Kisah Novel yang Sukses Diangkat dalam Sebuah Film

Kalau menonton film bioskop yang diangkat dari sebuah novel , jangan fokus pada novel yang pernah dibaca, tapi nikmati saja film tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangannya

Senin, 26 Agustus 2019 | 14:22 WIB
0
665
Kisah Novel yang Sukses Diangkat dalam Sebuah Film
Adegan dalam film

Banyak film yang diangkat ke layar lebar dari novel-novel terlaris dan sukses di bioskop dengan mendatangkan ratusan ribu atau jutaan penonton. Seperti Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Dilan, Bumi Manusia dan lain-lain.

Komentar penonton pun beragam:ada yang puas karena sesuai dengan jalan cerita novel-nya, tapi ada juga yang puas dengan catatan. Seperti pemeran tokohnya kurang pas atau tidak sesuai dengan novel-nya. Begitulah kira-kira komentar dari penonton setelah keluar dari bioskop.

Dan film "Bumi Manusia" novel karya Pramoedya Ananta Toer yang baru saja tayang di bioskop juga menimbulkan beragam komentar. Yang mayoritas penonton puas dengan karya sutradara Hanung Bramantyo. Tapi  ada juga yang komentar kurang puas karena tokoh yang memerankan "Minke" kurang pas dan greget atau apalah.

Begitulah gaya penonton kita kalau suatu film diangkat dari kisah novel.

Sebuah film dibuat dengan melibatkan banyak orang dan dalam proses pembuatannya  memerlukan waktu yang berbulan-bulan.Dengan memakan biaya yang tidak sedikit. Dan waktu tayang di bioskop hanya makan waktu: dua atau tiga jam saja. Itu pun karena mengalami proses editing.

Sedangkan novel ditulis memerlukan waktu yang lama atau berbulan-bulan juga, bahkan kadang tahunan. Karena novel ditulis melibatkan daya cipta karsa sang penulis. Hatinya atau perasaannya terlibat dalam proses penulisan tersebut. Dengan kata-kata atau kalimat yang indah dan punya nilai sastra tersendiri. Dan bisa menyihir bagi pembacanya karena suasana hatinya teraduk-aduk oleh indahnya alur cerita dan mantra dalam novel tersebut.

Membaca novel juga perlu waktu berhari-hari atau minggu karena selain halamannya mencapai ratusan juga memerlukan waktu tersendiri. Bahkan bagi yang suka dengan novel, bisa dibaca berulang-ulang.

Kalau membuat film dari sebuah novel harus sama persis dengan cerita dalam novel, nanti bisa kayak "Sinetron Tersanjung" beratus-ratus episode.

Jadi kalau menonton film bioskop yang diangkat dari sebuah novel , jangan fokus pada novel yang pernah dibaca, tapi nikmati saja film tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangan sang sutradara dan kru-nya.

Ga susah, kan? Ngapain dibikin ribet!

***