Era Reformasi Butuh Reformasi

Kini kita bukan lagi paket 01, paket 02, melainkan kita menyatu dalam sila ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia.

Jumat, 19 Juli 2019 | 21:30 WIB
0
477
Era Reformasi Butuh Reformasi
Joko Widodo (Foto: Kompas.com)

Presiden terpilih, Joko Widodo dalam pidato Visi Indonesia, menyampaikan hal yang menarik. Dari sekian pembangunan yang telah dilakukan masa sebelumnya, dirinya masih menyadari bahwa pembangunan belumlah usai. Pembangunan Sumber Daya Manusia diprioritaskan mengingat bahwa membangun pada prinsipnya adalah membangun manusia sebagai subyek.

Jokowi menyadari bahwa era reformasi ini, Indonesia masih butuh reformasi. Disebutkan tentang pentingnya reformasi birokrasi dan reformasi struktural. Pola pikir lama, cara-cara lama yang terkesan berbelit-belit, menyulitkan akan dipangkas.

Dengan demikian, nampak bahwa reformasi birokrasi tidak sekedar berhenti pada urusan mutasi atau memberhentikan pejabat struktural. Reformasi berarti perubahan mindset. Reformasi berarti perubahan cara. Reformasi berarti membenahi kembali mentalitas pejabat dari cara-cara lama menuju cara-cara baru.

Perubahan mindset memang butuh waktu tetapi harus segera dimulai. Reformasi berarti memulai; mulai menyusun formasi baru untuk mencapai sesuatu yang baru.

Mencapai sesuatu yang baru tidak berarti membenci yang lama. Sebab tidak adapun satu reformasi di dunia ini, jika pola pikir lama dan cara-cara lama tidak didahuluinya.

Kalau pola pikir dan cara-cara lama masih mempersalahkan pemerintah dan negara karena sumbangsihnya; mari dalam era baru ini, dalam semangat persatuan, komitmen kita bangun untuk berandil dalam pembangunan negara tercinta ini. Pembangunan hanya dapat berjalan kalau setiap manusia Indonesia, “membangunkan dirinya dari tidur-tiduran” dan bergerak membangun negara ini.

Menurut hemat saya, pembangunan sumber daya manusia akan diam di tempat, jika manusia Indonesia tidak mau mengerahkan potensinya untuk turut berandil di dalamnya. Reformasi birokrasi yang diserukan Jokowi akan menjadi huruf-huruf mati, jika rakyat diam di tempat.

Urusan reformasi birokrasi pun perlu dimulai dengan cara berpikir bahwa bekerja berarti bekerja untuk rakyat. Hanya dalam arti ini, reformasi dapat berguna bagi demokrasi. Reformasi perlu sejalan dengan demokrasi. Reformasi oleh rakyat; demokrasi pun oleh rakyat. Reformasi mau secanggih apapun, harus taat untuk demokrasi, dalam arti bahwa reformasi dari rakyat, oleh rakyat dan harus untuk rakyat.

Mari ber-reformasi! Mari berdemokrasi, mendukung pemerintahan Jokowi-Maruf. Kini kita bukan lagi paket 01, paket 02, melainkan kita menyatu dalam sila ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia.

***