Ketika pandemi Covid-19 ini berlalu, dunia yang ditinggalkan akan secara fundamental berbeda dari sebelumnya. Kita akan dihadapkan pada normal baru.
Menuju Kawasan Perbatasan Indonesia - Malaysia
Impian menjadi kenyataan. Sudah beberapa kali dapat cerita tentang eksotisnya Krayan. Daerah terpencil yang tak mudah dijangkau di perbatasan Kalimantan Utara dengan Malaysia. Krayan berada di bawah otoritas Pemkab Nunukan. Di sana terdapat lima kecamatan hasil pemekaran dari Krayan Induk.
Cerita eksotis Krayan dimulai oleh kegiatan literasi keluarga besar Tipa Padan. Tak mudah membayangkan keluarga di pelosok itu melek literasi. Sungguh, tak mudah. Bagaimana mungkin warga di lokasi yang akses transportasinya hanya melalui udara punya semangat literasi begitu tinggi? Mengalahkan sebagian besar warga kota? Faktanya demikian. Mereka berhasil menerbitkan buku melalui penerbit Gramedia dan mendapatkan Rekor MURI.
Mereka belajar menulis dan menerbitkan buku di kawasan yang sunyi, teduh, damai, dan menenteramkan hati. Di suatu pondok (dinamai Pondok Biru) di tengah padang ladang yang dikelilingi hutan belantara Borneo, sedikit di luar kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang. Satu-satunya kawasan di Borneo, yang hutannya masih amat perawan.
Sungguh, menulis di kesunyian adalah situasi idaman sebagian besar penulis. Termasuk saya. Ketika mendengar cerita itu, dalam hati bertekad, "Suatu hari harus ke sana!"
Manakala Dr. Yansen TP., Bupati Malinau yang baru saja memenangkan Pilkada Kaltara sebagai Wagub terpilih, mengajak ke sana, tak ada jawaban lain kecuali menganggukkan kepala dalam-dalam. Ya, impian akan segera menjadi kenyataan. Membayangkan berada di tengah kesunyian hutan sebagai suatu kemewahan. Apalagi tak mudah untuk sampai di sana.
Selasa, 15 Desember 2020, kami (Pepih Nugraha, Saptono Rahardjo, dan saya) terbang ke Malinau Kaltara memenuhi undangan pak Yansen. Kawan penulis senior kami, Masri Sareb Putra menyusul keesokan harinya. Rabu siang itulah setibanya pak Masri, kami melanjutkan terbang ke Krayan.
Jarak Malinau - Krayan versi garis lurus Google Earth tak lebih dari 125 km. Melalui jalur darat, jarak yang ditempuh sekitar 220 km. Jarak itu dihabiskan pesawat jenis Kodiak milik maskapai MAF berkapasitas 8 orang, selama 25 menit saja.
Jika lewat darat, waktu yang dihabiskan berkisar antara sepekan sampai tiga pekan. Tergantung jenis kendaraan yang digunakan. Anda tak salah baca. Waktu tempuh jalur darat bisa hampir satu bulan. Silakan bayangkan betapa beratnya jalur darat. Padahal jika kondisi jalan normal, mungkin hanya perlu waktu empat jam saja.
Baca Juga: Rahasia Bupati Malinau Produktif Menulis Buku
Saya sudah berkali-kali berkunjung ke Malinau, suatu kabupaten yang baru berusia sekitar 20 tahun. Sebagian wilayah Malinau pun berbatasan dengan Malaysia. Saya sudah pernah juga melintas batas patok Indonesia - Malinau di kecamatan Kayan Selatan. Bercengkrama dengan tentara Diraja Malaysia yang berjaga di sana. Tentu, saya juga ditemani tentara Indonesia yang bertugas di tapal batas yang waktu itu di bawah komando pak Dandim Letkol Agus Bhakti (sekarang sudah Kolonel).
Namun, baru kali inilah saya akan menginjakkan kaki di Krayan... Kecamatan di Nunukan Kalimantan Utara yang dikenal keindahan alamnya, beras Sultan-nya, dan garam gunungnya. Dataran tinggi di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
(Bersambung....)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews