Mendobrak Oligarki, Berandai-andai Cak Lontong Masuk Kabinet

Siapa tahu dengan komedian di posisi menteri, hari-hari politik pemerintahan jadi lebih punya kharisma di mata rakyat?

Rabu, 8 Mei 2019 | 22:39 WIB
0
477
Mendobrak Oligarki, Berandai-andai Cak Lontong Masuk Kabinet
Cak LOntong (Foto: Media Indonesia)

Hasil real count KPU di posisi 70 persen data terinput, posisi Jokowi-Ma’ruf makin kuat dalam perolehan suara. Selisih 13,5 juta suara pemilih memberi gambaran Jokowi akan melenggang ke periode kedua. Di kali kedua kelak, Jokowi harus mengevaluasi kinerjanya di masa sekarang untuk jadi rencana kerja hebat di periode keduanya.

Posisi kabinet yang dirasa kurang memenuhi target kinerja yang diinginkannya rasanya layak untuk diberikan wajah baru. Pada masa kerja berikutnya, kendala dan kelemahan kabinet kerja harus teratasi demi target jangka panjang Jokowi.

‘Bongkar pasang’ kabinet sudah jadi tradisi dari presiden ke presiden. Hal ini dilakukan untuk penyempurnaan kinerja. Jokowi sudah melakukan ini dan memberikan banyak kejutan dengan menarik wajah-wajah lama yang dirasa profesional dalam posisi yang dipilihkannya.

Seperti halnya Sri Mulyani yang pernah mengisi kabinet di era SBY dan sempat meninggalkan Indonesia demi jabatannya di Bank Dunia Jokowi mengundangnya kembali mengabdi untuk pemerintah. Ada wajah lama lainnya seperti Wiranto, Lukman Hakim Syaifuddin dan Rini Soemarno.

Yang saya salut dari seorang Jokowi adalah gebrakannya yang melawan pola oligarki di pemerintahan kita. Sosok muda seperti Hanif Dakhiri bahkan pengusaha sukses yang belum memiliki ijazah SMU, Susi Pudjiastuti direkrutnya sebagai dalam kabinet kerja. Awalnya memang banyak pihak memandang sebelah mata semua langkah Jokowi ini. Tapi ternyata waktu membuktian kejelian insting seorang Jokowi dalam memilih anggota kabinetnya.

Susi Pudjiastuti kini diakui sebagai menteri perikanan dan kelautan yang mampu menegakkan lagi martabat perairan Indonesia dan meningkatkan produktifias hasil laut kita. Meskipun begitu, ada pula menteri yang meleset dari perhitungan awal Jokowi dalam hal kinerja. Mereka terpaksa disudahi dan beberapa dari mereka kini bahkan memilih jadi oposisi.

Menjelang periode keduanya, berkembang isu bahwa Jokowi akan mereshuffle kabinetnya pasca hari raya idul fitri tahun ini untuk bekerja secara kontinyu hingga periode keduanya nanti. Pada suatu kesempatan, Jokowi mengatakan akan merekrut orang muda untuk mengisi posisi menteri. Tak tanggung-tanggung, ia mengatakan usia 25 tahun pun tak masalah untuk diangkat sebagai menteri. Jokowi juga mengatakan akan membentuk kementrian baru.

Pasca Jokowi memimpin, saya melihat wajah kabinet yang lebih segar daripada sebelum-sebelumnya. Para menteri yang bekerja kompak bahkan sampai membentuk grup band. Ruang komunikasi yang kaku selama ini antara birokrat dengan rakyat pun didobrak. Jokowi bahkan sering mengabaikan aturan protokoler demi cairnya komunikasi antara dirinya dengan rakyat.

Kesederhanaan yang berwibawa, hal inilah yang jadi panutan bagi para menteri di kabinet kerjanya kali ini. Menteri Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa Jokowi adalah sosok pemimpin yang tegas dan tak menerima tawar-menawar dalam hal yang krusial bagi negara.

Baca Juga: "Efek Zelensky", Cak Lontong Bisa Jadi Presiden RI Mendatang

Jokowi tak segan memberhentikan menterinya yang tak bekerja sesuai prosedur dan target awal. Di sisi lain, Jokowi menerapkan komunikasi yang sangat kekeluargaan dengan saling menawarkan solusi antar anggota kabinet.

Dobrakan dalam oligarki di pemerintahan, ini sebuah langkah keluar dari ‘comfort zone’ yang di mata saya justru membuat rakyat lebih nyaman. Segala kemungkinan bisa terjadi. Jokowi bahkan memuliakan aspek inklusif dalam perekrutan kabinet dan jajarannya.

Rencananya, Jokowi akan merekrut penyandang disabilitas menjadi staf khusus kepresidenan (sumber: okenews.com). Sebuah langkah maju yang membanggakan saya sebagai rakyat. Kesempatan besar bagi semua kalangan untuk mengabdi pada negeri.

Gebrakan Jokowi ini bisa saja diikuti dengan langkah-langkah mengejutkan lainnya sepanjang itu dinilai baik di mata seorang Jokowi. Ia tak hanya menyorot aspek kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Jokowi juga sangat berpegangan pada prinsip komunikasi yang baik antara pejabat pemerintahan dengan rakyat.

Bukan hal mustahil jika suatu ketika Jokowi merekrut seorang komedian untuk posisi seperti menteri pariwisata dan kebudayaan. Mungkin saja ia membutuhkan komedian karena pemahamannya dalam budaya asli masyarakat kita dan keterampilannya berkomunikasi yang baik dengan masyarakat.

Baca Juga: Zaken Kabinet, Mungkinkah?

Kita sering luput, tantangan seorang menteri selain menyusun program kerja adalah mensosialisasikannya kepada rakyat. Komunikasi yang efektif bisa sangat membantu sosialisasi yang baik demi lancarnya penerapan program.

Jika benar seorang komedian bisa direkrut Jokowi, saya akan memilih seroang Cak Lontong atau Sule yang sukses dalam memandu banyak acara. Cak Lontong memang seorang insinyur tapi kemampuan komunikasi dalam pesan-pesan lucu membawanya menjadi komedian yang punya kelas tersendiri. Ia tidak melawak tanpa isi.

Banyak wawasan bisa saya dapat hanya dari seorang Cak Lontong. Ia bahkan sempat melawan segala informasi hoaks yang beredar melalui video wawancaranya dengan Jokowi. Bukan hal mustahil jika kelak ia jadi sosok yang diwawancara. Pemilu Ukraina jadi contoh terpilihnya seorang komedian menjadi presiden didorong mosi tidak percaya public pada pemimpin yang ada sebelumnya.

Bolehlah saya hanya berandai-andai…. Jika terjadi kemiripan situasi dengan bayangan saya, itu hanya kebetulan belaka. Siapa tahu dengan komedian di posisi menteri, hari-hari politik pemerintahan jadi lebih punya kharisma di mata rakyat?

***