Dalam satu-dua dekade mendatang, kita akan mengganti sistem energi dunia dengan sistem terbarukan. Bahkan saat ini, kita sudah mengalami tahap awal "technosocialism" seperti ketersediaan internet.
Bagaimana masa depan kemanusiaan di tengah gelombang pasang disrupsi teknologi? Untuk menjawabnya, Yudi Latif's Private Library menyuguhkan buku "Technosocialism" karya Brett King and Richard Petty (2021).
Visi kesejahteraan umum telah lama jadi mimpi kemanusiaan sejagad. Komunisme Uni Soviet berdiri dengan janji pemerataan dan kemakmuran bagi semua. Nyatanya, sistem tersebut melahirkan malapetaka kemanusiaan, dengan segelintir elit memonopoli kekuasaan dan kekayaan.
Sosialisme Eropa datang dengan versi lembut dari komunisme, namun tak bisa sepenuhnya terhindar dari problem komunisme: elit menarik string dan keuntungan publik tak pernah benar-benar merata.
Manusia tampaknya bukan "mesin ideal" yang akan bekerja dengan kemampuan terbaiknya dan dengan bahagia berbagi hasil panen pekerjaannya dengan sesama secara merata.
Bagaimana kalau kita gantungan pemenuhan impian kesejahteraan umum itu pada teknologi? Setiap teknologi baru memang selalu berwajah ganda: positif dan negatif. Namun, dengan visi etis yang memandunya, bisa menjadi katalis bagi perwujudan cita-cita sosialisme.
Abad ke-21 menjadi abad paling disruptif yang pernah dilalui manusia. Implikasi teknologi baru akan mengubah ideologi-ideologi paling "disucikan" menyangkut politik, ekonomi dan konstruksi sosial.
Suka atau tidak, hal itu akan memaksa manusia untuk menyesuaikan diri dengan cara-cara yang tak terbayang sebelumnya.
Dengan kehadiran Artificial Intelligence, big data & connectivity, penulis buku ini mengingatkan perlunya mereformasi kapitalisme dan menggantinya dengan apa yang disebut "technosocialism": suatu masyararakat masa depan dengan sebagian besar pekerjaan manusia diotomatisasikan dan pelayanan dasar seperti untuk perumahan, healthcare, dan pendidikan serba hadir dengan biaya murah.
Dalam satu-dua dekade mendatang, kita akan mengganti sistem energi dunia dengan sistem terbarukan. Bahkan saat ini, kita sudah mengalami tahap awal "technosocialism" seperti ketersediaan internet dan mesin pencari (Google, DuckDuckGo, aplikasi Waze dsb) dengan memberikan pelayanan secara demokratis dan murah, bisa dijangkau segala kalangan.
Buku yang menebar optimisme dalam menyambut era disrupsi teknologi bagi kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia.
Yudi Latif
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews