Rahasia utama YTP tetap mampu menghasilkan buku, bukan karena waktu, tenaga, pikiran, dan kesempatan, melainkan karena visinya sebagai pemimpin dengan kapasitas intelektual memadai.
“Bapak kan sibuk, kapan waktu bapak menulis?” tanya seorang peserta via aplikasi zoom dalam acara peluncuran buku Kaltara Rumah Kita, 8 Agustus lalu di Cafe Tubu Malinau Kaltara.
“Pak, bagaimana bapak mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga, tapi masih mampu menulis buku?” tanya peserta yang lain, juga melalui aplikasi Zoom.
Pertanyaan senada muncul dari banyak kalangan. Memang cukup mengherankan buat sebagian orang, melihat pencapaian Dr. Yansen TP., M.Si., Bupati Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara ini, dalam menulis buku.
Selama menjabat sebagai kepala daerah sejak 2011, ia sudah berhasil menelurkan enam judul buku. Bukan sembarang buku pula. Isinya berbobot tentang konsep pembangunan, filosofis, dan budaya. Tak banyak orang yang mampu menuangkan gagasan semacam ini.
- Gerdema (Gerakan Desa Membangun)
- Revolusi dari Desa (Saatnya Percaya kepada Rakyat dalam Pembangunan)
- Revolusi RT (Terobosan Pembangunan Berbasis Komunitas)
- Budaya Lundayeh Idi Lunbawang (Budaya Serumpun di Dataran Tinggi Borneo)
- Hidup Bersama Allah jadi Produktif
- Kaltara Rumah Kita (Kabupaten dan Kota sebagai Pilar Provinsi)
Setiap buku tak kurang dari 250 halaman, dengan buku berukuran besar minimal 15x23cm. Saat ini pun, Yansen TP., sedang menyiapkan tiga buku lagi, yang akan meluncur tahun ini atau paling lambat awal tahun depan, sebelum masa jabatannya sebagai bupati berakhir.
Wajar jika banyak orang mempertanyakan kapan sang bupati punya waktu menulis?
Mungkin pula ada yang menduga dia tidak menuliskannya sendiri, melainkan dituliskan oleh penulis profesional (semacam ghostwriter) seperti tokoh-tokoh besar lainnya.
Saya berani menjamin bahwa seluruh buku tersebut adalah karya tulisnya sendiri. Jika pun ada keterlibatan penulis profesional, lebih kepada hal-hal teknis kepenulisan seperti penyuntingan dan keselarasan untuk kepentingan penerbitan. YTP – panggilan populernya, memang seorang intelektual, punya visi jauh ke depan dan selalu berhasil merealisasikan visinya. Dia menuliskan apa yang dilakukannya, dan melakukan apa yang dituliskannya.
Kebiasaan sejak Masa Muda
Ternyata, kemampuan menulisnya bukan datang tiba-tiba. YTP sudah akrab dengan buku sejak belia. Orangtuanya mengenalkan buku dan ilmu pengetahuan kepada YTP dan seluruh anggota keluarga. “Kalau mau berbuat baik, jangan banyak tanya. Lakukanlah. Untuk bisa melakukan perbuatan baik, harus punya ilmu pengetahuan. Sekolahlah setinggi-tingginya...” kira-kira demikian petuah sang ayah. Tak heran jika YTP dan keluarganya adalah sosok-sosok pembaca berat buku dan mampu mencapai level pendidikan tertinggi S3. Kebiasaan itu terus melekat dan bahkan dipupuk hingga sekarang.
Ketika mulai menjabat sebagai bupati, YTP mulai menulis sebuah buku berisi konsep baru pembangunan hasil riset untuk keperluan disertasi S3 di Universitas Brawijaya Malang. Buku yang kemudian menjadi semacam panduan wajib pembangunan di Malinau, berjudul “Gerdema, Gerakan Desa Membangun.” Konsep pembangunan yang awalnya diragukan dan dicibir banyak kalangan, namun terbukti berhasil. Sejak itulah, lahir beberapa buku berikutnya, seperti tertulis di atas.
“Saya menulis kapan saja dan di mana saja...” ucapnya menjawab pertanyaan banyak orang. “Yang paling istimewa ketika saya berada di pesawat terbang. Di ketinggian...” tambahnya. Dua jawaban ini adalah khas jawaban seorang penulis.
Menulis itu pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Tak terkungkung oleh waktu dan tempat. Ketika seseorang sudah ‘tercandu’ oleh kegiatan menulis, dia akan melakukannya di mana saja dan kapan saja. Siang, malam, pagi, sore, di rumah, di kantor, di cafe, di pantai, di kebun, di tepi sungai, bahkan di pesawat terbang sekali pun. Ketika orang lain terlelap dalam nikmat sejuknya AC pesawat, jemari penulis sejati justru sedang menari bersama pikiran dengan lincahnya.
Bagi penulis sejati. waktu dan tempat tak akan pernah menghambatnya. Justru, mereka makin piawai mengatur waktu. Seorang penulis adalah manusia yang sangat disiplin. Apa yang ada di kepala harus keluar dan tuntas, sehingga bisa menjelma menjadi buku. Suatu proses ketat waktu, ibarat perjalanan seorang bayi sejak dalam kandungan sampai dilahirkan.
Komitmen Kuatlah Juaranya
Seorang bupati sibuk? Tentu saja. Tugasnya setumpuk. Apalagi bupati seperti Yansen TP., yang mengepalai suatu wilayah luas seperti Malinau. Luasnya lebih dari 40 kali DKI Jakarta. Untuk berkunjung ke desa perbatasan harus ditempuh menggunakan pesawat terbang atau perahu lewat sungai. Membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Untuk koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat, juga membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak.
Kesibukannya bukan pula hanya sebagai bupati. Dia juga aktif sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Kaltara (kemudian menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat sejak 2020 ini), dan Ketua Persatuan Dayak Lundayeh.
Rahasia utama YTP tetap mampu menghasilkan buku, akhirnya bukan karena waktu, tenaga, pikiran, dan kesempatan saja, melainkan karena visinya yang kuat sebagai pemimpin dengan kapasitas intelektual memadai. Visinya jauh ke depan dalam membangun bangsanya. YTP berkomitmen kuat untuk hal itu...
Mau produktif menulis buku? Hadirkan komitmen tersebut!
Maka, tak ada hal apapun yang dapat menjadi hambatan dan rintangan...
***
“Sehebat apapun seseorang, jika tak menulis, maka dia akan hilang ditelan zaman...”
(Pramoedya Ananta Tour)
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews