Kedatangan Raja Salman bersama ribuan kalangan dekatnya ke Indonesia menjadi salah satu berita terheboh di Indonesia. Maklum, setelah lebih 40 tahun, baru kini ia kembali ke negara yang kini dipimpin Joko Widodo. Pertanyaan paling sering bermunculan, terutama di jejaring sosial hanya berkisar; "Ada apa di balik kunjungan itu?"
Berbagai spekulasi bermunculan, dan bahkan tak sedikit yang melampaui fakta yang sebenarnya. Banyak juga yang menjadikan kunjungan Raja Salman sebagai komoditi politik, entah untuk menaikkan satu pihak atau bahkan menjatuhkan pihak tertentu.
[irp posts="2387" name="Fitsa Hats, Ini Potensi Bisnis Islami yang Bisa Mengancam Pizza Hut"]
Tampaknya adagium bahwa berbagai fenomena dan isu dapat menjadi senjata politik, kian dikuatkan dengan fenomena yang terjadi di tengah kunjungan penguasa Arab Saudi tersebut.
Terlepas dari berbagai kepentingan itu, masih ada hal positif yang masih dapat dilihat objektif. Dari sikap terbuka Raja Salman kepada Jokowi, dari kehangatan yang terjalin antara keduanya, hingga kehadiran Basuki Tjahaja Purnama di sela-sela mereka.
Itu menarik, lantaran Basuki alias Ahok selama ini cenderung di-branded oleh sementara kalangan sebagai penista agama, sebagai figur yang melecehkan Islam. Branding itu sendiri nyaris sepenuhnya terbukti dilakukan karena kepentingan politis, bukan karena hal cukup urgen, sehingga jutaan umat Muslim termobilisasi karena meyakini mereka sedang membela agama.
Sedikitnya, kedatangan Raja Salman turut membantu mendudukkan perkara pada tempatnya, dan meletakkan sesuatu pada posisinya.
[irp posts="2430" name="Romantisnya Antasari Azhar, Nembak Dua Cowok Sekaligus di Hari Valentine"]
Kesediaannya mengulur tangan kepada Ahok bukan sekadar uluran tangan biasa. Kelasnya sebagai seorang raja yang memiliki kekuatan telik sandi alias intelijen, pasti sudah memetakan siapa-siapa yang akan bertemu dengannya. Selain pihak penyambut--presiden RI dan kalangan pejabatnya--pasti mengabari siapa-siapa yang akan menyongsongnya saat di bandara nanti.
Tahu berbagai rumor yang selama ini dilempar kepada Ahok, tapi bersedia berjabat tangan, cukup menjadi sinyal--terlepas besar kecilnya sinyal itu--bahwa Raja Salman bertipe terbuka dan tak termakan begitu saja dengan propaganda dibangun kalangan garis keras yang gencar melakukan berbagai agitasi.
Di sinilah, pesan penting itu muncul, bahwa ada hal besar yang memang besar, tapi tak perlu lagi membesar-besarkan hal-hal kecil.
Terutama kepada kalangan garis keras yang juga dipastikan "tunduk" kepada Raja Arab ini lantaran berasal dari "Kota Suci", pesan itu bermuatan sangat serius; bahwa keseriusan berislam tidaklah diukur dari kemarahan berlarut-larut, tapi sejauh mana bisa menghargai sesama manusia dengan serius. Siapa pun dan bagi agama manapun, selalu pantas dihormati, seperti halnya Raja Salman yang tetap menghormati Ahok yang bagaimanapun tetaplah masih menjadi pemimpin DKI.*
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews