Saya cuma naik bis ke kampus, pas musim dingin. Menghemat duit beasiswa. Soalnya saya bukan mahasiswa program pemerintah yang beasiswanya sampai berlipat-lipat dari yang saya dapatkan.
Kenrokuen itu nama taman. Letaknya di kota Kanazawa. Kanazawa sendiri adalah nama ibukota prefektur Ishikawa atau dalam bahasa Jepang, Ishikawa Ken. Saya pindah dari Tokyo ke Kanazawa pada April 1994.
Musim salju pertama dan menikmati tahun baru 1995, saya rasakan di Kanazawa, yang berbeda jauh dengan di Tokyo. Januari dan Februari, dingin banget, bisa mencapai di bawah Nol derajat. Tapi jika hari cerah, walau saljunya sering bikin saya kepeleset, saya tetap jalan-jalan menikmati Kenrokuen.
Taman itu merupakan salah satu dari 3 taman terindah di Jepang, selain Taman yang ada di Okayama dan di Mito (di prefektur Ibaraki). Ada pohon pinus Karasaki, nama Jepangnya, pohon ini salah satu ikon taman tersebut, sudah ditanam ratusan tahun.
Di musim dingin yang saljunya sangat tebal, pohon ini diberi penyangga seperti segitiga kerucut, untuk melindungi dahan pohon Karasaki, agar tak patah menahan beratnya salju yang menggelayut. Dahan Karasaki ini, panjangnya ada yang masuk sampai ke tengah kolam, sayang kok saya gak nemu foto-foto Kenrokuen yang saya bidik di musim panas atau musim gugur, entah ke mana foto-foto itu.
Foto-foto yang ada sayanya pada musim dingin dan musim semi ini ,adalah hasil minta tolong sama pengunjung taman. Jaman baheula, mana ada ponsel, apalagi tongsis seperti sekarang.
Kenrokuen selama 2 tahun, menjadi saksi bagaimana saya bolak balik pergi dan pulang dari asrama di tengah kota ke kampus yang jauh di ketinggian bukit di pinggiran kota.
Di musim panas, seringkali di waktu akhir pekan saya numpang piknik makan siang, dengan gelar tikar kecil dan bawa buku sendirian, menunya seadanya saja, seringnya beberapa tuna onigiri sih, minumnya ocha . Sering juga karena angin sepoi, jatuh ketiduran.
Di waktu musim semi, saya paling suka jalan- jalan di bawah rindangnya pohon sakura di sepanjang jalan tempat toko-toko souvenir dan restoran, yang ada di luar taman.
Kanazawa juga punya castle (benteng). Walau sedikit kecil, dibanding yang di Osaka, tapi saya suka. Sering saya memandanginya dari tempat ketinggian. Ada jalan pintas yang tiap hari saya lalui, jalan pulang untuk menuju asrama. Sampai di titik tertinggi, saya akan istirahat sebentar untuk memandang benteng itu di kejauhan.Entah kenapa tempat itu jadi lokasi favorit untuk ngaso dan melamun sejenak. Jarak dari asrama ke sekolah saya bersepeda, 40 menit. Jauh ya? Jadi jangan heran kalo saya gak gendut waktu di Jepang.
Saya cuma naik bis ke kampus, pas musim dingin. Menghemat duit beasiswa. Soalnya saya bukan mahasiswa program pemerintah yang beasiswanya sampai berlipat-lipat dari yang saya dapatkan.
Well, jika ada kesempatan ke Jepang, saya harus ke Kanazawa, dan napak tilas di Kenrokuen.
***
Tulisan sebelumnya: Ketika di Jepang [1] Belajar Mengenakan Kimono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews