Beda dengan masyarakat bawah atau yang tidak mampu, cenderung pasrah dan siap menghadapi resiko apapun yang akan terjadi.
Panik atau kepanikan bahasa sederhananya yaitu rasa takut yang berlebihan. Penyebabnya biasanya karena ada informasi atau berita yang disikapi dengan perasaan was-was dan timbul rasa ketakutan yang berlebihan.
Kepanikan yang yang sifatnya secara kelompok bisa menimbulkan efek domino yang bisa menimbulkan keresahan atau merugikan masyarakat itu sendiri. Apalagi era medsos, berita yang tidak jelas sumbernya atau kebenarannya atas suatu produk tertentu bisa memicu kepanikan. Karena takut habis kalau tidak mendapatkannya.
Dalam dunia saham atau pasar modal sering terjadi "panik beli dan panik jual". Panik beli biasanya dipicu berita yang sifatnya positif dan cenderung dilebih-lebihkan dan entah dari mana sumbernya akan suatu emiten tertentu. Akhirnya investor ramai-ramai membeli saham tersebut. Dan harga menjadi naik tidak wajar.
Begitu juga sebaliknya,panik jual dipicu oleh kabar berita yang tidak baik yang bisa mempengarui investor ramai-ramai menjual saham secara bersamaan dan dalam waktu yang hampir sama pula. Harga akhirnya jatuh. Seperti saat pandemi sekarang-panik jual sudah beberapakali terjadi.
Panik atau kepanikan tidak hanya melanda dalam bursa saham saja pada saat pandemi seperti sekarang ini. Akan tetapi-juga melanda masyarakat yang cenderung ekonominya lebih mapan.
Masyarakat yang hidupnya lebih mapan secara ekonomi cenderung mudah dilanda rasa panik atau kepanikan akan sesuatu hal yang berlebihan.
Seperti kita ketahui saat awal-awal pandemi masyarakat dilanda rasa panik atau kepanikan adanya virus covid ini. Apotik-apotik penuh dengan antrian orang-orang yang ingin membeli vitamin C dan vitamin E, masker dan sanitizer. Bahkan memicu kelangkaan dan naiknya harga yang tidak wajar. Seperti harga masker waktu itu.
Sekarang susu beruang yang notabene susu sapi yang dipasturisasi atau dipanaskan dalam susu tertentu juga diburu oleh masyarakat yang cenderung mapan ekonominya. Bahkan berebut seperti kesatanan karena takut habis atau tidak kebagian. Padahal itu dipicu oleh berita yang tidak jelas sumbernya akan khasiat susu cap beruang tersebut untuk mengatasi penyakit covid.
Begitu juga obat cacing Ivermectin yang biasanya harganya murah sekarang harganya naik tidak wajar dan langka di pasaran atau apotik-apotik. Mustahil obat cacing Ivermectin bisa terjangkau oleh masyarakat bawah kalau harganya 250 samapai dengan 350 ribu rupiah.
Masyarakat yang mapan secara ekonomi memang cenderung mudah dilanda rasa panik atau kepanikan secara berlebihan. Sekalipun mereka orang-orang yang pendidikannya tinggi dan rasional.
Beda dengan masyarakat bawah atau yang tidak mampu, cenderung pasrah dan siap menghadapi resiko apapun yang akan terjadi. Kemiskinan yang sudah menjadi makanan sehari-hari menjadikan mereka cenderung masa bodoh atau tidak peduli dengan covid ini.
Masyarakat yang ekonominya mapan tak jadi soal berdiam diri atau ngendon di dalam rumah dua minggu atau sebulan. Tapi bagi masyarakat bawah atau miskin tak kerja sehari saja belum tentu bisa makan. Karena bayaran kerjanya harian.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews