Hoax adalah suatu berita yang tidak benar atau tidak jelas sumber beritanya dan sengaja untuk menciptakan keresahan atau ketakutan di masyarakat. Hoax sengaja untuk menciptakan rasa permusuhan antar kelompok satu dengan lainnya, antara agama satu dengan agama lainnya, antara suku satu dengan suku lainnya.
Negara tercinta Indonesia yang terdiri dari suku/etnis, agama dan bahasa daerah, tentu sangat rentan dengan berita hoax yang bertebaran di medsos, tak ubahnya seperti bahan bakar yang mudah disulut kapan saja.
Bahkan negeri ini hampir-hampir terjadi kerusuhan atau sentimen antar agama, itu juga karena berita hoax. Masyarakat kita mudah termakan berita yang tidak jelas sumber beritanya, malas untuk mengecek kebenaran berita itu dan malah suka atau cepet-cepetan share berita yang tidak jelas itu.
Hoax dibuat oleh orang-orang atau kelompok yang tidak ingin adanya rasa nyaman atau kedamaian di tengah-tengah masyarakat, mereka ingin mengambil manfaat dari berita hoax tersebut, entah keuntungan materi atau keuntungan politik.
Bahkan masyarakat yang terpelajar atau intelektual saja yang seharusnya bisa berpikir kritis atau mengecek sumber berita malah sarapan berita hoax dan ikut menyebarkan. Orang tidak waras pengin waras, ini malah orang waras jadi tidak waras, jaman edaaaannnn.....
Yang menyebarkan hoax dan yang ditangkap oleh pihak kepolisian rata-rata "pion-pion atau kroco-kroco", mereka menjadi ujung tombak atau yang bertugas menyebarkan berita hoax. Aktor intektual atau pihak-pihak yang membiayai susah untuk diungkap.
Malah ada yang beranggapan, menyebarkan berita hoax adalah bagian dari jihad di medsos karena menganggap pihak-pihak lain juga melakukan serangan atau fitnah kepada mereka.
Maka namanya pakai istilah "Moslem Cyber" atau nama lainya, nama Muslim dipakai supaya mudah mendapatkan simpati dan menyatukan kekuatan diantara mereka. Dan ternyata benar, mereka mendapat pengikut yang banyak dan malah menjadi anggotanya yang siap menjalankan perintah untuk menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya.
Berita hoax bisa membunuh karakter sesorang karena bersifat fitnah dan bisa menimbulkan perasaan salin curiga sesama anak bangsa atau masyarakat secara luas.
Bahkan berita terbaru di negara Srilanka yang negaranya mayoritas beragama Budha, juga terjadi kerusuhan berlatar-belakang sentimen keagamaan. Negara yang dulu bernama Sailon itu terpaksa melakukan darurat militer selama sepuluh hari dan diberlakukan jam malam untuk masyarakat.
Pemicunya adalah isu atau berita hoax "pil mandul". Ada anggapan di masyarakat Srilanka, terutama yang beragama Budha, bahwa umat Islam di Sri Lanka yang hanya minoritas atau 10% ingin umat Budha tidak bisa berkembang atau bertambah.
Isu yang disebarkan, umat Islam sering menaruh "pil mandul" itu di setiap makanan atau minuman seperti kopi di mana restoran atau rumah makannya rata-rata dipunyai umat Islam. Pil mandul yang disangkakan kepada umat Islam dengan tujuan supaya umat Budha tidak bisa beranak pinak atau mengurangi angka kelahiran jelas hoax. Pemerintah setempat pun memberangus Facebook sebagai medsos yang menyebarkan informasi hoax itu.
[irp posts="2228" name="Jangan Jadi Burung Pemakan Bangkai di Facebook!"]
Kalau di negeri kita yang jadi terdakwa atau tertuduh biasanya umat Kristiani dengan tuduhan melakukan misionaris. Nah, kalau di negara Srilanka, yang jadi terdakwa atau tertuduh adalah umat Islam yang minoritas, yang sering dituduh melakukan "Islamisasi atau dakwah" yang mengajak umat Budha untuk pindah atau masuk agama Islam.
Pemicu kerusuhan beberapa hari kemarin bermula dari seorang yang beragama Budha makan di restoran yang dimiliki oleh orang Islam. Setengahnya lagi makan, ia menemukan benda kecil yang di curigai sebagai "pil mandul". Orang itu kemudian menelpon temannya bahwa ia menemukan "pil mandul" tersebut, padahal itu bukan pil mandul seperti yang mereka tuduhkan.
Lha, rerus teman-temannya itu pada datang dengan jumlah di atas 20 orang. Tanpa ba-bi-bu langsung melakukan pengrusakan dan pembakaran restoran tersebut. Gayanya kira-kira seperti di sinilah!
Rupanya isu "pil mandul" ini menyebar juga ke daerah lainnya dan umat Budha di sana melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah-rumah umat Islam, bahkan sampai membakar rumah ibadah.
Kerusuhan antara umat Budha dan Islam ini sering terjadi, bukan kali ini saja, bahkan pernah terjadi kerusuhan yang lebih besar. Umat Islam sebagai minoritas sering jadi korban.
Memang di manapun di belahan dunia ini, sering mayoritas menindas minoritas, bahkan dengan dalih atau sebagai pembenar dengan mengatakan: habis kalian minoritas yang tidak tahu diri!
Perlu diketahui di negara Srilanka umat Islam menguasai toko-toko dengan jualan baju-baju dan rumah makan. Dan kalau terjadi kerusuhan, tempat usaha mereka sering ini dirusak dan dibakar.
Padahal isu "pil mandul" tadi tidak benar alias hoax adanya, tetapi sentimen antara umat Budha dan Islam,memang sudah ada sebelumnya dan sewaktu-waktu bisa meletus kalau ada pihak-pihak yang sengaja mengembuskan berita-berita hoax.
Mudah-mudahan negara tercinta kita yang beraneka ragam adat-istiadat, suku dan agama, tidak mudah termakan berita hoax dan melakukan kroscek terlebih dahulu.
Yang masih sering nyebarin hoax dan mereka yang sama-sama memakan hoax tanpa mengunyahnya terlebih dahulu termasuk orang-orang primitif, seperti sebagian orang Srilanka itu.
Catat ya, di Indonesia ga ada orang model seperti itu.
Aminnnn.....
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews