Ayolah tim Prabowo/Sandi, jangan terus-menerus menunda kerja dengan berbagai alasan. Jangan biarkan Sandiaga Uno melakukan solo run dengan aksi-aksi parsial dan blunder tanpa makna bagi pembentukan diri sebagai calon pemimpin besar negeri ini. Malu dong sama Bu Lia, Bu Yuli dan Bik Narti....
Disaat kubu Jokowi/Ma’ruf Amin mengumumkan sosok ketua tim kampanye nasional di Jalan Cemara (Posko Cemara), Menteng, Jakarta, Jumat (7/9/2018), kubu Prabowo/Sandiaga Uno juga berkumpul di Kertanegara, rumah kediaman Prabowo.
Hal yang dilakukan kubu Prabowo/Sandi adalah membuat pernyataan politik berupa kritik persoalan ekonomi pemerintahan Jokowi. Pada saat yang relatif bersamaan memang sedang ramai pemberitaan kenaikan Dolar AS yang menyebabkan nilai mata uang Rupiah menurun hingga mencapai 15 ribu per 1 Dolar Amerika Serikat.
Pada momentum berkumpulmya kubu Prabowo tersebut, publik sebenarnya lebih ingin mengetahui sosok siapa yang ditunjuk menjadi ketua tim pemenangan capres/cawapres Prabowo-Sandi, bukan sebuah pernyataan politik terkait perekonomian---yang sebenarnya bisa disampaikan secara khusus dilain kesempatan.
Pengumuman “head to head” kedua tim sukses merupakan hal yang ditunggu-tunggu publik. Bagi publik, pada ranah infotainmen politik, momen pemberitaan tentang tim sukses kedua kubu merupakan sebuah bagian dari perayaan pertarungan dua kontestan Pilpres 2019.
Ini sebuah pesta demokrasi tersendiri yang memiliki efek besar dalam memori publik. Lebih lanjut, memori itu akan membentuk persepsi positif atau negatif publik---tergantung dimensi sukacita yang terbangun dalam benak publik.
Terbukti, pada infotainmenitas politis kubu Jokowi/Ma’ruf Amin tercipta magnet besar pemberitaan media dan gaung jauh yang lebih nyaring. Besarnya gaung itu melindas gaung pernyataan politik kubu Prabowo/Sandi.
Terlebih, pada momen pengumuman nama ketua tim sukses Jokowi/Ma’ruf Amin muncul nama Erick Thohir—sosok penting dan hebat dibalik kesuksesan Asian Games yang menuai pujian nasional dan Internasional. Sebuah momentum yang tercipta ketika ingatan publik belum hilang pada even Asia tersebut.
Pernyataan Politis yang Mandul
Pernyataan politis kubu Prabowo/Sandi menjadi mandul dan bumerang. Padahal tadinya mereka ingin menjadikan sebuah antithesis dari kegembiraan kubu Jokowi/Ma’ruh Amin dengan cara menyodorkan ke ruang publik tentang krisis faktual naiknya Dolar AS.
Mandul, karena mereka kehilangan momentum ekspetasi publik. Jadi bumerang karena publik melihat ketidaksiapan dan ketidakcepatan kubu Prabowo/Sandi membentuk tim kerja pemenangan, padahal mereka punya tokoh-tokoh hebat di dalam koalisinya. Sebutlah nama Joko Santoso yang sudah nyaring jadi kandidat kuat tim pemenangan.
Pada peristiwa tersebut, lagi-lagi kubu Jokowi/Ma’ruf Amin terbukti lebih cepat lebih baik. Lebih cepat lebih siap bekerja. Mereka menunjukkan soliditas tim yang kuat kepada rakyat. Ini poin posisitif, yakni bagaimana mengurus rencana dalam tim kerja sebagai gambaran kesiapan untuk mengurus negara dan bangsa ini.
Sementara sebaliknya dengan tim Prabowo/Sandi, terkesan lamban dan “tidak solid didalam” untuk membentuk sebuah tim kerja. Apa lagi yang ditunggu?
Hal tersebut merupakan pertunjukan kedua tentang ketidaksolidan tim Prabowo/Sandi setelah yang pertama mereka tunjukkan dalam pendaftaran Capres/Cawapres yang penuh dengan drama---sehingga ada scene “Sogokan 500 Milyar Sandiaga Uno” dan munculnya “Jenderal Kardus”. Kalau tim tidak solid, bagaimana kelak bisa memimpin negara dan bangsa Indonesia yang besar ini?
Aksi Sandi dan Nihilnya Konsep Tim
Kubu Prabowo/Sandi beralasan pengumuman tim pemenangan bukan hal utama melainkan pada kondisi faktual perekonomian rakyat. Tapi pun pernyataan politis yang mereka keluarkan saat itu bukan sebuah solusi melainkan “keprihatianan dan keluhan” semata, tentang kekeliruan orientasi dan strategi ekonomi.
Juga tentang melemahnya rupiah dan ekonomi fundamental yang berakibat pada kenaikan harga kebutuhan pokok dan berkurangnya daya beli masyarakat. Ini isu basi yang sudah dinyatakan sebelumnya secara parsial oleh berbagai tokoh oposisi.
Uniknya, mungkin untuk mengimbangi gaung dan kilau pemberitaan penunjukan Erick Thohir sebagai ketua tim pemenangan Jokowi/Ma’ruf Amin, lalu Sandiaga Uno melakukan solo action menukar Dolar miliknya jadi Rupiah. Lalu, bagaimana dengan para tokoh lain dalam tim mereka? Kenapa tidak semua orang kaya dan konglomerat dama tim Prabowo/Sandi melakukan hal yang sama?
Media pun menyorot solo action Sandiaga Uno. Publik heboh soal pertunjukan Sandiaga dalam aksi tukar Dolar, pernyataan tempe tipis seperti kartu ATM, bu Lia yang cuma bisa belanja bawang dan cabe dengan uang 100 ribu. Semua yang ditampilkan Sandiaga Uno itu bukan solusi signifikan bagi inti persoalan global hingga menurunnya nilai Rupiah terhadap Dolar!
Sandiaga Uno melakukan aksi sendiri, spontan dan bersifat reaktif, dan tanpa konsep solusi dari sebuah tim kerja yang handal. Disatu sisi, hal itu memang menaikkan popularitas Sandiaga Uno secara personal karena sorotan kamera di ruang publik, tapi disisi lain memunculkan persepsi publik tentang lemah dan tidak solidnya tim kerja Prabowo/Sandi soal wibawa kepemimpin dan kualitas kerja tim, serta kejelian memanfaatkan momentum ekspetasi pubik jelang Pilpres 2019 nanti.
Bagaimanapun kemampuan membentuk tim kerja kecil merupakan gambaran kemampuan dalam tim kerja besar. Ini akan berpengaruh pada persepsi publik soal kualitas kepemimpinan Prabowo/Sandi.
Ayolah tim Prabowo/Sandi, jangan terus-menerus menunda kerja dengan berbagai alasan. Jangan biarkan Sandiaga Uni melakukan solo run dengan aksi-aksi parsial dan blunder tanpa makna bagi pembentukan diri sebagai calon pemimpin besar negeri ini. Malu dong sama Bu Lia, Bu Yuli dan Bik Narti. Kalau aku sih rapopo.....
***
Referensi :
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/07/17400481/erick-thohir-jabat-ketua-tim-pemenangan-jokowi-maruf
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/07/22471241/sandiaga-yang-ditanyakan-rakyat-itu-masalah-ekonomi-bukan-tim-sukses
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/07/21360781/prabowo-persoalan-ekonomi-adalah-masalah-bangsa-tim-sukses-itu-teknis
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/07/23214991/belum-umumkan-ketua-timses-koalisi-prabowo-sandi-dinilai-tak-solid
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/07/21193331/pdi-p-prabowo-sandiaga-seharusnya-bicara-kebijakan-alternatif-bukan
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/151600726/dollar-as-dekati-rp-15.000-sri-mulyani-sebut-indonesia-beda-dengan-negara
https://www.liputan6.com/pilpres/read/3639280/kubu-prabowo-bahas-pelemahan-rupiah-erick-thohir-yakin-ekonomi-aman
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews