Akui Jerusalem sebagai Ibukota Israel, Trump Picu Perang Dunia III

Kamis, 7 Desember 2017 | 06:30 WIB
0
477
Akui Jerusalem sebagai Ibukota Israel, Trump Picu Perang Dunia III

Gara-garanya adalah pidato khususPresiden AS Donald Trump mengenai pengakuan Jerusalem sebagai Ibukota Israel yang baru. Atas kenekatannya itu, AS pun memindahkan kedutaan besarnya di Tel Aviv ke Jerusalem yang merupakan kota suci agama langit.

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan beberapa negara lainnya telah menyampaikan keberatannya secara resmi atas kebijakan terbaru AS di Timur Tengah yang akan memicu konflik kawasan dan bahkan Internasional itu. Sementara, Trump meyakinkan para pemimpin Arab di Timur Tengah mengenai keputusannya itu.

Sejak tahun 1967, persoalan Israel dan Palestina masih panas sampai sekarang. Jauh sebelumnya, perang juga telah terjadi di tanah suci tiga agama tersebut. Catatan sejarah membuktikan bahwa Perang Salib sebagai bentuk pertumparan darah paling panjang dalam sejarah kehidupan manusia.

Pengakuan atas tanah yang membawa latar belakang agama bukan hanya mengusik kehidupan, tetapi menghilangkan hak atas kehidupan. Apakah pertempuran di tanah Palestina akan terus berlangsung?

Selama Israel dan Palestina sama-sama menggunakan senjata, selama banyak pihak turut serta membantu dengan senjata, selama teriakan nama suci memekakkan langit, selama itu pula tanah suci tiga agama akan terus menumpahkan darah.

Perang adalah solusi terbaik bagi pecinta kekuasaan tanpa kemanusiaan. Jika perang terjadi dan meluas, dampak buruk akan menghadirkan kiamat. Dahulu orang-orang masih menggunakan pedang, tombak, panah dan bom api. Namun sekarang? Nuklir, rudal dan senjata pembunuh massal sudah tercipta. Siapa yang memulai perang dunia, maka dunia akan hangus seketika.

[irp posts="1843" name="Donald Trump: Make America Funny Again!"]

Munculnya kemungkinan perang akibat isu pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem, persoalan Palestina dan Israel masih panjang. Dengan ikut campurnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap persoalan Yerusalem, bisa jadi konflik internal kawasan Timur Tengah akan meluas.

Liga Arab memang langsung mengingatkan Trump tentang permasalahan proses perdamaian Israel-Palestina. Apabila terjadi pemaksaan atas pengakuan Yerusalem sebagai Ibukota Israel, potensi perang akan kembali muncul.

Dengan demikian, Liga Arab pun tidak bisa menahan anggota atau umat Islam yang bakal berbondong-bondong menuju tanah suci tiga agama tersebut. Jika terjadi, perang Amerika–Irak akan terulang dengan lawan Palestina dan para mujahid dunia.

Mengutip AFP, Kompas.com memberitakan, pada 4 Desember 2017, Ketua Liga Arab, Ahmed Gheit menyatakan bahwa langkah Trump bisa mengganggu stabilitas Timur Tengah dan seluruh dunia. "Sangat disayangkan beberapa orang bersikeras melakukan langkah ini tanpa memperhatikan bahaya yang ditimbulkannya terhadap stabilitas Timur Tengah dan seluruh dunia," katanya.

Lalu, Abdul Gheit mengingatkan bahwa ego dan keras kepala tidak akan mencapai kata perdamaian. Menurut Gheit, tidak ada yang membenarkan tindakan tersebut. Keputusan itu tidak akan menghasilkan ketenangan atau stabilitas, melainkan akan memicu fanatisme dan kekerasan.

[irp posts="1851" name="Presiden Donald Trump dan Tahta Canda Gedung Putih"]

Dengan pemaksaan akan pengakuan Yerusalem oleh Donal Trump, maka perpindahan kedutaan besar beberapa negara koalisi AS akan turut serta bergerak ke Yerusalem. Sehingga, muncul fanatisme dan perang antar mujahid kedua belah pihak.

Apalagi darah masih saja tumpah atas nama penegakan nafsu kekuasaan. Sebelumnya, Mesjid Al-Aqsa sempat ditutup oleh Militer Israel. Akibatnya muncul persatuan umat Islam untuk melawan. Apabila ada kemelut perang yang diumbar oleh Trump atas status Yerusalem, pertempuran sudah di ambang pintu.

Munculnya perang di Timur Tengah bisa saja menjadi akar masalah atas pertumpahan daerah yang lebih luas. Hal ini mengingat ISIS masih saja bertempur di tanah kekuasaanya. Perang ISIS dan perang tanah Yerusalem mengawali perang-perang yang lain.

Belum lagi konflik AS dengan Korea Utara. Bila pertempuran dengan Korea Utara terjadi, tentu saja akan mengusik ketenangan dengan Korea Selatan, meskipun Tiongkok masih membujuk Korea Utara. Bila perang terjadi, Tiongkok dan Rusia akan membantu Korea Utara.

Dengan kata lain, Tiongkok, Rusia, Korea Utara akan membantu Iran, Lebanon dan Palestina. Mereka berhadapan dengan Amerika Serikat, Israel, Korea Selatan, dan sekutunya, termasuk Arab Saudi.

***