Setelah pembeberan jujur Prof Mahfud MD di ILC, 14 Agustus 2018, tentang jegal-menjegal untuk merebut posisi cawapres, agenda politik berikutnya yang tak kalah menarik adalah ijtima’ ulama (IU) jilid dua yang akan diselenggarakan tak lama lagi. Atau, mungkin juga sedang berlangsung.
Para ulama dari GNPF Ulama dan PA 212 akan memutuskan apakah mendukung salah satu paslon presiden 2019. Kalau para ulama yang berkumpul itu membuat keputusan yang tak sejalan dengan suara rakyat, sangat mungkin itu akan merugikan para ulama sendiri.
Beberapa hari lalu, seorang ulama mengucapkan kemungkinan untuk bersikap abstain atau tak memihak di pilpres 2019. Umat dipersilakan memilih tanpa arahan. Opsi ini tampak netral, tetapi berpotensi negatif bagi para ulama.
Berikut ini saya simulasikan opsi-opsi IU-2 yang menggambarkan beberap kemungkinan. Dari sekian kemungkinan, hanya satu yang terbaik bagi para ulama. Di luar itu, kartu mati semua.
1. Ulama memilih PAS. Opsi inilah yang paling tepat dan terbaik. Kalau PAS kalah tak masalah. Kalau PAS menang, ulama akan semakin diperhitungkan.
2. Ulama abstain, tidak mendukung paslon mana pun. Ulama mungkin merasa netral. Yang menjadi masalah, kalau nanti Jokowi menang, pasti publik akan menyalahkan ulama. Dalam arti, gara-gara netralitas itulah Jokowi menang. Beruntung kalau PAS (Prabowo-Sandi) menang, posisi netral ulama mungkin tidak menjadi pembahasan.
3. Ulama pilih KORUF (Jokowi-Ma’ruf Amin), hampir mustahil. Apalagi setelah Prof MMD blak-blakan di ILC (14/8/2018) tentang hiruk-pikuk cawapresnya Jokowi. Kalau ulama akhirnya pilih KORUF dengan melawan kemustahilan itu, tentu sangat jelas bagi rakyat. Semua orang tahu makna, tujuan, dan dampaknya.
4. Ulama memilih hanya Kiyai Ma’ruf Amin (KMA), bukan memilih Jokowi, dengan alasan karena beliau ulama. Artinya, ijtima’ berkilah bahwa KMA akan memberikan manfaat dan mengurangi mudarat.
Yang menjadi masalah adalah memilih KMA berarti memilih Jokowi juga. Otomatis. Tak berbeda dengan opsi kedua. Opsi mustahil. Sebab, rakyat menghendaki pergantian presiden.
Inilah empat (4) opsi ijtima’ ulama GNPF-U. Dari keempat pilihan ini, opsi pertamalah (Opsi 1) yang paling elegan, tepat, dan terbaik. Opsi-opsi lain akan menciptakan suasana yang kontraproduktif. Akan menyuburkan prasangka-prasangka buruk.
Jadi, saya berpendapat ijtima’ ulama jilid dua tidak punya pilihan lain kecuali mendukung dan menyukseskan pasangan Prabowo-Sandi (PAS).
Opsi pertama disebut terbaik tentunya karena selaras dengan suara rakyat yang menuntut pemulihan kedaulatan bangsa dan negara. Desakan rakyat yang menuntut perbaikan ekonomi dan pengembalian hak-hak orang kecil. Yang menuntut pemberantasan korupsi dan penghentian penjarahan kekayaan rakyat. Yang menuntut penegakan hukum dan keadilan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews