Neno yang Malang

Senin, 30 Juli 2018 | 06:55 WIB
0
620
Neno yang Malang

Seperti yang saya duga dalam hati, akhirnya benar juga Neno Warisman ditolak oleh warga Batam untuk mendeklarasikan Gerakan 2019 Ganti Presiden. Baca kisahnya di sini.

Kenapa deklarasi ini sampai mendapatkan penolakan yang begitu keras dari sebagian warga Batam? Ya, karena Neno sendiri sedang melakukan hal yang sama, yaitu penolakan pada Jokowi, sedangkan Jokowi punya banyak pendukung di Batam. Jadi ini sebenarnya penolakan lawan penolakan.

Jika kita menganggap Neno punya hak menolak Jokowi maka mungkin kita juga perlu berpikir bahwa pendukung Jokowi juga punya hak untuk menolak Neno. Tinggal mau kuat-kuatan kemampuan menolak saja.

Saya sebetulnya sedih melihat situasi saling tolak seperti ini. Semestinya kita bisa mengubahnya menjadi SALING AJAK alih-alih saling tolak yang berpotensi konflik seperti ini.

Bagaimana kita bisa Saling Ajak? Ya pendukung Jokowi mengajak orang lain untuk mendukung Jokowi sedangkan pendukung Prabowo mengajak orang lain untuk mendukung Prabowo.

Dengan demikian masing-masing pendukung tidak perlu merasa bahwa jagoannya dinistakan atau diremehkan.

Dengan Saling Ajak masing-masing pihak bisa menunjukkan kehebatan dari calon presidennya tanpa harus menjelek-jelekkan pihak lainnya. Mbok ya fastabikhul khairat saja, saling berlomba pada kebaikan dan bukan saling menjelek-jelekkan dan menjegal pihak lain. Insya Allah itu lebih baik.

Repotnya Neno memang belum punya calon presiden yang bisa dia promosikan kebaikannya sedangkan syahwat politiknya sedang menggebu-gebu.

Alhasil gerakan menolak calon presiden lain yang ia lakukan padahal calon presiden ini punya banyak pendukung yang tentu tidak suka jika calonnya dijelek-jelekkan dan mau dijegal di depan mata mereka. Maka terjadilah penolakan pada Neno ini.

Kalau Neno tidak paham akan konsekuensi dari tindakannya maka menurut saya ia naif.

Tapi saya yakin Neno itu cerdas. Neno mungkin bukan orang lugu seperti banyak orang mengira. Siapa tahu ketika saya mencemaskannya ia mungkin malah sedang 'menikmati' keadaan 'didzolimi' ini dan mendapatkan simpati lebih besar karenanya.

Artinya penolakan ini justru diharapkannya. Bukankah tujuannya untuk mendapatkan simpati? Lha wong melihat ekspresinya ini saja saya merasa kasihan dan rasanya pingin saya ajak ngopi-ngopi di Aceh kok!

Politik itu memang penuh lika-liku yang tidak mengikuti kaidah nalar logis.

***

Banda Aceh, 29 Juli 2018