Apakah kita yang selalu mengaku beragama dan bertuhan, harus menunggu datangnya wabah penyakit dan musibah besar kita baru mau berbuat kebaikan?
Selama wabah pandemik virus corona -19 para pengusaha menyumbang ratusan miliar rupiah, orang-orang berlomba-lomba sibuk menggalang dana, membagi sembako, membagi nasi bungkus, bergotong-royong, saling membantu.
Semua orang berteriak : "Hayooo, kita bersatu, melawan covid-19, membantu sesama manusia...."
Ada pula sebagian orang yang kecipratan, kesempatan mencari uang di tengah kekalutan covid-19.
Sekarang aku ingin bertanya kepada semua orang : "Apakah kita mesti menunggu ada wabah virus ganas begini, kita baru bangkit bersuara, bergotong-royong, mengeluarkan uang, memberikan sumbangan untuk membantu sesama, membagi-bagi sembako bagi mereka yang hidupnya kurang beruntung, yang setiap hari bangun tidur pergi keluar rumah mengais rejeki hanya untuk makan satu hari?"
Apakah di saat-saat aman dan nyaman, tanpa wabah virus corona, tanpa musibah bencana, kita tidak bisa dan tak boleh bangkit membantu sesama di sekitar kita yang hidupnya tidak seberuntung kita??
Apakah kita yang selalu mengaku beragama dan bertuhan, harus menunggu datangnya wabah penyakit dan musibah besar kita baru mau berbuat kebaikan?
Atau jangan-jangan Alam Semesta atau Tuhan mengirim wabah penyakit ganas untuk menakut-nakuti manusia dan memaksa manusia supaya mau mengeluarkan uangnya untuk membantu sesama dan mau berbuat kebaikan dan kebajikan???
#BadaiPastiBerlalu.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews