Sejak menjabat sebagai Dirut Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso -sering diplesetkan menjadi Buwas- membuat gebrakan atau pembenahan dalam internal Bulog.
Namun yang menjadi bahan pembicaraan publik, Budi Waseso saat ini lagi berseteru dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Pokok masalahnya soal impor beras.
Kementerian Perdagangan memberikan ijin kepada Bulog untuk melakukan impor beras lagi sebesar 2 juta ton beras untuk antisipasi dampak gagal panen.
Tetapi Budi Waseso tidak mau impor beras lagi karena cadagangan beras dari impor sebelumnya lebih dari cukup. Buwas menjelaskan bahwa impor beras tahun ini sebesar 1,8 juta ton. Yang 1,4 juta ton sudah masuk ke gudang Bulog atau yang sudah terealisasi. Sedangkan sisanya 400 ribu ton akan masuk secara bertahap sampai akhir tahun. Dan 1 juta ton beras stock beras periode sebelumnya.
Menurut Buwas yang sekarang tampil dengan wajah brewok, cadangan beras Bulog 2,4 juta ton yang terdiri dari 1,4 juta ton dan 1 juta ton stok periode sebelumnya. Total stok beras 2,7 juta ton. Dan menurut Buwas cadangan beras cukup sampai dengan bulan Juni tahun 2019.
Buwas juga menjelaskan, gudang Bulog sudah penuh dan tidak sanggup menampung lagi dan harus menyewa gudang. Sewa gudang tentu juga akan mengeluarkan biaya. Sedangkan Enggartiasto Lukita tidak mau tahu soal itu. Menurut dia, itu bukan urusan dirinya.
Ucapan Enggartiasto Lukita ini memancing emosi Buwas yang kemudian melempar satu kalimat yang bakal melegenda "matamu itu" atau matamu kuwi (Jawa)!
Ini umpatan atau misuh ala orang Jawa yang sangat kasar.
Fungsi Bulog itu sendiri menjaga stok pangan dan menstabilkan harga pangan. Akan tetapi kewenangan Bulog tidak luas atau tergantung instruksi dari Kementerian Perdagangan. Harusnya Bulog diberi kewenangan untuk menentukan apakah perlu impor atau tidak. Karena Bulog sendiri yang tahu stok itu cukup atau tidak. Bulog sendiri yang tahu datanya.
Dirut Bulog yang mengangkat menteri BUMN, tapi Bulog melaksanakan perintah dari Kementerian Perdagangan.
Harusnya, Bulog, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan duduk bersama saling berkoordinasi untuk mengambil kebijakan yang tidak merugikan petani. Jangan sampai ada ego sektoral yang justru merugikan semua pihak.
Masalah impor, baik soal impor beras, garam dan bawang selalu menimbulkan masalah dan nada-nada sumbang. Seakan tidak pernah beres untuk membenahi atau mencari solusinya,karena banyak kementerian yang terkait.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews