Netizen Indonesia ‘jaman now’ lagi ramai ngomongin soal GIF yang katanya berkonten porno di WhatsApp. Aplikasi chat yang gampang dan sederhana digunain ini memang kontroversi banget, ya? Sebelumnya heboh karena dipakai buat nyebarin hoax, sekarang heboh karena konten bermuatan pornografi.
Kebayang dong ya gimana hebohnya WhatsApp Group atau lebih populer disingkat WAG ibu-ibu yang khawatir anaknya terpapar konten negatif ini. Ya, udah pasti heboh setelah pesan berantai itu mulai tersebar sejak hari Minggu, 5 November 2017 lalu.
Konten yang disebut mengandung unsur pornografi itu berformat GIF atau Graphics Interchange Format. Sebenarnya WhatsApp bukan aplikasi pertama yang menyediakan GIF, banyak kok sosial media lain yang udah lebih dulu pakai gambar bergerak ini. Tapi kok ya baru heboh sekarang. Mungkin karena baru tau kali ya. Mungkin.
GIF ini bisa jadi bahasa nonverbal buat mereka yang saling bertukar pesan. Fungsinya sebelas-dua belas sama emoji kok. Bedanya kalo GIF gambarnya bergerak tanpa suara. Pastinya bertukar pesan akan lebih seru dengan adanya GIF ini. Tapi tetap saja fungsinya hanya sebagai pelengkap saja. Esensinya tidak terlalu penting. Buat anak muda, biar pesannya lebih seru aja.
Dengan GIF ini, pesan dari si pengirim terkesan lebih ekspresif jika dilengkapi animasi bergerak tersebut. Emosi si pengirim juga akan lebih terwakili dengan GIF ini ketimbang "emoticon" standar. Tapi balik lagi, ini soal selera dalam berkomunikasi melalui media, sih. Kalau pengen cepat ya ga perlu pake emoji-emoji segala.
Anehnya, kok netizen malah beramai-ramai nyebarin cara memunculkan GIF yang berkonten porno tersebut. Yah, maklum sih, karakteristik masyarakat dunia maya Indonesia emang ‘latah’. Ga ‘saring sebelum sharing’.
Niat hati baik, mau ngabarin teman-teman jagad media sosial agar sadar soal adanya konten negatif ini. Dan beramai-ramai protes minta ditindaklanjuti pemerintah. Eh, itu malah ngasih tutorial biar semua pada tau gimana cara munculin GIF tersebut dan menggunakannya. Kebayang ga kalau broadcast tersebut dibaca sama anak-anak kan bahaya. Secara tidak langsung malah ngajarin si anak.
Sebab, buat munculin dan berkirim konten GIF ini ga semudah pake emoji biasa. Buat munculin GIF yang dimaksud, mesti dicari dulu dan masukin keyword alias kata kunci GIF apa yang ingin dicari untuk dikirimkan.
Blokir fitur, bukan aplikasinya!
Tidak hanya mendesak agar GIF dengan unsur pornografi di hapus. Tetapi warga net juga meminta agar aplikasi WhatsApp diblokir. Begitu ditulis Kompas. Lah, tiga hari yang lalu WhatsApp gak bisa diakses satu jam saja udah pada heboh. Sampai-sampai muncul berbagai ragam meme ‘gara-gara WhatsApp Down’ yang bikin ngakak. Eh, tenang saja, nyebarin meme ini aman kok, ga bakal kesangkut hukum apalagi ketangkap polisi.
Tentulah penuntutan agar WhatsApp diblokir sangatlah tidak tepat. Jika beralibi takut anak-anak terpapar fitur negatifnya, harusnya orangtua yang memegang andil besar. Mbok, ya, anaknya dikontrol. Diberikan edukasi cara menggunakan internet yang baik. Satu lagi, anak-anak yang masih "ingusan" jangan dikasih gadget.
Lagipula WhatsApp sudah menyarankan agar aplikasi bertukar pesan ini digunakan oleh user minimal berusia 13 tahun. Jadi gak bisa ujug-ujug karena fitur ini para orang tua minta WhatsApp diblokir. WhatsApp kan digunakan oleh banyak kalangan mulai dari karyawan kantor, pebisnis, mahasiswa, hingga kaum ibu-ibu nyinyir nanya kapan anak temannya nikah.
Buat kalangan terakhir diblokirnya WhatsApp tidak berpengaruh. Intinya yang diblokir itu cukup fiturnya saja, bukan aplikasinya. Sebab fitur GIF ini disediakan oleh pihak ketiga.
Untunglah ‘kehebohan’ itu sampai ke telinga Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Ini berkat netizen yang heboh di timeline Pak Menteri. Protes langsung ke pihak yang berwenang dan punya kuasa. Bukan malah ngirim pesan berantai yang berisi tutorial ke banyak orang.
Kata Rudi, seperti yang dikutip dari Kumparan, tim internal Kominfo sedang mengurus dan memprosesnya kepada Facebook dan WhatsApp sendiri. Semoga fitur bernuansa porno ini bisa segera difilter secepatnya, setidaknya untuk wilayah Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews