Selalu ada kamera poket saya bawa ke mana-mana. Belum ada kamera digital. Jadi foto-foto yang saya foto ulang dari hasil print ini, adalah foto-foto dari negatif filmnya, amazing...
Memang kalau nemu foto-foto lama , memori akan berlompatan di kepala. Mencoba mengingat, momen apa, mengerjakan apa, dengan siapa saja dan kenapa melakukannya.
Hari ini saya menemukan foto-foto ketika saya bersekolah di Jepang. Namun tahunnya gak urut. Mungkin saya memang gak rapih menyusunnya.
Akhirnya saya putuskan untuk mengambil momen yang satu ini terlebih dahulu, untuk saya simpan di Facebook bukan momen yang lain.
Saya punya murid bahasa Indonesia, seorang ibu usia 50an waktu itu. Dia cukup kaya terpandang, dan murah hati. Jika saya mengajar, pasti dia minta saya mengajar di kafe. Biasanya di Ochanomizu, daerah lumayan banyak kafe dan restoran enak, seingat saya. Mungkin karena kantornya dekat dari situ. Pasti ditraktir.
Suatu hari dia menawarkan, "Maria chan, mau coba pakai kimono?". Waaah tawaran itu langsung saya terima. Sebagai mahasiswi asing, belajar sastra, bahasa dan budaya Jepang, itu adalah ajakan yang sangat didambakan.
Singkat cerita, dibawalah saya ke sanggar untuk kursus para gadis modern Jepang belajar memakai kimono. Tak ada yang saya kenal, tapi mereka sangat ramah. Mulailah saya dijadikan model untuk memakai kimono. Oh iya, dari dulu saya memang suka foto dan ternyata juga difoto.Selalu ada kamera poket saya bawa ke mana-mana. Belum ada kamera digital. Jadi foto-foto yang saya foto ulang dari hasil print ini, adalah foto-foto dari negatif filmnya, amazing...
Kertas print foto jaman dulu ternyata mutunya bagus, dan bisa bertahan sampai puluhan tahun kemudian.
Jika lihat tanggal foto itu dibuat, tertulis di pojok bawah foto, 93 12 16. Itu artinya tahun 1993, bulan 12 dan tanggal 16. 27 tahun lampau, woooow. Pas musim dingin dong ya. Pantes dipakein kimono lumayan tebal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews