Mohon Pamit, tapi Punya Utang

Meski telah pensiun sebagai PNS tapi Mas Muchlas masih bertugas karena memang masih sangat dibutuhkan tenaga dan pemikirannya.

Minggu, 2 Januari 2022 | 09:01 WIB
0
123
Mohon Pamit, tapi Punya Utang
Buku Muchlas Sahani (Foto: dok. Pribadi)

Ini adalah judul buku otobiografi Prof. Dr. Muchlas Samani. Buku terbarunya setebal 238 halaman yang terbit November 2021. Ini buku pertama yang saya baca pada hari pertama tahun 2022.

Pagi saya terima dan sorenya selesai saya baca. Begitu saya baca mata saya sulit untuk lepas. Mengapa…?! Karena penulisnya adalah seorang teman baik, senior saya di UNESA (IKIP Surabaya).

Saya memperoleh buku ini tadi dari istrinya. Kebetulan istrinya, Dwiyani, adalah teman SMP saya (yang belakangan baru saya tahu). Jadi membaca buku ini seperti mendengarkan Mas Muchlas menceritakan kisah hidupnya yang sungguh bervariasi dan begitu menarik itu. 

Mas Muchlas ini punya karir di dunia pendidikan sangat lama (47 tahun) dan baru saja pensiun bulan Desember kemarin di usianya yang ke 70 (tapi beliau tampak jauh lebih muda dari usianya).

Beliau ini benar-benar malang melintang di dunia pendidikan khususnya di Kemendikbud. Selain dosen di Fakultas Teknik UNESA beliau juga pernah jadi rektor UNESA. Sisanya beliau berkarir di Kemendikbud memegang beberapa proyek dan menjabat berbagai tugas. Beliau pernah menjabat sebagai Direktur Ketenagaan dan juga menjadi konsultan berbagai proyek bank dunia.

Meski seluruh jenjang pendidikan beliau sejak S1 s/d S3 diperoleh di dalam negeri tapi pengetahuan dan wawasan beliau sungguh tidak kalah dengan para pejabat di Kemendikbud yang rata-rata lulusan luar negeri atau pernah bersekolah di luar negeri.

Kecerdasan beliau dan kecintaannya untuk membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan pendidikan terbaru membuat pengetahuan dan wawasan beliau selalu uptodate.

Saya sebenarnya baru mengenal Mas Muchlas ketika di Jakarta. Beliau sudah jadi pejabat di Kemendikbud sedangkan saya waktu itu jadi konsultan di Sampoerna Foundation. Dari situ saya tahu bahwa beliau ternyata alumnus IKIP Surabaya juga.

Hanya segelintir alumnus UNESA yang berkarir di Kemendikbud. Kemendikbud itu justru dikuasai oleh alumni ITB, UI, UNJ, UGM, UNY, dan perti lain. Jadi kehadiran seorang alumnus IKIP Surabaya atau UNESA di Kemendikbud sungguh menggembirakan saya. Belakangan baru saya tahu bahwa ternyata istri beliau adalah teman SMP saya. 

Membaca bukunya ini membuat saya merasa semakin hormat dan salut pada Mas Muchlas. Meski pengalaman hidup dan karirnya begitu luas dan jabatannya cukup tinggi tapi beliau tetaplah seorang teman yang sangat rendah hati dan tawadduk. Senyum hangatnya tidak pernah lepas dari wajahnya.

Beliau juga selalu menghargai dan menghormati siapa saja yang ditemuinya sehingga kalau kita bertemu maka kita selalu merasa senang dan gembira. Tak ada sedikit pun kata atau ceritanya yang tinggi atau pun mau menonjolkan diri. Beliau selalu berupaya merendah meski pun kita semua tahu bahwa beliau punya karir dan karya yang sangat diperhitungkan oleh semua pejabat dan sejawatnya di mana pun beliau bekerja.

Judul bukunya ini sendiri menunjukkan betapa rendah hatinya beliau. Beliau telah bekerja untuk dunia pendidikan Indonesia, baik di UNESA mau pun di Kemendikbud selama 47 tahun tapi ketika pensiun beliau dengan rendah hati menyatakan masih punya hutang kepada UNESA. 

Meski telah pensiun sebagai PNS tapi Mas Muchlas masih bertugas karena memang masih sangat dibutuhkan tenaga dan pemikirannya. Beliau saat ini masih bertugas sebagai anggota BAN S/M dan ketua LAMDIK. Semoga beliau tetap dikarunia kesehatan dan kekuatan fisik dalam mengemban tugasnya setelah pensiun ini. Amin! 

Surabaya, 1 Januari 2022

Satria Dharma