Salah satu kekuatan terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan. Sementara, perpecahan di tengah keragaman merupakan salah satu kelemahan yang mesti dihindari. Sementara itu, sebagaian pihak termasuk para penjajah terdahulu, salah satu cara melemahkan bangsa Indonesia adalah dengan membuat provokasi yang mengadu domba.
Pancasila merupakan salah satu alat pemersatu bangsa di tengah keragaman. Dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, segala bentuk perbedaan dapat disatukan. Adanya suku, ras, dan budaya yang sangat beragam justru menjadi modal kekayaan besar yang ada di Indonesia. Semua bisa tercapai manakala dapat disatukan bukan di pecah-pecah ataupun dibeda-bedakan. Pancasila-lah alat yang mampu menyatukan kesemuanya.
Pancasila juga menjadi dasar negara yang sangat sakral, Pancasila sudah menjadi harga mati yang tidak bisa diganggu gugat terutama oleh komunisme maupun paham khilafah. Bagi siapapun yang ingin mengusik Pancasila, warga negara Indonesia dengan spontan akan langsung membelanya. Tidak peduli meraka adalah pejabat atau rakyat, kaya atau melarat, semua akan tumbuh kesadaran untuk “membela” Pancasila karena tidak ingin kesuciannya ternoda.
Kenyataan betapa banyak perbedaan penafsiran dalam rangka memperjuangkan Pancasila sehingga dapat menjadi sumber perpecahan yang dimanfaatkan oleh kelompok tidak bertanggung jawab. Mereka mengambil kesempatan ini dengan memupuk semangat memperjuangkan Pancasila sesuai dengan penafsiran masing-masing dengan menyuarakan kesalahan kelompok lain yang juga berijtihad memperjuangkan eksistensi Pancasila.
Kelompok ini sengaja bermuka dua dengan “mendatangi” kelompok seberang juga dengan kata-kata yang sama, yakni membenarkan upaya menjaga eksistensi Pancasila dengan menyalahkan kelompok lain yang berupaya dengan penafsiran yang berbeda.
Upaya kelompok tidak bertanggung jawab ini dimaksudkan untuk melemahkan masyarakat Indonesia sehingga pada sibuk berseteru antara satu kelompok masyarakat dengan yang lainnya. Alhasil, ketika masyarakat sudah saling berseteru, maka antara satu dengan yang lainnya saling melemahkan. Dengan begitu, kekuatan bangsa pun semakin lemah. Di saat inilah, kelompok tidak bertanggung jawab yang ingin mengambil keuntungan dari kelemahan bangsa pun mulai beraksi.
Masyarakat Indonesia mesti waspada dari upaya adu domba yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab tersebut. Masyarakat mesti sadar bahwa tafsir terhadap upaya kebaikan tidak selamanya sama. Perbedaan cabang tanpa adanya perbedaan dasar sebaiknya ditanggapi dengan bijak. Toleransi antara satu dengan yang lain mesti dijalin dengan baik. Masyarakat juga mesti sadar akan provokasi dari kelompok tidak bertanggung jawab yang ingin mengadu domba.
Sejak dahulu, Ideologi Pancasila telah banyak diserang baik dari dalam maupun dari luar, baik yang terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi. Namun, eksistensi Pancasila Sakti tidak pernah tergoyahkan. Patriotisme dan nasionalisme Bangsa Indonesia menjadi benteng kokoh tersemainya nilai-nilai Pancasila di Nusantara.
Era zaman sekarang, perjuangan mengawal Pancasila menjadi semakin kompleks. Hampir semua isu negeri ini ditunggangi untuk mengubah makna bahkan nilai Pancasila itu sendiri. Lebih parahnya, terdapat pihak yang inging mengubah ideologi bangsa keluar dari Pancasila. Media sosial yang sejatinya sebagai alat pemersatu bangsa, mendekatkan yang jauh, dan bisa mengenal lebih dalam keberagaman bangsa ini, malah dipergunakan untuk merusaknya.
Berbagai hoax dan informasi sesat seputar Pancasila banyak bermunculan di media sosial. Bukan suatu hal kebetulan, akan tetapi sudah dirancang dan direncanakan oleh pihak yang menginginkan Indonesia hancur di tengah kerukunan dan keberagaman.
Provokasi yang dilakukan kelompok tidak bertanggung jawab via media sosial mesti dihadang dengan kewaspadaan tingkat tinggi. Generasi milenial perlu mendapat bekal cukup sehingga mampu memfilter konten provokasi yang ada di media sosial demi membangun Indonesia tangguh di era new normal berdasarkan Ideologi Pancasila.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews