betul bagaimana sosok Yusril berpotensi merepotkan dari sisi hukum. Posisi Yusril yang berada di luar pemerintahan terbukti membuat gentar penguasa. Saat Susilo Bambang Yudoyono berkuasa tidak kurang dari 5 atau 6 kasus dimenangkan Yusril saat berhadapan dengan pemerintah.
Sebut saja misalnya: kasus uji materi Pasal 97 ayat (1) UU No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian di Mahkamah Konstitusi, kasus Keabsahan Pengangkatan Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung serta kasus Putusan Sela yang mengabulkan gugatan Gubernur Bengkulu non aktif Agusrin M. Najamuddin dimana Yusril bertindak sebagai kuasa hukumnya.
Saat Yusril menggedor kebijakan pemberian grasi 5 tahun terhadap terpidana narkotika asal Australia Schapelle Leigh Corby ke PTUN, SBY bereaksi. Yusril kemudian diundang ke istana untuk mendiskusikan berbagai permasalahan ketatanegaraan. Alhasil, Yudoyono memberi jaminan akan melantik kembali klien Yusril sebagai Gubernur Bengkulu jika kelak dibebaskan oleh MA. Rupanya sukses Yusril sebagai lawyer, pakar hukum administrasi negara, dosen serta beragam keahlian tak sementereng karirnya sebagai pimpinan partai.
Dalam pemilu legislatif 2014 lalu Partai Bulan Bintang berada di posisi kedua dari belakang dengan perolehan suara 1,46% sedikit di atas PKPI (0.91) jauh di bawah ambang batas parlemen yang ditentukan Undang-undang. Berdasarkan survei mutakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI) untuk pemilu legislatif mendatang, Partai Bulan Bintang termasuk 6 partai politik yang sulit melewati parliamentary threshold sebesar 4%.
Perkiraan ini berdasarkan survei elektabilitas 16 partai politik di 10 provinsi terbesar di Indonesia dimana Partai Bulan Bintang dipilih oleh hanya 0,2 % responden senasib dengan PSI, Partai Berkarya, PKPI, Partai Garuda, serta Hanura.
Kegamangan sebagai pimpinan partai ini yang 'memaksa' Yusril melakukan langkah kontroversial berlabuh ke kubu petahana. Dengan beralih mendukung Jokowi, Yusril berharap Bulan Bintang kecipratan efek ekor jas Jokowi yang dari prediksi hampir semua lembaga survei menang telak atas kubu Prabowo-Sandiaga.
Berada di kubu dengan potensi keterpilihan yang lebih besar, harapan Yusril pada banyak kemungkinan terbuka lebar. Sepertinya Langkah zig-zag Profesor Yusril Ihza Mahendra kali ini akan berbuah manis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews