Padahal dengan alutsista modern dan dibantu oleh sekutunya ternyata tidak mudah untuk mengalahkan pasukan bersarung atau Houthi.
Pasca serangan Houthi atau Ansharullah atas kilang minyak Aramco, Arab Saudi, negara kayak minyak tersebut meminta bantuan ke ibu angkatnya yaitu Amerika. Dan Amerika mengirimkan beberapa personil militer serta beberapa baterai rudal Patriot dan THAAD untuk melindungi wilayah udara Arab Saudi dari gempuran tentara Houthi.
Arab Saudi memang negara kaya dan anggaran militernya terbesar ketiga setelah Cina. Arab Saudi kalau membeli alutsista seperti membeli kacang goreng dengan pembayaran tunai. Hanya, Arab Saudi minim Sumber Daya Manusia yang bisa mengoperasikan persenjataan modern tersebut.
Salah satu buktinya, mereka tidak bisa mendeteksi drone dan rudal yang menghantam kilang minyak Aramco. Padahal sudah dijaga oleh sistem rudal Patriot yang sangat mahal itu.
Serangan Arab Saudi ke Yaman juga tidak dilakukan oleh tentara Arab Saudi, tetapi memakai pilot-pilot tempur dari Inggris, Perancis dan Amerika. Tetapi itu juga tidak geratis. Dan tagihan biaya akan ditagihkan dikemudian hari kepada Arab Saudi dan harus membayar gaji pilot asing plus bahan bakarnya.
Belum lagi biaya gaji yang harus dikeluarkan untuk tentara bayaran yang berasal dari Sudan atau sekutu Kerajaan.
Setelah Houthi sukses melancarkan serangan ke kilang minyak Aramco, Arab Saudi, kini Houthi juga sukses menggelar operasi dengan sandi "Pertolongan dari Alloh" di kawasan Najran, Arab Saudi.
Bahkan dalam operasi besar-besaran ini, tentara Houthi berhasil menangkap ratusan tentara bayaran dan beberapa perwira dari Arab Saudi dan menghancurkan kendaraan lapis baja. Operasi dengan sandi "Pertongan dari Alloh" terbilang sukses besar.
Baca Juga: Aramco Dihujani Sepuluh Drone Houthi, Harga Minyak Melambung
Bahkan menurut sumber dari petinggi Houthi, Hamid Razaq, dalam serangkaian pesan singkatnya di Twitter, Arab Saudi melakukan lobi kepada negara-negara Barat untuk menghentikan penayangan atau publikasi rekaman video terkait operasi tentara Houthi di wilayah Najran tersebut. Larangan penayangan atau publikasi tersebut untuk menjaga mental tentara bayaran Arab Saudi dan menjaga rasa malu karena dipermalukan oleh tentara bersarung tersebut.
Arab Saudi juga malu mengakhiri perang di Yaman karena dianggap kalah. Padahal dengan alutsista modern dan dibantu oleh sekutunya ternyata tidak mudah untuk mengalahkan pasukan bersarung atau Houthi.
Perang Yaman sudah berlangsung hampir 5 tahun dan menimbulkan puluhan ribu korban jiwa, baik anak-anak dan kaum wanita. Bencana kemanusiaan dan kelaparan melanda Yaman, akan tetapi Arab Saudi melarang bantuan kemanusiaan itu untuk masuk Yaman. Dan dunia juga diam seribu bahasa-tidak ada yang mengecam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews