Bahasa Daerah sebagai Penjelas atau Kosakata Baru

Jangan sampai bahasa daerah punah atau jarang digunakan. Dan salah satu melestarikannya-menyelipkan dalam setiap penulisan.

Rabu, 24 Juni 2020 | 09:30 WIB
0
164
Bahasa Daerah sebagai Penjelas atau Kosakata Baru
Ilustrasi kaca spion (Foto: gridoto.com)

Negara tercinta Indonesia memiliki keanekaragaman suku atau etnis, budaya atau tradisi dan bahasa daerah yang begitu banyak atau berlimpah. Tentu, ini menjadi kekayaan tersendiri yang belum tentu dimiliki negara-negara di dunia.

Bahasa daerah yang sering menjadi bahasa "serapan" yaitu bahasa Jawa. Mengapa itu bisa terjadi?Karena etnis Jawa sangat banyak dan penuturnya juga mendominasi dalam berbagai pergaulan dan sering menyelipkan bahasa daerah atau bahasa Jawa.

Fungsi bahasa daerah bisa sebagai "penjelas" atau melengkapi karena tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh: kalau orang mati karena ditabrak mobil dan posisi yang ditabrak di depan mobil-namanya ditabrak. Tetapi kalau ada orang mati karena ada mobil yang berjalan mundur-namanya apa? Masak ditabrak. Tidak ada sebutan atau nama dalam bahasa Indonesia. Tetapi ada dalam bahasa daerah atau Jawa yaitu "kunduran" mobil.

Dan yang menyebarkan bahasa daerah bisa menjadi bahasa serapan yaitu rekan-rekan wartawan atau jurnalis. Dan itu tergantung darimana mereka berasal. Para wartawan sering menyelipkan bahasa daerah dalam tulisannya. Mungkin dilatarbelakangi karena tidak ada dalam bahasa Indonesia atau memang sengaja mencari kosakata yang baru dari bahasa daerah.

Dan, dalam proses belajar menulis saya pribadi sering memasukkan bahasa daerah yaitu Jawa dan dikasih keterangan dalam kurung. Dan kadang juga memasukkan bahasa Sunda, karena tinggal di Tanah Pasundan. Biasanya kalau tidak tepat bahasanya, Kang Pepih yang akan memperbaikinya.

Nah, di era menjamurnya banyak para penulis yang berasal dari berbagai wilayah Nusantara, alangkah baiknya juga memasukkan satu atau dua kosakata bahasa daerah masing-masing. Supaya tidak ada dominasi bahasa daerah atau Jawa yang sering menjadi bahasa serapan dan menjadi kosataka baru. Semakin banyak bahasa daerah menjadi bahasa "serapan atau kosakata baru" akan semakin baik.Dan menambah perbendaharaan kata atau kosakata baru.

Tetapi ada kalanya, penulis atau banyak orang yang malu atau tidak percaya diri ketika menggunakan bahasa daerah-baik dalam penulisan atau dalam percakapan. Jangan sampai bahasa daerah punah atau jarang digunakan. Dan salah satu melestarikannya-menyelipkan dalam setiap penulisan. Ini menurut pendapat pribadi.

Kalau bukan kita, siapa lagi!

***