Jangan sampai bahasa daerah punah atau jarang digunakan. Dan salah satu melestarikannya-menyelipkan dalam setiap penulisan.
Negara tercinta Indonesia memiliki keanekaragaman suku atau etnis, budaya atau tradisi dan bahasa daerah yang begitu banyak atau berlimpah. Tentu, ini menjadi kekayaan tersendiri yang belum tentu dimiliki negara-negara di dunia.
Bahasa daerah yang sering menjadi bahasa "serapan" yaitu bahasa Jawa. Mengapa itu bisa terjadi?Karena etnis Jawa sangat banyak dan penuturnya juga mendominasi dalam berbagai pergaulan dan sering menyelipkan bahasa daerah atau bahasa Jawa.
Fungsi bahasa daerah bisa sebagai "penjelas" atau melengkapi karena tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh: kalau orang mati karena ditabrak mobil dan posisi yang ditabrak di depan mobil-namanya ditabrak. Tetapi kalau ada orang mati karena ada mobil yang berjalan mundur-namanya apa? Masak ditabrak. Tidak ada sebutan atau nama dalam bahasa Indonesia. Tetapi ada dalam bahasa daerah atau Jawa yaitu "kunduran" mobil.
Dan yang menyebarkan bahasa daerah bisa menjadi bahasa serapan yaitu rekan-rekan wartawan atau jurnalis. Dan itu tergantung darimana mereka berasal. Para wartawan sering menyelipkan bahasa daerah dalam tulisannya. Mungkin dilatarbelakangi karena tidak ada dalam bahasa Indonesia atau memang sengaja mencari kosakata yang baru dari bahasa daerah.
Dan, dalam proses belajar menulis saya pribadi sering memasukkan bahasa daerah yaitu Jawa dan dikasih keterangan dalam kurung. Dan kadang juga memasukkan bahasa Sunda, karena tinggal di Tanah Pasundan. Biasanya kalau tidak tepat bahasanya, Kang Pepih yang akan memperbaikinya.
Nah, di era menjamurnya banyak para penulis yang berasal dari berbagai wilayah Nusantara, alangkah baiknya juga memasukkan satu atau dua kosakata bahasa daerah masing-masing. Supaya tidak ada dominasi bahasa daerah atau Jawa yang sering menjadi bahasa serapan dan menjadi kosataka baru. Semakin banyak bahasa daerah menjadi bahasa "serapan atau kosakata baru" akan semakin baik.Dan menambah perbendaharaan kata atau kosakata baru.
Tetapi ada kalanya, penulis atau banyak orang yang malu atau tidak percaya diri ketika menggunakan bahasa daerah-baik dalam penulisan atau dalam percakapan. Jangan sampai bahasa daerah punah atau jarang digunakan. Dan salah satu melestarikannya-menyelipkan dalam setiap penulisan. Ini menurut pendapat pribadi.
Kalau bukan kita, siapa lagi!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews