Tiga Negara yang Keras Kepala

Akan banyak isu dunia di kemudian hari yang akan kita saksikan tegang, selama Erdogan, Putin, dan Xi Jin Ping masih bercokol di istana mereka masing-masing.

Senin, 13 Desember 2021 | 07:21 WIB
0
204
Tiga Negara yang Keras Kepala
Putin dan Erdogan (Foto: CNBC Indonesia)

Ketiga negara di bawah ini dikenal sangat keras kepala di hadapan AS juga sekutunya.

Turki, China, dan Rusia. Negara yang masuk daftar hitam AS dalam kebijakan luar negeri AS.

Ada kesamaan antara ketiga pemimpin negara ini dalam peta politik dunia. Erdogan, Putin, dan Xi Jin Ping. Ketiganya dikenal ngotot dengan sikap berdaulat, ketiganya punya legitimasi yang kuat di depan rakyat, dan ketiganya adalah sosok sosok yang sangat kuat secara personal.

Turki dianggap sebagai negara rival. Sedangkan Rusia dan China dianggap sebagai negara musuh oleh AS. Begitulah AS biasa mengelompokkan negara lain jika berbeda dengan kepentingannya.

Dalam banyak kasus, Erdogan sering keras kepala dan tidak mau didikte AS. Termasuk di dalam NATO itu sendiri. Turki bukanlah negara yang manut dengan AS.

Dalam Kasus konflik Taiwan misalnya, China berkali kali mengatakan agar AS tidak bermain api dengan Cina. Karena AS akan kebakaran jika berani bermain api di Taiwan.

China mengancam AS bukan tanpa perhitungan. China memang memiliki kemampuan menembak jatuh semua pesawat tempur AS Lewat jalur selatan apabila AS berani masuk Taiwan.

Atas ketegasan China ini pula, AS terpaksa meralat sikapnya soal Taiwan dan mengatakan akan menghormati kebijakan politik cina terutama soal kebijakan One China Policy.

Dalam kasus konflik Ukraina misalnya, Rusia berani memberi garis merah kepada AS, yang apabila garis merah ini dilanggar, maka Rusia menganggap AS mendeklarasikan perang dengan Rusia.

Meskipun Rusia belum pasti akan menginvasi Ukraina, namun sikap ketegasan Putin sangat jelas di depan AS.
Dalam hitungan saya, maksimal Rusia Hanya akan menganeksasi Crimea secara permanen yang memiliki luas 10.000 mil.(Luas Ukraina secara keseluruhan adalah 130.000 mil). Konflik ini Tidak akan meluas menjadi perang skala besar.

Konflik Ukraina tidaklah mudah bagi AS, mengingat banyak negara anggota NATO sendiri enggan mau berperang dengan Rusia karena tidak ada kaitannya langsung dengan kepentingan nasional mereka.

Sampai saat ini, hanya Inggris dan Kanada saja yang mengatakan siap berperang dengan Rusia di bawah bendera NATO apabila dibutuhkan.

Sedangkan Turki, walaupun dia anggota NATO, Turki tidak secara langsung mengiyakan kemauan AS di Ukraina. Erdogan memilih bermain dua kaki dan double game di Ukraina.

Ketiga pemimpin dunia ini saat ini dianggap AS sebagai poros pembangkang plus Iran.

Tapi uniknya, justru ketiga negara ini saat ini punya hubungan diplomatik yang istimewa. Turki, Rusia, dan China adalah aliansi strategis saat ini dalam banyak isu dunia.

Mungkin jika kita melihat posisi Rusia dan China maka hal ini akan terlihat biasa Saja. Tapi jika melihat posisi Turki, ini adalah sebuah terobosan berani dan berwibawa.

Turki mampu berdiri sejajar dengan negara-negara kuat di dunia saat ini dan dianggap oleh AS sebagai ancaman yang tidak bisa diremehkan.

Kemampuan Erdogan mendorong Turki menjadi salah satu kekuatan dunia ini adalah sebuah kejutan bagi dunia yang secara tidak langsung membuat blok rival AS semakin kuat.

Perlu dipahami, AS hanya mengincar sumber daya alam di mana saja termasuk Ukraina. Jadi dia ingin jadi pahlawan bagi Taiwan dan Ukraina bukan Secara gratis.

Ambisi ambisi Geopolitik AS begitu kuat sejak dulu yang setiap saat sangat hobi ingin ikut campur dalam urusan dalam negeri setiap negara. Terutama negara-negara berkembang.

Tapi akan beda hal nya jika AS berhadapan dengan ketiga negara model begini. Alur cerita akan jauh berbeda dan mental arogansi dan ekspansionisnya AS akan jauh lebih hati hati dengan negara model begini.

Akan banyak isu dunia di kemudian hari yang akan kita saksikan tegang, selama Erdogan, Putin, dan Xi Jin Ping masih bercokol di istana mereka masing-masing.

AS hanya akan berpikir matang apabila dia sedang berhadapan dengan pemimpin pemimpin model begini. Karena kebiasaan AS adalah merendahkan semua pemimpin dunia dimana saja, terutama pemimpin pemimpin yang tidak punya kapasitas dan hanya menjadi pajangan di banyak negara ketiga.

Tengku Zulkifli Usman

***