Bercermin pada Deddy Corbuzier, saya optimis bahwa disleksia bisa disembuhkan asal dibimbing oleh orang tua yang sabar dan telaten.
Saat kini, semua orang sudah kenal dengan kanal podcast Close The Door yang dituanrumahi Deddy Corbuzier. Di situ, dia dengan piawai dan trampil menggojlok tamunya dengan wacana-wacana yang cerdas dan segar.
Saya betul-betul surprised ketika mengetahui bahwa Deddy Corbuzier adalah pengidap disleksia.
Secara singkat, disleksia adalah kelainan bawaan kesulitan untuk berbahasa, membaca (mengenal huruf) dan sebagai kelanjutannya sulit untuk mengekspresikan diri.
Waktu balita, penderita disleksia terlambat belajar bicara. Waktu mulai masuk sekolah, baru ketahuan dia lambat membaca, lambat menulis dan sulit merespons pertanyaan guru yang sebetulnya simpel saja.
Disebutkan dalam definisi disleksia bahwa kecerdasan (intelligence) mereka tidak terpengaruh.
Saya agak kurang percaya waktu Deddy Corbuzier mengaku bahwa dirinya disleksis. Wong ngomongnya begitu lancar dan spontan di podcast dia, mosok pernah mengalami disleksia.
Deddy Corbuzier juga mengakui bahwa Azka, anaknya juga menngidap disleksia karena menurun dari dia.
Saya pernah menonton wawancara DC dengan anaknya, Azka dan kesimpulan saya memang gaya bicara si Azka ini agak aneh. Bahkan dalam beberapa momen dia agak kesulitan menjawab pertanyaan bapaknya. Dan saya percaya kalo dikatakan bahwa si Azka memang disleksis.
Tapi saya tetap tidak percaya bahwa Deddy Corbuzier disleksis. Saya perhatikan saat dia membaca tayangan sebuah berita online di layar waktu sedang on air, sangat lancar dan cepat. Tidak terbata-baga atau terhenti-henti.
Oleh karenanya, saya coba browse cari orang-orang terkenal dengan kelainan disleksia ini. Ternyata ada sejumlah selebritas yang profesinya "jualan mulut" mengidap disleksia. Beberapa di antaranya, Whoopi Golberg (aktris), Steven Spielberg (sutradara), Cher (penyanyi). Presiden George Bush pun pengidap disleksia.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Lupa Kacang akan Kulitnya?
Saya membayangkan tokoh-tokoh yang kesehariannya banyak berorasi, mengucapkan dialog-dialog yang panjang di film, kok bisa dicap sebagai pengidap disleksia.
Apakah disleksia ini bisa disembuhkan? Menurut literatur yang saya baca, katanya tidak bisa disembuhkan. Lha, kok Deddy Corbuzier bisa? Saya saja yang bukan pengidap disleksia, gak bakal mampu berbicara dengan begitu eloquent pada live show.
Juga saya pasti gak bakal mampu bermain film dengan dialog yang panjang-panjang seperti Whoopi Goldberg.
Kesimpulan sementara saya, disleksia bisa disembuhkan dengan kesabaran org tua untuk membimbing anaknya di saat belia.
Saya menemui beberapa anak kolega yang nampaknya masuk kategori disleksia ini. Anak ini terlambat bicara (tapi bukan tuli), sulit belajar membaca dan menulis, sulit mengekspresikan diri secara oral, kalo berbicara pakai diksi yang aneh-aneh sehingga sulit dipahami.
Baca Juga: Post-Deddy Corbuzier Journalism
Tapi kalo becermin pada Deddy Corbuzier, saya optimis bahwa disleksia bisa disembuhkan asal dibimbing oleh orang tua yang sabar dan telaten. Dan juga oleh guru yang sabar.
Pasalnya, anak disleksis sering dianggap anak yang bodoh, pemalas dan pembangkang oleh teman-temannya sebaya dan karwnanya sering di-bully. Di sinilah peran guru untuk secara sabar membimbingnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews