Setelah nanti diumumkan pasangan mana yang resmi terpilih, pasangan tersebut wajib mengumandangkan janji yang barangkali dibuat mirip dengan janji Zelenskiy.
Untuk pertama kalinya, Ukraina akan segera dipimpin oleh seorang komedian yang nihil pengalaman di bidang politik. Ya, presiden terpilih tersebut bernama Volodymyr Zelenskiy. Selain terbilang belia di kancah perpolitikan, Zelenskiy juga ternyata masih sangat muda dari segi umur, baru menginjak usia 41 tahun.
Wah, betapa mujurnya nasib Zelenskiy, untuk kedua kalinya beliau terpilih lagi menjadi presiden. Kok bisa, yang pertama kapan?
Periode pertama tidak perlu dianggap, karena ternyata jabatan itu berlangsung di negeri komedi. Kisahnya, pada acara serial komedi "Servant of the People", Zelenskiy pernah memainkan peran layaknya seorang presiden Ukraina. Dan siapa sangka, akhirnya peran dalam aksi "presiden-presidenan" itu terwujud nyata.
Pada pemungutan suara putaran kedua Pilpres yang digelar 21 April yang lalu, Zelenskiy berhasil mengungguli capres petahana Poroshenko, dengan meraup suara terbanyak sebesar 73,2%.
Jika dipikir-pikir, bagi seorang penantang, apalagi tadi disebut sama sekali belum berpengalaman, capaian angka sebanyak itu sungguh menakjubkan dan tentu diluar dugaan.
Namun demikianlah faktanya, warga Ukraina buktinya lebih yakin dengan seorang komedian daripada politisi senior Poroshenko.
Kita tentu tidak perlu membahas panjang lebar hal ikhwal bagaimana persiapan Zelenskiy memenangkan pertarungan tersebut, tapi yang jelas isu yang beliau mainkan sepanjang kampanye adalah terkait korupsi dan kemerosotan ekonomi yang melanda Ukraina. Pembahasannya cukup sampai di sini saja.
Apa yang menarik dari proses Pilpres di Ukraina ini untuk kemudian bisa dicontoh oleh Indonesia yang kebetulan juga barusan menyelesaikan perhelatan serupa?
Suasana damai tanpa huru-hara serta sportivitas yang terbangun di sana.
Sesaat setelah terindikasi kalah lewat quick count dan exit poll, capres petahana Poroshenko ternyata tidak berbuat aneh, menghargai kemenangan lawan, dan bahkan sampai berjanji akan membantu mulusnya masa transisi kepemimpinan dari tangannya ke pundak Zelenskiy. Luar biasa, bukan?
"Saya akan meninggalkan puncak kekuasaan ini, tetapi saya ingin menggarisbawahi bahwa saya tidak meninggalkan dunia politik," ujar Poroshenko.
Apapun masa lalu yang membelit Poroshenko, beliau yang notabene berpengalaman sama sekali tidak menunjukkan sikap remeh apalagi mencela Zelenskiy, malah memberi motivasi bermanfaat kepada juniornya itu.
Poroshenko juga tidak menggunakan pengaruhnya untuk mengerahkan massa pendukungnya memboikot kemenangan Zelenskiy, karena pemenang Pilpres sesungguhnya adalah warga negara Ukraina sendiri.
Janjinya untuk tetap aktif di dunia politik juga merupakan sikap optimis yang kuat serta bentuk komitmen tinggi untuk terus berkontribusi bagi negaranya. Kekalahan dalam Pilpres tidak membuatnya hilang semangat.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah para capres-cawapresberniat meniru sikap Poroshenko terhadap Zelenskiy dan sebaliknya?
Sistem dan proses Pilpres di Ukraina tidak hanya sama dengan yang diterapkan di Indonesia yakni LUBER dan melalui pemungutan suara di TPS, tetapi waktu pelaksanaannya pun hampir berbarengan.
Apakah proses Pilpres di Indonesia memang harus lebih buruk atau malah justru diupayakan agar sama baiknya dengan Pilpres di Ukraina?
Harusnya dapat diupayakan oleh semua pihak, baik para pasangan capres-cawapres sendiri, para elit politik dan juga masyarakat banyak. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari konflik sosial dan bersabar menunggu hasil keputusan final dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Tentu setelah nanti diumumkan pasangan mana yang resmi terpilih, pasangan tersebut wajib mengumandangkan janji yang barangkali dibuat mirip dengan janji Zelenskiy berikut: "Aku tidak akan pernah mengecewakanmu" kepada seluruh rakyat Indonesia. Betul?
Semoga demikian. Amin!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews