Beberapa hari terakhir, kurva kasus Covid-19 terus melandai dan menjadi kabar menggembirakan di masa pandemi Covid-19. Namun demikian, masyarakat diimbau untuk senantiasa menerapkan Prokes ketat karena pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Tak terasa sudah dua tahun pandemi dan meski kita belum tahu kapan ujian ini usai, tetapi ada secercah harapan. Masyarakat makin banyak yang sudah divaksin secara lengkap dan disiplin dalam pakai masker.
Selain itu, angka pasien Corona juga mulai menurun, dan ini harus diapresiasi karena merupakan hasil dari kerja keras para tenaga kesehatan, Tim Satgas Penanganan Covid-19, serta relawan.
Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, dokter Siti Nadia Tarmidzi menyatakan bahwa kurva kasus Corona mulai melandai dan jumlah pasien turun sebanyak 35%.
Jika dulu kasus harian mencapai di atas 50.000 maka sekarang tinggal 36.000-an per hari. Akibatnya, tingkat keterisian Rumah Sakit pun berkurang.
Akan tetapi, ketika kasus Corona turun, jangan malah bersantai karena wajib menaati protokol kesehatan. Pasalnya, pandemi belum dinyatakan usai oleh WHO. Selain itu, di Indonesia juga belum terbentuk kekebalan kelompok karena yang divaksin baru 50% dari jumlah penduduk.
Peringatan dari Kementerian Kesehatan memang wajib ditaati, karena faktanya, mulai banyak pelanggaran protokol kesehatan. Terutama di poin menghindari kerumunan. Sebelum bulan Ramadhan, malah dimanfaatkan masyarakat untuk membuat acara seperti pesta pernikahan yang mengundang sampai ratusan bahkan ribuan orang.
Hal ini tentu berbahaya karena bisa menyebabkan klaster Corona baru.
Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan long weekend untuk berwisata keluar kota. Padahal ini juga melanggar poin dalam protokol kesehatan, yakni mengurangi mobilitas.
Akan terjadi efek domino negatif, ketika banyak yang kena Corona pasca liburan dan ada potensi kenaikan kasus, dan nanti ketika ada larangan mudik lebaran malah pemerintah dimaki-maki. Padahal itu adalah kesalahan mereka sendiri yang tidak taat protokol kesehatan.
Oleh karena itu, jangan langgar protokol kesehatan jika tidak ingin ada kenaikan kasus Corona, lalu muncul larangan mudik. Peraturan bukanlah untuk dilanggar, melainkan harus ditaati. Semua wajib tertib jika ingin pandemi selesai.
Jangan lupa untuk pakai masker dan bahkan pakai double masker, dengan posisi masker disposable di dalam dan masker kain di luar, untuk memperkuat filtrasi. Bawa juga minimal selusin masker di dalam tas, jadi ketika menemui orang yang tidak pakai masker, berikan sehelai masker itu pada mereka.
Patuhi juga aturan lain dalam protokol kesehatan, dan pemilik perusahaan wajib menurut pada pemerintah. Jangan memaksakan diri untuk full work from office tetapi beri kesempatan juga untuk work from home, tujuannya untuk menjaga jarak di dalam kantor.
Untuk sekolah, maka wajib full daring lagi alias school from home karena kasus sudah melandai tetapi anak-anak wajib dilindungi dari bahaya Corona. Jangan malah diam-diam sekolah dibuka lalu muridnya memakai baju bebas, agar tidak dicurigai.
Ketika semua orang menaati protokol kesehatan maka kita optimis kasus Corona bisa ditekan. Jangan malah seenaknya lepas masker, walau sudah divaksin sampai tiga kali, karena pandemi belum selesai. Semua harus tertib agar tetap sehat dari virus dan bakteri manapun.
Kasus Corona memang sedang turun tetapi jangan santai dulu karena masih pandemi. Tetaplah menaati protokol kesehatan dan jangan melanggar sedikitpun, jika ingin pandemi cepat berakhir. Selain disiplin protokol kesehatan, maka wajib juga untuk vaksinasi agar terlindungi dari Corona.
Alfisyah Dianasari, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews