Kabais Pernah Akan Tangkap Prabowo Kalau Macam-macam

Kini kunci damai di Ramadan tinggal Prabowo bicara ke relawan dan koalisinya, stop kegiatan, jangan macam-macam, tunggu pengumuman resmi KPU, berhenti, selesailah itu.

Senin, 13 Mei 2019 | 11:54 WIB
1
7573
Kabais Pernah Akan Tangkap Prabowo Kalau Macam-macam
LB Moerdani (Foto: Detik.com)

Pembaca pasti masih ingat Jenderal  Leonardus Benjamin Moerdani (LBM), Almarhum, dengan nick name Benny, yaitu mantan Menhankam/Pangab. Tetapi almarhum  lebih dikenal sebagai tokoh intelijen, saat memimpin  Badan Intelijen Strategis (Bais ABRI), kini  bernama Bais TNI. 

Saat itu Bais ABRI  demikian powerful dalam menjaga keamanan dan keselamatan negara. Perkembangan sembilan komponen Intelijen Strategis dalam dan luar negeri diawasi Bais dengan ketat, diangani secara sistematis.

Nah, saat dipimpin LBM itu,  faham demokrasi bebas belum dikenal seperti saat ini, baru populer di negara-negara Barat.  Pada waktu itu di sini, jangankan orang berencana mau makar, ngomong jelek ke pemerintah saja langsung dicokok.

Saat terjadi lima anggota Komando Jihad pada 28 Maret 1981 membajak pesawat Garuda dan membawa kabur ke Thailand, mereka dikejar LBM  dan disikat di Don Muang. Den-81 Kopassus dimainkan,  menyelesaikan ops Woyla hanya  dalam hitungan menit, empat hijacker ditembak mati.

Baca Juga: Benny Moerdani, Panda Nababan dan Fakta tentang Teroris

Dalam opsintel yang sudah terbuka, saat TNI AU membutuhkan pesawat tempur, LBM sukses mengatur jalur intelijen, membeli pesawat tempur A-4 Sky Hawk dari Israel, musuh bebuyutan beberapa kalangan di Indonesia, dengan cover story USAF, semua berjalan lancar. Banyak lagi operasi-operasi intelijen besar lainnya yang tidak bisa dan tidak boleh boleh  diungkapkan.

Pak Benny jadi legenda intelijen Indonesia, penulis pernah menjadi bagian, terlibat dalam operasi clandestine Luar Negeri dari Bais yang beliau design, sukses, hebat, rapih dan sukses. Jaringannya luas dan dipercaya serta disegani badan intelijen negara lain. Kekaguman penulis terus melekat kepada almarhum, bangga karena tiga ijazah sekolah intelijen yang penulis ikuti, ditandatangani dalam seri tiga pangkat beliau, Brigjen, Mayjen dan Letjen. Rest in Peace Chief.

Kisah Prabowo Akan Ditangkap Kabais

Kisah ini terjadi di sebuah hotel di Singapura, sekitar akhir tahun 1999, dimana penulis yang masih berpangkat bintang satu dengan jabatan Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi TNI AU (Kadispamsanau), Balakpus intelijen AU, menjadi saksi hidup.

Saat itu penulis sedang bersama dengan Kabais TNI, Marsdya TNI Ian Santoso yang sama-sama alumnus Akabri 1970 dalam sebuah tugas (mission). Pada pagi itu, datang juga bergabung Dubes RI untuk Singapura, Letjen TNI Luhut Binsar Panjahitan (LBP) yang juga alumnus Akabri 1970. Saat ngopi pagi di kamar Kabais, Pak Dubes, menyampaikan bahwa ada yang ijin mau menghadap, yaitu Prabowo Subianto. Penulis sempat terkejut juga Prabowo ada di Singapura dan mau menghadap Kabais.

Baca Juga: Akhir Pemilu dan Rapuhnya Koalisi Prabowo-Sandiaga

Setelah disetujui, Bowo (kita manggilnya begitu) masuk dan memberi hormat, setelah ngobrol ringan, menjelaskan maksudnya menghadap, untuk meminta ijin kembali ke Indonesia. (Setelah diberhentikan dari dinas TNI, Prabowo sejak September 1998 kabarnya tinggal di Yordania, karena Raja Yordania, Abdullah adalah teman dekatnya saat sama-sama ikut pendidikan Rangers, Green Barets, di Fort Brag, AS). Selain iu juga kabarnya Prabowo kadang ke Eropa, Kuala Lumpur dan Singapura.

Prabowo menjelaskan bahwa dia ingin berbakti dan mengabdikan diri ke bangsa Indonesia, tegasnya. Kabais menjawab, "Baik kalau itu maksud dan tujuannya, tapi syaratnya satu, jangan macam-macam (bikin kacau) di Indonesia, kamu akan saya tangkap!" tegasnya. Prabowo menyatakan, siap, laksanakan, intelligence clearance selesai dengan disaksikan LBP dan penulis.

Gerakan Indonesia Raya Prabowo

Setelah mendapat clearance Kabais, Prabowo bisa kembali ke Indonesia pada 2 Januari 2000 dengan aman, tanpa kesulitan maupun hambatan dari pejabat terkait dan badan intelijen lainnya, karena semua bersandar ke Bais saat itu. Kemudian di Indonesia, selain membangun bisnisnya, Prabowo juga berkiprah di pentas politik melalui Partai Golkar, dan kemudian berhasil mendirikan Partai Gerindra pada 6 Februari 2008.

Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2009, Partai Gerindra berhasil meraih 26 kursi (4.64%) di DPR RI, mendapat 4.646.406 suara (4,5%) nasional. Pada pemilu 2014, Gerindra makin menguat,  menjadi partai politik ketiga terbesar di Indonesia, mampu meraih 73 kursi di DPR, dengan perolehan  14.760.371 suara (11,81%).

Kiprah politik Prabowo makin moncer setelah menjadi Cawapresnya Ibu Megawati pada pilpres 2009, walau kalah dari paslon SBY-Budiono. Pada pilpres 2014 Paslon Prabowo-Hatta kalah dari paslon Jokowi-JK. Tetapi perolehan Gerindra besutan Prabowo ini sangat sukses, yang hanya dalam enam tahun berhasil menduduki peringkat ketiga dibawah parpol senior PDIP dan Golkar. Hal ini merupakan prestasi tersendiri dan patut diacungi jempol. Sebagai patron ada sisi Prabowo yang masih laku dijual ke publik.

Sikon Pilpres 2019 dan Isu Kisruh

Pada pilpres 2019, Prabowo bersama Sandiaga Uno maju sebagai paslon 02 melawan paslon 01 (Jokowi-Ma'ruf). Prabowo berhasil mementahkan kemauan keras PKS dan juga PAN, koalisi utamanya dalam menentukan cawapres. Paslon 02 adalah komposisi tunggal Gerindra, ini bukti dominasi dan strategi Prabowo dalam koalisinya.

Dalam proses pilpres, team sukses Prabowo memilih alternatif menyerang  citra  Jokowi sebagai petahana pada sisi identitas, kapasitas, kapabilitas dan integritas. Disamping itu team suksesnya memiliki kemampuan menarik simpati umat Islam melalui strategi solidaritas serta pandangan Islam dari jalur keras, merangsang fanatisme dan militansi kemurnian syariat.

Ditinjau dari kategori Islam di Indonesia, selain Islam tradisional dan modern, muncul Islam Sempalan, yang terdiri dari Islam Fundamentalis, Radikal (kearah Liberal) dan Islam Teroris. (Al Chaidar).

Kelompok Islam Radikal yang ikut mendukung Prabowo diketahui dari ciri-cirinya, memiliki kesadaran politik, pragmatis, kontekstual, dan orientasi kekuasaan, Jihad-Khilafah-Imamah-Baiat.

Terbaca jelas dari dukungan Rizieq Shihab, pendiri Front Pembela Islam yang alumnus LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab), yang berada di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh serta alumnus lainnya, Ja'far Umar Thalib, pendiri Laskar Jihad, Ahmad Heryawan, mantan gubernur Jawa Barat, dan Ulil Abshar Abdalla, pendiri Jaringan Islam Liberal.

Para tokoh radikal terutama terkonsentrasi di Pulau Jawa diantaranya adalah, Muhammad al Khaththath (Forum Umat Islam), Salim Badjri (Forum Ukhuwah Islamiyah Cirebon), Jafar Umar Thalib (Laskar Jihad), Chep Hernawan (Gerakan Reformasi Islam Cianjur). Termasuk yang menonjol juga, Amien Rais (UGM) yang adalah kader Dewan Dakwan Islamiyah Indonesia (DDII) bentukan dari Masyumi 1967, disamping itu juga terjadi pembinaan di tujuh Universitas lainnya.

Gelombang pengaruh politik yang memanfaatkan pengaruh agama Islam Sempalan demikian terasa, dan lebih jauh lagi menarik dengan tiupan ideologi khas Khilafah,  jelas pengaruhnya meluas dan banyak dipercaya, mengingat motivatornya sangat mahir.

Selain itu diketahui adanya penyusupan dari Hizbut Tahrir yang sudah dilarang ,  dimana agenda utamanya adalah mewujudkan proyek kekhalifahan dunia.  Metode perjuangannya tiga tahap (kaderisasi, sosialisasi, dan merebut kekuasaan). Pusat jaringan kemungkinan berada di The West Bank dan kini dikendalikan oleh Abu Rashta.

Baca Juga: Tuhan Punya Cara Sendiri dalam Menunjukkan Kuasanya

Pada Tahun 2019 ini, Pilpres dan pileg diatur oleh KPU dan diawasi oleh Bawaslu. Tahun ini sangat berat, karena disatukannya pilpres, pileg pusat dan daerah juga DPD. Dari hasil penghitunga manual KPU terlihat bahwa paslon 01 kini terlihat makin berpeluang menang dari paslon 02, setelah hitung manual KPU mencapai 70%.

Greget saat ini adanya seruan dari Amien Rais dan Rizieq Shihab akan menggerakkan people power. Belum lagi beredar ancaman demo keras, menduduki KPU, nekat yang membuat deg-degan serta rasa takut masyarakat. Aparat keamanan mulai mengantisipasi akan menerapkan sangkaan makar.

Peristiwa saat ini mirip saat pilkada DKI 2012, ada yang berfikir akan menduduki dan saat itu akan membubarkan DPR terinspirasi jatuhnya Pak Harto. Tapi setelah beberapa tokoh diciduk Polri, dengan sangkaan "makar", saat itu  langsung gembos. Kini bau dari protes terbaca jusru akan menjatuhkan pemerintah. Apabila terbukti maka Polri akan menerapkan pasal makar.

Bagaimana saat pengumuman hasil pilpres pada 22 Mei 2019? Aparat keamanan, Polri, TNI/Bais, BIN sudah memantau setiap kemungkinan letupan rasa tidak puas pendukung 02, yang ujarannya keras seperti mau perang atau bahkan revolusi. Densus beberapa waktu lalu berhasil menangkap kelompok teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah di Bekasi dan Lampung.

Ada yang ditangkap dan ada yang ditembak mati karena melawan. Polri mengumumkan teroris itu akan menyerang polsek Jatiasih dan meledakkan bom kalau terjadi people power. Tujuannya bikin chaos. Ini mainan dari sel ISIS yang pernah menciptakan khilafah versi ISIS di Suriah dan Irak tetapi gagal.

Walaupun pendukung atau simpatisan Prabowo bicara keras dan akan meluruk KPU, BPN sebagai Timses Prabowo bisa membaca situasi, menyatakan demo-demo yang diteriakan Kivlan Zein serta Permadi, serta relawan diluar parpol koalisi, BPN menyatakan tidak terlibat. Penulis juga mengetahui dan mengenal beberapa mantan pejabat tinggi TNI yang kini sudah purna, jelas berat resikonya bila terjadi konflik vertikal. Mereka akan ditangkap, lantas siapa yang mau pasang badan melindungi?

Di politik itu pragmatis, bicara lebih kepada kepentingan belaka. Politisi Gerindra, PKS dan PAN sdh cukup puas bisa lolos ke DPR. Itu intinya, lantas apa yang mau diperjuangkan, karena mereka faham, berat untuk menang bila menempuh jalan kekerasan, itu jelas naif.

Apakah mereka mau mengorbankan kadernya saat momentum tidak menguntungkan? Jelas terlihat, Partai Demokrat sebagai anggota koalisi mulai lepas libat, realistis, Komandan Kogasmanya bahkan sudah merapat ke Pak Jokowi. Ini strategi SBY yang mulai memperhitungkan pilpres 2024.

Sebagai penutup, ingat kisah di Singapura, Luhut Panjaitan kini  meminta agar media tidak memberitakan Prabowo dengan informasi yang tidak masuk akal. Dia tidak ingin Prabowo dibuai angin-angin surga karena pemberitaan yang tidak jelas sumbernya. "Jangan bikin berita enggak jelas kepada Pak Prabowo. Kasihan, Pak Prabowo orang baik. Jangan kita memberikan angin sorga yang enggak masuk akal," kata Luhut di Jakarta, Rabu (8/5).

Nah, bukankah saat mau kembali ke Indonesia Prabowo sudah di warning Kabais, dan sudah janji tidak akan bikin rusuh. LBP sebagai senior kini sudah mengingatkan. Disamping itu, Menhan Ryamizard Ryacudu juga sudah mengingatkan jangan coba-coba mengerahkan people power. Pak Hendro juga memberi warning akhir-akhir ini.

Prabowo mungkin tidak takut dengan Polri, walau dengan status sipil bisa saja dia ditangkap oleh Polri apabila dinilai melakukan pelanggaran hukum. Prabowo jelas harus berfikir saat ini TNI sudah berposisi back up penuh Polri yang akan menerapkan hukum serta aturan yang berlaku terkait keselamatan bangsa dan negara.

Bagi TNI bila berbicara keselamatan Bangsa dan Negara tidak pernah main setengah hati. Prabowo jelas faham hal ini, tetapi mungkin mereka (relawan?) yang ada di sekitarnya lebih emosional, nekat. Nah, kita tunggu tanggal 22 Mei 2019 ini, bisa  saja ada percikan kecil. Panglima TNI bersama Kapolri menyatakan sudah siap dengan Renkon terhadap setiap perkembangan yang terjadi.

Menurut penulis di bulan suci Ramadan ini yang harusnya diisi dengan kegiatan, ibadah, baca Al Qur'an, shodaqoh, mencuci dosa, membersihkan qolbu... tidak elok bila umat Islam demo yang berbau konflik, bahkan ada yang emosional mengancam mau menggal presiden, kini sudah ditangkap... Ini bulan suci Ramadan Bung, selain diancam hukuman berat seumur hidup atau 20 tahun,  tidak takut dosa?

Baca Juga: Upaya Delegitimasi KPU dan Cara Curang untuk Gagalkan Hasil Pemilu

Kini kunci damai di Ramadan tinggal Prabowo bicara ke relawan dan koalisinya, stop kegiatan, jangan macam-macam, tunggu pengumuman resmi KPU, berhenti, selesailah itu. Toh kalau Pak Jokowi yang diumumkan menang pasti ada sharing kekuasaan, hal yang lumrah di politik, yang penting kini kita bersama fokus agar aman dan damai.

Buang pemikiran serta kompor BARJIBARBEH (Bubar Siji Bubar Kabeh), amit-amit itu. Maaf Old Soldier hanya mengingatkan, kalau rusuh, yang tanggung jawab ya boss besar Hambalang, begitu kira-kira. Mari kita berdoa, semoga Allah melindungi Bangsa Indonesia dengan barokahNya, Aamiin.

Salam.

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen

***