Jika Anda orang tua yang masih memiliki anak berusia sekolah saya anjurkan Anda untuk membaca buku yang sangat menarik ini.
“Bisakah jadi mahasiswa UI jurusan Ekonomi tanpa pernah bersekolah sama sekali baik di SD, SMP, atau pun SMA?”
“Bisa…!”
“Lho, emangnya gak ikut seleksi atau tes masuk?”
“Ya ikutlah…!”
Ternyata anak kita bisa masuk ke PTN dan jurusan top macam Ekonomi UI meski pun anak kita tidak pernah bersekolah baik di SD, SMP, atau pun SMA…! Yang penting anak kita ikut tes masuknya dan diterima. Bagaimana caranya? Ya homeschooling alias belajar mandiri.
Buku yang luar biasa ini menceritakan bagaimana Yudhis yang meski sama sekali tidak pernah ikut sekolah formal tapi mampu menjadi Pembelajar Mandiri. Ia belajar mandiri semua materi yang dibutuhkannya bersama kedua orang tuanya. Kisahnya belajar mulai awal sungguh menarik.
Saya sampai terhenyak saking terpikatnya membaca pengalaman Yudhis belajar mandiri sejak kecil dan konsisten dengan pilihannya untuk tidak belajar di sekolah.
Lalau bagaimana cara Yudhis belajar? Jelas dengan cara yang jauh lebih menarik ketimbang duduk tenang mendengarkan guru menjelaskan materi yang dipilihkan untuknya. Yudhis bisa memilih sendiri materi yang ingin dipelajarinya dan bagaimana cara ia akan mempelajarinya. Belanja ke pasar bahkan menjadi salah satu contoh belajar lewat keseharian yang ia lakukan.
Yudhis belajar melalui dunia nyata dan keseharian hidupnya. Ia belajar dengan mengintegrasikan sikap, pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-harinya. Yudhis akhirnya tumbuh menjadi anak yang terus belajar tanpa merasa bosan dengan apa yang ia pelajari dalam hidup kesehariannya.
Terus terang saya sangat salut kepada Aar Sumardiono dan Lala Mira Julia yang begitu berani membiarkan Yudhis anaknya, tepatnya memberi kesempatan pada Yudhis untuk memilih, menempuh kehidupan yang out of the box tanpa kehilangan visi dalam mendidiknya. Apa yang mereka tempuh dalam proses mendidik anaknya memang BERBEDA dan mereka sangat menyadarinya sejak awal.
Bagi mereka berbeda itu bukan berarti salah. Selama visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan tercapai maka tidak menempun dunia persekolah bukanlah masalah. Bukankah tujuan besar pendidikan adalah menyiapkan anak untuk menjadi pembelajar mandiri yang tidak akan pernah berhenti belajar selama hidupnya? Seperti kata Alvin Toffler, “The illiterarte of the 21st century will not be those who cannot read and writem but those who cannot learn, unlearn, and relearn.”
Jika Anda orang tua yang masih memiliki anak berusia sekolah saya anjurkan Anda untuk membaca buku yang sangat menarik ini.
Buku ini akan mencerahkan Anda dan sekaligus membuat Anda tergerak untuk kembali bersemangat mendidik anak-anak Anda, baik anak Anda yang bersekolah atau yang ikut homeschooling seperti Yudhis ini. Anda juga bisa mempelajari bagaimana Yudhis melakoni perannya sebagai Pembelajar Mandiri di websitenya.
Selamat membuka mata…
***
Surabaya, 18 Agustus 2019
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews