Empat orang meninggal: terlalu bernafsu. Mencari harta karun ini. Ratusan lainnya masih penasaran.
Ini gara-gara orang kaya satu ini: Forrest Fenn. Umur 87 tahun. Tinggal di Santa Fee, New Mexico. Masih hidup. Berbisnis barang antik.
Rupanya dia ketularan sifat bisnisnya: pikirannya pun antik. Dia taruh sebagian hartanya dalam satu peti. Berupa emas batangan, rubi, berlian dan buku biografinya. Total senilai Rp13 miliar. Lalu dia tanam di sebuah tempat rahasia. Di pegunungan Rocky Mountain. Siapa pun boleh menemukan harta itu. Dan memilikinya.
Tapi pegunungan Rocky Mountain begitu luas. Begitu panjang. Dari New Mexico sampai Wyoming. Hanya orang seperti Winnetou yang mampu menjelajahinya. Atau Old Shatterhand. Tapi mereka hanya tokoh dalam novel. Juga tidak akan tertarik harta karun Forrest Fenn.
Winnetou punya harta karun sendiri. Yang tak ternilai. Dia rahasiakan tempatnya. Di Rocky Mountain. Mereka pun sudah meninggal. Bagaimana meninggalnya saya tidak tahu. Saya tidak mampu meneruskan membaca novel ini. Tidak kuat membayangkan nasib tragis yang akan menimpa Winnetou. Inilah satu-satunya novel yang tidak saya baca sampai habis. 40 tahun yang lalu. Baru saya habiskan belakangan ini.
Forrest Fenn menyadari luasnya Rocky Mountain. Karena itu dia memberi petunjuk. Arah. Tanda-tanda. Wujudnya sebuah puisi:
Begin it where warm waters halt
And take it in the canyon down,
Not far, but too far to walk.
Put in below the home of Brown.
Puisi teka-teki. Heboh.
Itu tahun 2010. Sampai hari ini belum ada yang menemukannya. Sudah lebih 300 orang menjelajah Rocky Mountain. Saya bisa membayangkan beratnya petualangan ini. Saya pernah menyusuri pegunungan ini. Dua tahun lalu. Mulai dari Montana, Wyoming, South Dakota, Colorado, Arizona sampai Utah. Setir mobil sendiri. Selama 15 hari. Luar biasa indahnya. Terutama di Yellow Stone. Luar biasa terjalnya. Satu orang pemburu dari kota Batavia, dekat Chicago, meninggal di daerah ini. Luar biasa ngerinya. Terutama di Colorado.
Menyadari kesulitan itu Fenn memberikan indikasi baru: tidak di dekat kuburan. Tidak pula di bawah air. Tidak di dalam sebuah bangunan.
Fenn menjadi asyik sendiri. Di umurnya yang kian tua. Baru-baru ini dia mengumumkan indikasi baru. Dia sangat khawatir keburu mati. Sebelum ada yang bisa menemukannya. Katanya: jangan sampai baru ditemukan 1.000 tahun lagi.
Tiap hari Fenn menerima 150 email. Fenn memang membangun website khusus untuk ‘proyeknya’ ini. Di situlah dia membangun keasyikannya. Mempermainkan (emosi) orang.
Awalnya Fenn terkena kanker. Tahun 2008. Saat dia berumur 77 tahun. Bersamaan dengan krisis ekonomi yang berat di Amerika. Dan dunia. Masyarakat begitu sulit. Dilanda stress masal. Dia ingin memberikan impian. Membangun harapan. Manufacturing hope. Dengan menanamkan harta karun itu.
Ternyata dia sembuh dari kankernya. Humornya, keasyikannya, optimesnya dan hopenya mengalahkan kankernya.
Tapi, seperti bunyi sebagian email yang masuk ke dia, Fenn dianggap menyiksa orang. Kan harta itu bisa dijual untuk beramal. Atau: Fenn telah membunuh empat orang.
Fenn tidak peduli. Terus saja asyik dengan permainannya. Bahkan kian menggemaskan. Lihatlah pengumuman terbarunya:
Hampir saja ada yang menemukan. Sudah ada yang mencapai lokasi. Tinggal 200 meter lagi ke harta karun. Bahkan ada yang tinggal 60 meter.
Huh! Semua pencari menggunakan imajinasinya sendiri. Yang mencari di Wyoming mengira dialah yang dimaksud ‘tinggal 60 meter’ itu. Demikian juga yang pencariannya di Colorado. Padahal jarak kedua lokasi itu seperti Banyuwangi ke Banten.
Begitu asyiknya permainan orang tua satu ini. Lahirlah banyak blog. Yang ingin membantu. Atau menjerumuskan. Lahir pula banyak buku. Yang nebeng ketenaran.
Forrest Fenn, pernah bertempur di Vietnam. Sebagai Angkatan Udara Amerika. Kini dia bertempur dengan imajinasinya. Kalau suatu saat saya ke Santa Fee lagi sungguh ingin memburunya. Dia lebih harta karun dari harta karunnya.
Seseorang, apalagi pemimpin, memang harus mampu memberikan hope. Untuk membangun optimisme. Tapi bukan pepesan kosong.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews