Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Pemuda Muhammadiyah, yang menjadi juru bicara kampanye Prabowo-Sandi, mengatakan: “Kata-kata 'kerja kerja kerja' itu cuma ungkapan untuk menganulir 'pikir pikir pikir'. Karena nggak bisa mikir, maka pilihan katanya adalah 'kerja'."
Kok bisa, keluar pernyataan goblog men, kayak gini ini?
Saya sungguh nggak ngerti, dan nggak mau menautkan ketua pemuda Muhammadiyah ini agama atau sekolahnya apa. Karena sebenarnya nggak ada korelasi, kalau beragama dan bersekolah itu = bermutu, memiliki etika, atau apalagi katakanlah cerdas. Nggak ada hubungannya.
Kerja dan pikir dua hal yang tak bisa dipertentangkan. Di mana pun, sebagaimana maknanya. Kerja adalah action, hasil dari suatu proses yang disebut pra-kerja. Proses eksekusi itu sendiri, mau tak mau, bisa dipastikan, merupakan bagian dari proses berfikir.
Sedangkan sebelum terjadi eksekusi untuk dikerjakan, maka yang akan dieksekusi tentu hanya bisa muncul dari situasi pra-kerja, yakni gagasan, niatan, yang itu semua dengan sendirinya berangkat dari pemikiran.
Sebagai presiden Jokowi harus menyampaikan pikirannya, yang mengerucut pada RAPBN di depan parlemen untuk mendapat persetujuan. Menyangkut visi dan misi pemerintahannya. Apakah Dahnil mau mengatakan kerja-kerja yang dilakukan Jokowi juga karena parlemen (di mana partai oposan di dalamnya) nggak mikir? Mikir, kata Cak Lontong.
Tidak ada kerja tanpa dihasilkan dari proses berpikir. Itu kepastian (kecuali manusia bukan makhluk berfikir). Persoalannya adalah, seberapa berkualitas proses pemikirannya, mestinya itu jika mau menjadi focus kritik. Tapi ketika yang disorot soal kerja dan pikir sebagai kesatuan lepas, di situ terlihat bobot pikirannya sendiri, yang parah.
Kalau bobot pikirannya sendiri parah, ngomong pun ngawur. Lebih karena hanya mau mempolitisasi identitas. Yang satu dinilai bodoh, nggak punya pikiran, sementara yang satunya lagi (artinya yang dua) adalah pinter karena punya pikiran.
Padahal, mikir saja (karena saking pinternya) tapi nggak ada yang dieksekusi, apa namanya? Mereka yang masuk golongan ini akan balik menggertak, kan eksekusi perlu media, lembaga, atau terus-terangnya; kekuasaan? Nah, mikir 'kan?
Iyalah. Makanya kekuasaan jadi rebutan. Padahal, kerja dan pikir adalah satu rangkaian dengan sendirinya. Cuma, karena ditugaskan untuk mendelegitimasi prestasi kerja lawan, karena diri atau kelompoknya tak punya prestasi kerja, dimasalahkanlah bahwa kerja dan pikir itu dua hal terpisah.
Kalau kampanye soal macam gituan yang diributkan, bagaimana saya bisa percaya? Ini sangat persis model Anies Baswedan, yang lebih sibuk berkilah (untuk merayakan gagasan atau pikiran, katanya) daripada bekerja sebagai gubernur. Karena mungkin mereka meyakini, bahwa bekerja itu bisa tanpa mikir.
Seperti yang mereka sendiri praktikkan selama ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews