Buwas Tetap Buwas, bahkan Semakin Buas!

Minggu, 23 September 2018 | 04:52 WIB
0
750
Buwas Tetap Buwas, bahkan Semakin Buas!

Sejak menjabat sebagai Dirut Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso -sering diplesetkan menjadi Buwas- membuat gebrakan atau pembenahan dalam internal Bulog.

Namun yang menjadi bahan pembicaraan publik, Budi Waseso saat ini lagi berseteru dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Pokok masalahnya soal impor beras.

Kementerian Perdagangan memberikan ijin kepada Bulog untuk melakukan impor beras lagi sebesar 2 juta ton beras untuk antisipasi dampak gagal panen.

Tetapi Budi Waseso tidak mau impor beras lagi karena cadagangan beras dari impor sebelumnya lebih dari cukup. Buwas menjelaskan bahwa impor beras tahun ini sebesar 1,8 juta ton. Yang 1,4 juta ton sudah masuk ke gudang Bulog atau yang sudah terealisasi. Sedangkan sisanya 400 ribu ton akan masuk secara bertahap sampai akhir tahun. Dan 1 juta ton beras stock beras periode sebelumnya.

Menurut Buwas yang sekarang tampil dengan wajah brewok, cadangan beras Bulog 2,4 juta ton yang terdiri dari 1,4 juta ton dan 1 juta ton stok periode sebelumnya. Total stok beras 2,7 juta ton. Dan menurut Buwas cadangan beras cukup sampai dengan  bulan Juni tahun 2019.

Buwas juga menjelaskan, gudang Bulog sudah penuh dan tidak sanggup menampung lagi dan harus menyewa gudang. Sewa gudang tentu juga akan mengeluarkan biaya. Sedangkan Enggartiasto Lukita tidak mau tahu soal itu. Menurut dia, itu bukan urusan dirinya.

Ucapan Enggartiasto Lukita ini memancing emosi Buwas yang kemudian melempar satu kalimat yang bakal melegenda "matamu itu" atau matamu kuwi (Jawa)!

Ini umpatan atau misuh ala orang Jawa yang sangat kasar.

Fungsi Bulog itu sendiri menjaga stok pangan dan menstabilkan harga pangan. Akan tetapi kewenangan Bulog tidak luas atau tergantung instruksi dari Kementerian Perdagangan. Harusnya Bulog diberi kewenangan untuk menentukan apakah perlu impor atau tidak. Karena Bulog sendiri yang tahu stok itu cukup atau tidak. Bulog sendiri yang tahu datanya.

Dirut Bulog yang mengangkat menteri BUMN, tapi Bulog melaksanakan perintah dari Kementerian Perdagangan.

Harusnya, Bulog, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan duduk bersama saling berkoordinasi untuk mengambil kebijakan yang tidak merugikan petani. Jangan sampai ada ego sektoral yang justru merugikan semua pihak.

Masalah impor, baik soal impor beras, garam dan bawang selalu menimbulkan masalah dan nada-nada sumbang. Seakan tidak pernah beres untuk membenahi atau mencari solusinya,karena banyak kementerian yang terkait.

***