Demi menyelamatkan petani dan juga menjaga ketersediaan beras nasional, tentu akan diambil kebijakan win win solution.
Ketika berkesempatan bertemu Presiden Joko Widodo beberapa tahun silam, pernah saya sampaikan bahwa harga jagung dan kacang tanah di daerah saya anjlok. Petani rugi besar. Karena itu, saya usulkan agar impor jagung dan kacang tanah dilarang.
Teten Masduki, juru bicara presiden, menjawab, bahwa produk jagung dan kacang tanah hanya mampu mencukupi 10% kebutuhan nasional. Diterangkan dengan gamblang rasio kebutuhan dan kemampuan produksi nasional.
Dari situ saya jadi paham, Presiden itu tidak hanya memikirkan ruginya petani di daerah saya. Lebih dari itu, semua kondisi dari hulu sampai hilir harus dipikirkan.
Selaras dengan rencana impor beras 1 juta ton, pasti itu sudah diperhitungkan. Di tengah tingginya musibah nasional yang menyebabkan kegagalan panen di beberapa daerah, tentu itu juga jadi perhatian.
Apalagi bulan depan masuk Bulan Suci Ramadhan. Pasti kebutuhan beras sangat besar. Agar harga beras tetap terjangkau, opsi impor beras dibuka.
Kepala BULOG, Pak Buwas (Budi Waseso), langsung melihat gudang beras. Ternyata masih ada sekitar 250 ribu ton beras di gudang. Atas opsi impor itu, beliau belum tentu melakukannya. Terlebih produk padi di beberapa daerah cukup bagus. Bahkan harganya malah murah.
Demi menyelamatkan petani dan juga menjaga ketersediaan beras nasional, tentu akan diambil kebijakan win win solution.
Ini bertujuan agar semua rakyat Indonesia merasakan kehadiran pemerintah yang ingin menjaga stabilitas nasional. Perkiraan saya, impor beras tetap ada tetapi separuhnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews