Ustaz yang Aneh-aneh

Bagaimana mungkin seorang muslim, apalagi sudah berstatus ustaz, dengan ringannya menyebarkan fitnah tanpa ia pernah benar-benar menyelidikinya?

Selasa, 25 Juni 2019 | 16:02 WIB
0
434
Ustaz yang Aneh-aneh
Rahmad Baequni (Foto: Antaranews.com)

“Ustaz kita itu kok aneh-aneh yo, Sat?”

Seorang teman yang agak agnostik tiba-tiba membuka topik. Biasanya teman satu ini jarang bicara serius dan lebih suka ngomong yang lucu-lucu.

“Maksudmu…?!” tanya saya.

“Iku lho ustaz yang bilang bahwa segitiga itu lambang dajjal.”

“Oalah… iku toh. Ustaz Iluminati? Ustaz iku pancen rodok-rodok…,“ jawab saya sambil tertawa ngakak.

“Apa memang ada dalam agama Islam yang menyatakan bahwa segitiga itu lambang dajjal?” tanyanya serius..

“Ya nggak ada. Itu kan hanya interpretasi sang Ustaz saja,” jawab saya.

“Lha kok dia yakin banget dan bahkan berani berdebat dengan Ridwan Kamil soal arsitektur, desain, dan segala macem?”

“Kok heran sih? Lha wong umat Islam yang yakin banget bahwa ngebom gereja dan membunuhi orang-orang dengan bunuh diri sambil teriak 'Allahu Akbar' aja banyak kok,” jawab saya sekenanya. 

“Jadi di agama sebenarnya tidak ada dibicarakan soal simbol-simbol zionis yang katanya kalau dimasukan ke dalam masjid, maka salat di dalam masjid tersebut tidak sah secara syariah? Bahkan katanya ustaz itu akan mengugurkan ketauhidan ummat Islam. Lalu sebenarnya dapat darimana ustaz itu? Mosok ustaz kok ngajari umat dan jamaahnya takhayul?” gugatnya.

Saya kembali ngakak sambil sedikit meringis.

Baca Juga: Masjid Iluminati di Cipularang

Memang banyak sekali ustaz abal-abal yang sebenarnya tidak punya ilmu agama yang mumpuni, tidak suka membaca dan telah berhenti belajar karena sibuk ceramah, percaya takhayul, tapi sudah telanjur jadi ustaz dan punya banyak jamaah.

Orang-orang seperti ini memang mencari-cari topik yang aneh-aneh untuk mereka sebarkan pada jamaahnya. Ustaz-ustaz seperti ini mungkin karena ilmunya cetek sedangkan topik-topik yang lain sudah ‘dikuasai’ oleh ustaz lain akhirnya mencari-cari topik yang tidak ada dalam agama tapi mengandung hal-hal yang mistis, misterius, sedang populer, dan bikin penasaran jamaah.

Tujuannya memang bukan lagi untuk mencerdaskan dan membuat jamaahnya semakin bertakwa tapi sekedar agar dirinya populer dan semakin laris diundang ke mana-mana.

Faktanya Mr RB, Sang Ustaz Iluminati ini akhirnya semakin popular justru karena Ridwan Kamil (kok ya mau-maunya) meladeninya untuk berdebat. Saya baca jamaah yang menghadiri debat tersebut di Masjid Pusdai sampai membludak. Edhian…!

Saya benar-benar prihatin mengetahui bahwa umat Islam benar-benar belum beranjak dari posisinya yang kengangguran itu. Kalau Anda bersedia menghadiri debat soal iluminati antara ustaz abal-abal dengan seorang gubernur yang berlatar belakang arsitek maka jelas waktu Anda terlalu berlimpah dan Anda sedang cari-cari kegiatan yang bisa memuaskan rasa penasaran Anda pada hal-hal takhayul. Gak usah membela diri... 

Kok saya berani bilang bahwa RB ini seorang ustaz abal-abal? Percayalah, kalau ada ustaz yang memfokuskan diri untuk mempelajari simbol-simbol segitiga, persegi lima, trapezium, iluminati, perdajalan, permatasatuan, garis tangan, bentuk bibir yang berhubungan dengan bentuk vagina, makna di balik angka 212, dan sejenisnya lalu dia hubung-hubungkan dengan agama maka itu tentulah ustaz abal-abal.

Baca Juga: Illuminati dalam Akal Kaum Ilusi

Setahu saya sampai saat ini belum ada IAIN yang membuka Jurusan Takhayul Syariah atau mata kuliah “Signs and Symbols in Dajjalism and Why It Is So Urgent for Moslems To Learn”. 

Mau bukti lain? Tuh akhirnya sang ustaz ditangkap karena menyebarkan fitnah bahwa KPPS yang mati pada pemilu kemarin itu karena diracun. Saya sudah menonton videonya di Youtube dan benar-benar ternganga melihat bagaimana Ustaz Iluminati ini menyampaikan fitnah dengan begitu ‘cool’ pada jamaahnya.

Katanya para petugas itu mati karena diracun melalui rokok dan ketahuan setelah dites di lab. Jadi bukan karena otopsi. Tujuannya adalah agar mereka tidak bisa memberikan kesaksian atas kecurangan yang terjadi.

Jelas sekali bahwa ia sangat menikmati penampilannya di depan jamaahnya ketika melemparkan fitnah tersebut. Ia seolah sedang menyampaikan butir-butir hikmah yang ia peroleh berkat ketekunannya bertaqarrub mendekatkan diri pada Sang Penguasa Informasi. 

Bagaimana mungkin seorang muslim, apalagi sudah berstatus ustaz, dengan ringannya menyebarkan fitnah tanpa ia pernah benar-benar menyelidikinya? Bukankah ini sangat menyedihkan dan sebuah tragedi bagi umat Islam?

Ustaz itu jelas lebih dianggap ‘akeh benere’ ketimbang guru kayak saya (pensiunan, tepatnya). Umat islam jelas lebih percaya pada yang berstatus ustaz ketimbang guru, apalagi cuma lurah dan camat, sehingga kalau ada ustaz yang menyebarkan fitnah maka jelas kerusakannya di masyarakat jauh lebih besar ketimbang yang menyebarkan itu guru, dosen, lurah, camat, apalagi preman pasar.

“Menurut saya orang itu ustaz abal-abal, Cak,” kata saya pada teman tadi untuk menutup pembicaraan.

“Ketoke Ustaz Bekicot, Cak.” sahut teman saya sambil tertawa. Saya langsung ngakak lagi mendengar istilah Ustaz Bekicot ini.

Bagi yang pernah hidup di dunia ramal meramal Undian Harapan, Lotto, dan Nalo, pasti tahu apa yang dimaksud oleh teman saya ini. 

Surabaya, 22 Juni 2019.

***