Kita bertaubat atas segala dosa kita, dan menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Pengampun, yang bisa mengampuni dosa-dosa kita.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita bisa sampai pada malam kesembilanbelas. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.
Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.
Saat jeda antara adzan dan iqamah, banyak masjid-masjid di Indonesia mengisinya dengan puji-pujian. Puji-pujian ini bisa berupa salawat (salawat Badar, salawat Asyghil, salawat Nariyah, dan semacamnya), atau syiir.
Salah satu syiir yang terkenal dan sering dilantunkan dalam puji-pujian adalah Syiir Al-I’tiraf, yang diciptakan oleh Abu Nawas.
Syiir ini sebenarnya terdiri dari beberapa bait, namun yang sering dilantunkan adalah bait pertama sebagai berikut:
Ilahi lastu lil firdausi ahlan (Wahai Tuhanku, aku bukanlah penghuni surga)
Wa la aqwa ‘alan naril jahimi (Dan aku tidak kuat berada di dalam neraka Jahim)
Fa habli taubatan waghfir zunubi (Maka terimalah taubatku, dan ampunilah dosaku)
Fa innaka ghafirudz dzanbil azhimi (Sesungguhnya Engkau Maha Mengampuni dosa-dosa yang besar)
Ada yang menganggap bahwa syiir ini dilantunkan oleh orang yang tidak jelas maunya apa. Masuk surga tidak pantas, masuk neraka juga tidak mau, terus maunya apa? Padahal jika kita cermati, makna di balik syiir ini sangat mengena.
Pada baris pertama, kita menyadari bahwa untuk menjadi penghuni surga itu syaratnya berat. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda bahwa yang bisa memasukkan seseorang ke dalam surga adalah rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Amalan seseorang, tidak bisa memasukkannya ke surga dan menyelamatkannya dari neraka. Bahkan Rasulullah sendiri meskipun dijamin atas surga, itu semata-mata karena rahmat Allah, bukan karena amalan beliau.
Meskipun kita melakukan salat, puasa, zakat, haji, bersedekah jariyah, dan seabrek amalan baik lainnya, tak pantas kita merasa bahwa amalan ini akan membawa kita ke dalam surga. Apabila Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memberi rahmat-Nya pada kita, amalan itu tidak akan bisa menyelamatkan kita.
Itulah mengapa sesuai kultum kemarin, kita bertanya pada diri kita, sudahkah niat beribadah kita ikhlas semata karena Allah, atau karena mengharap surga? Karena amalan baik tidak sertamerta menjamin kita menjadi penghuni surga.
Pada baris kedua, kita menyadari bahwa neraka yang diciptakan Allah merupakan tempat yang sangat buruk. Kita tidak akan tahan berada di sana, padahal kita adalah manusia yang senantiasa berbuat dosa.
Maka kemudian pada baris ketiga dan keempat syiir ini, kita memohon kepada Allah agar pertaubatan kita diterima, dan agar Allah mengampuni dosa-dosa kita. Kita bertaubat atas segala dosa kita, dan menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Pengampun, yang bisa mengampuni dosa-dosa kita. Hanya Allah yang kuasa memberikan rahmat-Nya agar kita diampuni, diselamatkan, dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Semoga Allah memberikan ampunan dan rahmat-Nya kepada kita, dan agar kita menjadi orang-orang yang selamat.
Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews