Penyakit Kepanikan yang Berlebihan Lebih Bahaya Dari Covid Itu Sendiri

Tagis, kesedihan dan canda-tawa adalah siklus kehidupan manusia. Kehidupan tetap harus berjalan. Dan tidak bisa berlarut-larut dalam tagis atau kesedihan.

Jumat, 9 Juli 2021 | 06:24 WIB
0
89
Penyakit Kepanikan yang Berlebihan Lebih Bahaya Dari Covid Itu Sendiri
Stress akibat pandemi (Foto: alodokter.com)

Penyakit manusia modern  abad ini yaitu mudah panik atau ketakutan yang berlebihan. Perasaan was-was atau cemas selalu menghantui. Seolah-olah ada mengikutinya untuk mencelakainya.

Apalagi kepanikan atau ketakutan itu dipicu oleh berita-berita yang beredar dari group-group Whatsapp atau media online atau media sosial.

Seperti saat meningkatknya jumlah yang postif akibat virus corona. Dan rumah sakit  rujukan juga mengalami kenaikan yang signifikan. Diikuti jumlah kematian yang meningkat. Akibatnya masyarakat banyak mengalami kepanikan atau rasa ketakutan, kalau-kalau dirinya atau keluarganya terkena virus covid.

Perasaan was-was atau kecemasan menambah rasa kepanikan atau ketakutan tersendiri. Antar tetangga atau teman kantor saling curiga hanya karena mendengar orang batuk atau terkena flue. Sehari mencuci tangan bisa ratusan kali. Gagang pintu disemprot disinfektan ratusan kali.

Berita-berita kematian tetangga atau teman atau sahabat sering diunggah lewat media sosial sekedar untuk memberitahu atau mengucapkan belasungkawa. Tetapi mereka juga punya misi yaitu mengingatkan akan bahayanya virus covid ini.Tapi disatu sisi juga bisa menyebabkan orang lain menjadi panik atau ketakutan.

Akibatnya atau dampaknya rasa ketakutan malah menjadi-jadi. Baru batuk atau flue ringan saja perasaannya sudah curiga kepada dirinya sendiri-jangan-jangan kena covid. Perasaan was-was atau cemas selalu mengiringi menjelang tidur. Tidur pun tidak nyenyak atau nyaman karena dibanyangi rasa ketakutan yang berlebihan.

Akhirnya justru imun tubuh menjadi lemah. Dan kalau lemah virus atau bakteri mudah masuk dalam tubuh dan sakit beneran.

Sakitnya justru disebabkan oleh perasaan ketakutan atau kecemasan karena takut terkena covid. Apalagi kalau mendengar atau membaca berita kematian. Malah semakin dadanya sesak karena stress kepikiran hal-hal yang tidak diinginkan. Seolah-olah kematiannya sudah dekat. Padahal ada corona atau tidak-kematian manusia memang dekat dan menjadi misteri.

Yang tua belum tentu lebih duluan dan yang muda belum tentu juga berumur panjang. Tidak selamanya daun tua lebih mudah berguguran. Tak jarang daun-daun muda layu dan mati sebelum menjadi tua.Semua itu misteri.

Hanya kematian saat pandemi terkadang membawa aura atau suasana yang berbeda.

Pada dasarnya kita semua menunggu antrian dan mungkin  hanya penyebab kematiannya saja yang berbeda.Kata orang "banyak jalan menuju ke Roma", begitu juga sebaliknya "banyak jalan menuju kematian". Covid hanya satu sebab atau jalan saja. Masih ada ribuan sebab atau jalan lainnya. Pintu terbuka lebar-lebar.

Sering membicarakan kematian bukan berarti akan mendekatkan kematian atau kematiannya sudah dekat. Takut membicarakan kematian juga bukan berarti akan memperpanjang usia atau bisa sembunyi dari kematian.

Tangis, kesedihan dan canda-tawa adalah siklus kehidupan manusia. Kehidupan tetap harus berjalan. Dan tidak bisa berlarut-larut dalam tangis atau kesedihan.

Ketakutan yang berlebihan atau kepanikan akut bisa jadi penyakit yang lebih bahaya daripada covid itu sendiri. Penyakit bukan hanya fisik saja.Tetapi juga bisa menyerang psikis.Dua-duanya saling mempengaruhinya.

Oleh karena berita-berita jangan melulu berita covid. Tapi juga diimbangi berita lainnya yang bersifat menghibur atau hiburan. Supaya bisa tertawa atau tersenyum. Kalau ada teman di medsos mengunggah atau share berita atau vidoe lucu bukan berarti tidak punya empati atau simpati. Tapi lebih mencari keseimbangan semata.

Pesan Bang Napi "waspadalah"!

***