Nilai-nilai juga bisa tidak relevan, tidak bisa diterapkan mentah-mentah. Para misfits seperti kami sering sekali menjadi tak bahagia karena terpaksa berdamai dengan nilai-nilai tersebut.
Film Bohemian Rhapsody membuat saya banyak berpikir tentang kata ‘misfit’. Canggung. Seperti adegan saat Mercury dan teman-teman ditanya, apa yang membuat Queen berbeda dari calon rockstars lain.
“Now we're four misfits who don't belong together, we're playing for the other misfits. They're the outcasts, right at the back of the room. We're pretty sure they don't belong either. We belong to them.” Demikian jawaban diplomatis Mercury.
Saya sering dianggap misfit. Terlihat berbeda, tentu tidak dalam konotasi yang hebat melainkan dianggap aneh atau ganjil. Tak lazim. Dalam statistik, misfits merupakan bagian dari pencilan, ‘outliers’, amatan yang berbeda dari umumnya. Para misfits adalah pencilan yang negatif. Pencilan bukan sampel yang representatif. Ketika kita dijadikan sampel untuk suatu penelitian, maka kesimpulan atau keputusan menjadi tidak valid.
Di sisi lain artinya, teori yang berlaku bagi umum, menjadi tidak berlaku ketika digunakan untuk menilai kita. Cap dan stigma buruk pada misfits, orang-orang canggung seperti saya, bisa jadi tidak benar. Para misfits tak perlu tertekan karenanya, meski tidak jarang kita tertekan oleh nilai-nilai di masyarakat.
Sampai di situ saya teringat kuliah-kuliah awal Akuntansi saat mahasiswa dulu. Pada mata kuliah Pengantar Akuntansi, Dosen menjelaskan bahwa akuntansi yang kita pelajari itu bukan hukum alam. Jadi tidak bisa kita anggap aturan-aturan di dalamnya mutlak benar. Akuntansi dan aneka aturannya itu ciptaan manusia, serangkaian aturan pencatatan transaksi keuangan yang disepakati bersama, generally accepted. Maka standar akuntansi sering disebut general accepted accounting principles.
Banyak tata nilai pun begitu, berawal dari kesepakatan. Generally accepted. Ciptaan manusia. Dan bukan murni hukum alam seperti fisika atau biologi. Pelanggaran terhadapnya adalah pelanggaran atas apa yang telah disepakati, sehingga lingkup berlakunya aturan tersebut tidak bisa menyeluruh meliputi semua manusia. Dibatasi ruang dan waktu.
Apa yang berlaku di sini, tak berlaku di sana. Apa yang berlaku saat ini, tak berlaku di saat lain. Tak ada salah dan benar, yang ada adalah apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik.
Nilai-nilai masyarakat pun seperti akuntansi itu, ciptaan manusia, tidak mutlak benar serta berlaku bagi seluruh alam. Selalu ada celah untuk tidak relevan, kurang adil ataupun salah menilai. Seperti juga pencatatan transaksi keuangan yang selalu berdasarkan harga perolehan (secara simpel ini berarti harga beli) dan bukan harga riil (alias harga pasar).
Maka membaca neraca pemilik tanah seribu meter persegi di Menteng yang dibeli pada tahun 1960 akan terasa jauh lebih miskin daripada neraca saya, seandainya saya membeli tanah seratus meter persegi di Mojosongo, Solo tahun lalu. Artinya, penilaian dari laporan keuangan bisa tidak relevan meski bukan berarti ada kecurangan.
Nilai-nilai juga bisa tidak relevan, tidak bisa diterapkan mentah-mentah. Para misfits seperti kami sering sekali menjadi tak bahagia karena terpaksa berdamai dengan nilai-nilai tersebut. Bukan karena menganggapnya benar, tak terbantah, hanya terlalu capek untuk menghabiskan energi melawan opini umum.
Sebenarnya masalah sangat misfit, baru terasa pada dekade terakhir ini. Dulu-dulu saya hanya merasa sedikit aneh dan bukan luar biasa aneh. Tetapi entah siapa yang salah, apa saya yang berkembang makin liberal, atau masyarakat umum yang makin fundamentalis. Dalam hal apapun. Bukan hanya busana. Termasuk masyarakat yang di mata saya mendadak menjadi polisi moral, tetapi hanya sebatas moral privat. Tak menjadikan secara keseluruhan kemanusiaan menjadi lebih baik.
Tapi penilaian saya itu bisa jadi salah, hanya penguat saya untuk tetap bersabar dalam 'misfit' saya. Secara kebetulan pula, ada petikan lain yang asyik dari film Bohemian Rhapsody itu: "It's America. They're Puritans In Public, Perverts In Private."
Saya kira, di negeri kita pun begitu... Kita semakin puritan di muka umum, meski mungkin sejatinya apa yang ada di benak tidak lurus-lurus amat. Kita, termasuk saya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews